Mohon tunggu...
Be. Setiawan
Be. Setiawan Mohon Tunggu... -

Membaca, mengamati, mempelajari serta membahas bareng-bareng alam semesta dan prilaku manusia. Mendambakan bangsa Indonesia yang kaya, cerdas dan berilmu

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dialektika Pengetahuan vs Kepercayaan

28 Agustus 2014   01:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:20 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Be. Setiawan. Dialektika mengenai ilmu pengetahuan vs kepercayaan selalu menarik untuk disimak. Dalam rangka ikut meramaikannya saya mencoba ikut nimbrung untuk urun rembug. Ketika seseorang menyampaikan sebuah informasi mengenai sesuatu yang tidak pernah dia alami dan tidak ada seorangpun yang pernah mengalaminya namun sekelompok orang yakin bahwa informasi itu benar maka saya masukan informasi itu sebagai kepercayaan. Sebaliknya apabila seseorang menyampaikan informasi mengenai apa yang dia alami dan kita bisa melakukan validasi terhadap informasi itu untuk memeriksa apakah itu benar atau tidak benar maka saya difinisikan bahwa informasi itu adalah pengetahuan.

Saya coba menjelaskan apa yang saya sampaikan di atas dengan memberi contoh umum. Ketika seseorang menyampaikan bahwa setelah seseorang meninggal, orang itu akan masuk ke alam kubur  untuk menunggu hari pengadilan yang akan menentukan apakah dia akan masuk surga atau masuk neraka. Kita tahu bahwa orang yang menyampaikan informasi itu tidak pernah mengalami yang namanya alam kubur dan tak seorangpun yang masih hidup yang masih bisa menyampaikan informasi kepada orang lain pernah mengalaminya dan kita tidak bisa memvalidasi informasi itu maka informasi itu adalah informasi kepercayaan. Sebaliknya apabila seseorang menyampaikan bahwa hari ini Pak SBY akan bertemu dengan Pak JKW di Bali, kita bisa melakukan validasi terhadap informasi itu maka informasi itu adalah informasi pengetahuan.

Seluruh informasi yang dijadikan bukti di sidang MK  yang lalu adalah informasi tentang pengetahuan dan para hakin MK melakukan validasi terhadap informasi itu untuk memeriksa kebenarannya dan  menjadikannya sebagai bahan untuk mengambil keputusan. Di dalam kehidupan saat ini pengambilan keputusan harus didasarkan pada data dan fakta yang dihasilkan dari berbagai usaha untuk mengali pengetahuan. Ketika seorang saksi di sidang MK menyampaikan opini dan analisa dia. Saksi tersebut ditegur hakim karena hakim hanya memerlukan data dan fakta untuk mengambil keputusan. Sangat aneh dan aneh sekali abila ahli yang diminta untuk menyampaikan pendapatnya, menyampaikan pendapat berdasarkan kepercayaan atau analisa Metafisika.

Jadi apa perlunya di jaman ini orang mendalami metafisika sementara kehidupan hanya memerlukan pengetahuan yang berada di wilayah fisika saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun