Mohon tunggu...
B Hanan Sobura
B Hanan Sobura Mohon Tunggu... -

memang baik jadi orang penting, tapi jauh lebih penting jadi orang yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

MENJADI WALI KELAS PUN, SANGAT TERHORMAT

31 Desember 2012   13:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:44 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang itu seperti biasanya pak Lukman (sebut saja namanya demikian) pulang mengajar seperti biasa. Dengan mengendarai jeep Suzuki jimny bututnya, dia pulang dari sekolah. Untuk ukuran seorang guru, saat itu memiliki sebuah mobil sekelas jimny adalah hal yang luar biasa. Setelah menjadi guru hampir 20 tahun.

Di tengah keramaian Razia kendaraan bermotor siang itu, tiba tiba pak Lukman distopkan oleh pimpinan razia. Dengan penampilan menggunakan helm bermerk polisi, lengkap dengan kacamata hitamnya. Pak polisi yang berpangkat Letnan menghentikan mobil pak Lukman dan meminta untuk membuka kaca. Dengan ucapan standar, “maaf pak, hari ini kami melakskanakan tugas razia. Mohon bapak memperlihatkan SIM dan STNK kendaraan bapak”.

Karena pak Lukman merasa tidak bersalah, dengan yakin pak Lukman memperlihatkan surat-suratyang diminta. Walaupun mobilnya tua, suratnya lengkap, dan SIM nya pun masih belum kadaluarsa. Tapi, tiba tiba pak polisi tidak menerima.“Bapak harus ikut saya ke kantor, karena masih ada kesalahan bapak”

Tiba tiba pak Polisi membuka pintu mobil sebelah kiri, langsung naik ke mobilm dan duduk tepat di sebelah pak Lukman. “Ayo jalan pak, sekarang kita ke kantor, ke Poltabes.

Pak Lukman semakin bingung. Tetapi karena diminta demikian, pak Lukman mengikuti saja keinginan pak polisi tadi. Dan menjalankan mobil ke a rah Poltabes. Dan saat di depan sebuah rumah makan padang terbesar di kota Palembang, tiba tiba pak Lukman diminta menghentikan mobil dan diminta untuk parker di halaman rumah makan.

“Ada apa ini pak ..?”

“pokoknya bapak stop, dan ikuti perintah saya”

Terpaksalah pak Lukman mengehentikan mobil dan memarkir mobilnya di halaman rumah makan. Dan dengan santainya pak polisi membuka helm, membuka kacamata hitamnya.

“Maaf pak, kalau seandainya tidak berkenan. Sayalah Amir siswa bapak pada saat SMA. Bapak adalah wali kelas saya. Sampai kapanpuntidak akan pernah lupa akan bapak. Dulu, bapak mendidik kami sangat keras. Dan beberapa kali saya ditempeleng oleh bapak, karena ketauan merokok dan minggat dari sekolah”.

Dan selanjutnya si Letnan Polisi sujud dan mencium tangan pak Lukman. Dan spontan pak Lukman memeluk Letnan Polisi yang ternyata adalah siswa didiknya beberapa tahun yang lalu.

“oo, ini‘Amir Begal’ yang dulu paling top di sekolah”, sambut pak Lukman dengan mata yang berkaca-kaca.

Dan singkat cerita, maka hari itu, pak Lukman ditraktir makan di sebua rumah makan padang oleh siswanya yang sekarang telah menjadi seorang perwira polisi.

Dari sepenggal kisah di atas, kita bisa melihat betapa bermaknanya seorang wali kelas bagi siswa siswanya. Didikan yang keras, tapi didasari rasa kasih sayang terhadap siswa, telah mengantarkan siswanya ke jenjang kehidupan yang lebih baik.

Ada sebagian orang menganggap bahwa menjadi Kepala Sekolah adalah impian seorang guru. Tetapi, menjadi wali kelaspun tidak kalah terhormatnya. Saat menjadi wali kelas, seorang guru dapat bersentuhan langsung dengan pribadi pribadi anak didiknya. Memperhatikan perkembangan anak didik yang di bawah asuhannya.

Tugas seorang wali kelas diantaranya :

1.Mengatasi masalah yang terdapat di kelasnya. Seperti terjadinya perselisihan antar siswa, dan permasalahan siswa dengan guru lain yang mengajar di kelasnya.

2.Mendiagnosis siswa yang mempunyai masalah dalam belajar, termasuk penurunan prestasi belajar dan prestasi non akademik lainnya.

3.Memberi berbagai pelatihan kepada siswa untuk mendorong timbulnya kesadaran diri, kemandirian, kepercayaan diri.

4.Menjembatani komunikasi antara siswa dengan guru, siswa dengan kepala sekolah, atau siswa dengan orang tua di rumah dalam hal perkembangan belajar.

Tugas seorang wali kelas sangat berat tetapi mulia. Mungkin ada yang beranggapan bahwa, wali kelas bertugas mengatasi siswa siswa yang “nakal” saja. Tetapi lebih dari itu, wali kelas adalah motivator bagi siswa.

Wali kelas yang “killer”, dan sangat perhatian terhadap siswanya akan sangat bermakna dalam kehidupan siswa di kemudian hari. Karena “killer” nya seorang wali kelas adalah memberikan pendidikan dan meletakkan dasar dasar kedisiplinan bagi siswa.

Wali kelas yang tak pernah memperhatikan siswanya, dan hanya mengerjakan pekerjaan rutin administrasi, seperti menulis nilai rapor, merekap absen saja pada saatnya tidak akan dikenang siswa, dan tak akan pernah memberikan makna yang berarti bagi masa depan siswa.

Pada saat di sekolah, seorang siswa adalah “milik” guru, terutama wali kelasnya. Dan saat mereka pulang ke rumah, maka sang anak akan kembali menjadi “milik” orang tuanya.

Karena itulah, pernah ada sebuah kisah, bagaimana seorang wali siswa pernah mendatangi sekolah, karena di rumah sang anak mengadukan gurunya telah menempelengnya :

“Bapak telah menempeleng anak saya, karena itu saya meminta tanggung jawab bapak”, seru orang tua siswa.

“Tidak pernah pak, sungguh tidak pernah pak saya memukul anak orang. Mungkin bapak salah. Sekali lagi saya tegaskan saya tak pernah memukul anak orang. Kalaupun memukul, itu pasti saya lakukan pada anak saya sendiri”.

“Bagaimana bapak ini ? ini sudah jelas. Pipi anak saya masih merah. Dan katanya bapak yang telah memukul anak saya”, kata orang tua siswa dengan berang.

“O, saya baru tau. Anak ini kan ? maaf pak, saat saya memukul tadi, dia ada dalam lingkungan sekolah ini. Dan dia adalah anak saya. Bukan anak bapak. Saat dia di sekolah, dia adalah tanggungjawab saya. Memukul saya bukan karena benci, tapi saya memukul dia karena saya cinta dan sayang dengan anak ini”.

Begitulah, begitu bermaknanya seorang wali kelas dalam proses pendidikan di sekolah. Tanggung jawab yang besar, tetapi penuh dengan kemuliaan.

Saatnya seorang guru menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab, dan penuh kecintaan terhadap profesinya. Karena tugas guru bukan hanya mengajar. Tugas guru juga adalah mendidik.

Banggalah menjadi seorang guru yang juga menjadi wali kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun