Mohon tunggu...
B Hanan Sobura
B Hanan Sobura Mohon Tunggu... -

memang baik jadi orang penting, tapi jauh lebih penting jadi orang yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dilarang, Siswa Masih Juga Konvoi Merayakan Kelulusan

28 Mei 2012   16:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:40 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lulus dari SMA pastilah suatu hal yang membanggakan bagi para siswa. Sebagaimana juga dirasakan ribuan siswa kelas III hari Sabtu 26 Mei 2012 yang baru lalu.

Dengan pakaian yang penuh dengan coretan dan cat sana sini, mereka berkeliling kota merayakan kelulusan mereka, tanpa helm tanpa memperdulikan keselamatan mereka sendiri. Pihak kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menghimbau untuk tidak melakukan konvoi, tidak dihiraukan sama sekali.

Apakah tidak boleh merayakan kelulusan ? Karena pada dasarnya perjuangan mereka dalam menempuh kehidupan masih sangat jauh. Tantangan telah menghadang di hadapan mereka. Pertanyaan yang harus mereka jawab adalah : ke mana mereka setelah lulus SMA ini nanti ? Melanjutkan kuliah atau harus mulai bekerja ?

Apakah nasehat guru dan orang tua tidak mereka perdulikan lagi ? Apa yang salah dalam dunia pendidikan kita ?

Trend merayakan kelulusan dengan cara cara ini nampaknya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan hampir setiap tahun konvoi seperti ini selalu menelan korban.

Seperti yang dialami Sutri Usud Nur Arif (18), siswa SMK Swadaya, tewas di jalan raya akibat terjatuh dari sepeda motor saat konvoi kelulusan. Sutri tewas dilindas sepeda motor dari arah berlawanan di jalan raya Temanggung-Parakan, Jawa Tengah, pada hari Sabtu lalu.

Bahkan perayaan kelulusan ujian nasional jenjang SLTA di Kota Kediri, Jawa Timur masih berlanjut hingga hari ketiga pasca pengumuman, Senin (28/5/2012). Dengan pakaian seragam abu abu putih dipenuhi corat-coret tinta warna-warni serta suara deru bising knalpot, mereka tumpah ke jalan sejak pagi.

Guru guru sekolah mereka pasti sudahmelarang siswanya untuk tidak melakukan konvoi. Orang tua juga pasti tak pernah menganjurkan kegiatan konvoi yang membahayakan jiwa seperti itu.

Perayaan kelulusan yang mubazir ini misalnya hanya dilakukan 20 % saja dari seluruh pesertaUN 2012 yang sebanyak 1.524.704 orang itu, maka ada sekitar 305.000 orang siswa yang melakukan kegiatan sia sia. Dengan asumsi 305.000 orang siswa itu menulis dan mengecat baju mereka dengan nilai Rp. 20.000 rupiah per baju saja, maka mereka telah menghamburkan uang Rp. 6 Milyar lebih untuk kegiatan perayaan kelulusan seperti itu.

Belum lagi dampak kerugian dari bahan bakar minyak, pembelian cat, keemacetan jalan bahkan kerugian jiwa karena kecelakaan.

Tentu hal ini akan semakin meningkat, apabila kita sebagai guru dan orang tua tidak bertindak, dan terus membiarkan kegiatan seperti ini di tahun tahun yang akan datang.

Sebagai seorang yang normal, tentu wajar saja setiap orang merayakan apa yang menjadi keberhasilan di dalam hidupnya. Tetapi, apakah perayaan dengan penuh kesia siaan ini yang akan kita lakukan.

Sebagai orang tua, kita tentu khawatir bila perayaan dengan cara yang begini tidak diatasi pada masa masa yang akan datang.

Dan menjadi tantangan kita semua, mengapa siswa sekarang semakin kurang “mendengar” nasihat guru dan orang tuanya ?. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya adalah :

-Kurang dekatnya hubungan siswa dan guru mereka. Karena, dalam proses pendidikan di sekolah mereka lebih menekankan keberhasilan belajar dari sisi akademik, bukan hanya proses pendidikan yang membentuk mental siswa. Kedekatan psikologis guru dan perhatian guru terhadap siswa yang semakin berkurang.

-Sikap orang tua yang apatis terhadap apa yang dilakukan anak. Orang tua kurang dalam hal menanamkan sisi moral terhadap anak anaknya. Bahkan, kadang orang tua menganggap bahwa apa yang dilakukan anak adalah hal yang “biasa”.

Memang tidak semua siswa merayakan kelulusan dengan cara cara negative. Bahkan ada sebagian siswa merayakan dengan cara yang unik, diantaranya :

1.Sumbang Seragam, seperti siswa sikap SMAN 7 Kediri yang beramai-ramai menyumbangkan seragamnya untuk adik kelas yang membutuhkan.

2.Konvoi Sepeda Onthel seperti yang dilakukan ratusan siswa kelas 3 dari SMAN 1 Situbondo memilih berkonvoi keliling Kota.

3.Bagi-bagi Nasi Bungkus sebagimana yang dilakukan siswa SMAN 3 Pamekasan. Demi menghindari acara konvoi, para pelajar di sekolah ini justru memanfaatkan momen kelulusan untuk menggelar aksi sosial dengan cara membagi-bagikan sejumlah nasi bungkus untuk tukang becak dan supir taksi di sekitar mereka.

4.Mandi Bunga, yang dilakukan sejumlah siswa/i SMA di Jember dan sekalian sujud syukur bareng di halaman sekolah.

5.Berdoa di Makam Pahlawan, yang dilakukan sejumlah siswa Madrasah Aliyah (MA) Ash-Shomadiyah di Tuban.

Selamat bagi yang telah lulus. Jalan yang dilalui masih panjang. Dan perjuangan menempuh pendidikan yang lebih tinggi telah menghadang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun