Banyak kalangan baik dari pemerintahan maupun dari kalangan kesehatan menyatakan bahwa virus korona menyebar melalui droplet. Hal tersebut menyebabkan keluar kebijakan dari pemerintah dan disusun dalam protocol kesehatan Covid-19. Setiap orang harus menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker. Tidak ada upaya lebih dari itu, dan penyebaran virus korona tidak berhenti, dan tingkat infeksi virus korona tidak sedikitpun menurun. Kalaupun ada perubahan-perubahan dalam data statistik penyebaran dan infeksi korona lebih disebabkan oleh kencendrungan iklim yang membatasi orang-orang bergerak dan berpindah tempat. Termasuk siklus bisnis yang membutuhkan rantai pasok, serta perpindahan orang.
Sampai sekarang di kalangan kesehatan masih memahami virus korona menyebar melalui droplet. Dalam pemahaman mereka partikel-partikel cairan (mungkin saja sangat halus dalam orde mikron) menyebar dari batuk atau bersin dari penderita. Partikel-pertikel tersebut terbawa oleh aliran udara dalam batas-batas tertentu. Sehingga munculah istilah jarak aman yang dinyatakan sejauh 2 meter, atau 6 ft (1.8 m) di Amerika Serikat. Jaga jarak merupakan pernyataan umum yang digaungkans setiap saat jika ada orang berkumpul dua orang, atau lebih. Dalam komunitas yang berjumlah banyak setiap orang diupayakan barada dalam jarak yang dinyatakan aman, lebih dari 2 meter.
Pemahaman terhadap droplet yang muncul sebagai akibat dari batuk atau bersin yang memunculkan partikel cairan yang keluar dari saluran nafas, sebagai partikel cairan yang kasat mata ketika keluar dari saluran pernafasan. Fenomena terbentuknya droplet ini merupakan fenomena mekanika biasa di mana pecahnya partikel cairan sebagai akibat perubahan momentum saluran berbentuk nosel (mulut), yang mengakibatkan tegangan permukaan cairan lebih kecil dari tegangan geser yang disebabkan oleh aliran udara udara  pada permukaan cairan,  sehinggan cairan akan pecah, dan membentuk partikel cairan yang halus.
Pecahnya partikel cairan pada saluran pernafasan tidak hanya terjadi pada saat batuk, bersin. Pada kondisi biasa, setiap ada aliran udara dapat saja memicu gesekan pada permukaan saluran nafas. Setiap permukaan yang pada saluran nafas akan mengalami gesekan, dan memungkinkan permukaan yang lunak, atau lemah (cairan dan partikel padat berperilaku fluida) akan terlepas dari permukaan saluran anfas. Bagaimanapun tegangan geser yang ditimbulkan oleh aliran udara  pada kondisi-kondisi tertentu  akan lebih besar dari tegangan permukaan cairan akan membentuk partikel cairan, dan  atau partikel padat yang terdapat pada udara di saluran pernafasan.
Setiap partikel di udara baik dalam bentuk cair maupun padat akan berperilaku sebagai larutan di udara. Fenomena untuk partikel padat di udara lebih dikenal dengan sebutan aerosol. Sementara cairan di udara akan mengalami penguapan dan berubah fasa menjadi uap atau gas. Ketika partikel cairan berubah menjadi uap, maka partikel padat yang terbawa di dalam cairan tersebut akan tertinggal, dan akan berubah menjadi aerosol. Sebagai larutan, partikel padat di udara tersebut akan bergerak secara bbas dengan mekanisme difusi. Setiap partikel akan mengisi di seluruh ruangan sebagai akibat perbedaan konsentrasi. Fenomena ini mirip pergerakan asap rokok atau asap dari kayu yang terbakar di dalam ruangan. Asap akan memenuhi ke seluruh ruangan tanpa kecuali. Kejadian yang sama akan terjadi pada virus korona, ketika seorang penderita di dalam ruangan. Virus yang lepas dari saluran pernafasannya akan menyebar secara difusi ke seluruh ruangan. Sehingga pada kondisi tertentu, seseorang bisa saja terinfeksi virus korona dalam orde detik atau menit jika berada di dalam sebuah ruangan yang mana di dalamnya ada atau pernah ada penderita virus korona.
Kesalahan pemahaman terhadap penyebaran virus korona akan berakibat fatal. Infeksi virus korona akan terus berlanjut dan tidak akan pernah berhenti. Selama 18 bulan (1.5 tahun terakhir) sejak diberitakakan virus korona pada awal Januari 2020 di Wuhan China, infeksi virus korona tetap berlangsung, dan bahkan cenderung meningkat dan tidak ada penurunan.. Virus meneybarkdengan cepat dalam waktu tiga bulan ke seluruh dunia, dan tidak berhenti sampai sekarang.
Kesalahan pemahaman terhadap penyebaran virus korona menyebabkan kehilangan kewaspadaan terhadap potensi bahaya yang timbul akibat virus korona. Tidak paham akan penyebaran virus korona menghilangkan upaya pencegahan yang dapat dilakukan. Bagaimanapun virus korona berada di dalam ruangan dan menginfeksi seseorang sangat tergantung pada konsentrasi virus di dalam ruangan tersebut. Jika konsentrasi virus di dalam ruangan sangat tinggi, satu tarikan nafas (3 s/d 5 detik) setiap orang akan mengisap udara sebesar 3 s/d 5 liter. Sehingga dilaporkan seseorang berada di dalam sebuah kamar kecil selama 12 detik terinfeksi virus korona. Hal ini disebabkan dimana sebelumnya pernah ada orang yang terinfeksi korona. Dalam 12 detik minimal seseorang telah mengisap udara sebesar minimal 7 s.d 12 liter udara. Jika udara-udara tersebut mengandung virus bisa dibayangkan berapa banyak virus masuk ke dalam sistem pernafasan seseorang. Menurut sebuah laporan penelitaia setiap penderita Covid-19 menyebar virus sebanyak 500 ribu sampai 10 juta virus per meter kubik, per jam. Sehingga dapat dibayangkan barapa banyak virus korona yang terisap oleh orang tersebut.
Jaga jarak  yang selama ini digaungkan pemerintah dan lembaga kesehatan dunia jika seseorang berada di dalam ruangan yang terkontaminasi virus akan percuma. Virus akan tetap ada pada bagian sudut terjauh di dalam sebuah ruangan. Di damanpun sesorang berada di dalam sebuah ruangan yang terkontasminasi virus korona akan terinfeksi virus korona. Tidak peduli mereka mempunyai jarak 10 meter atau lebih jauh dari hal tersebut. Sehingga tidak heran terdapat cluster-cluster orang-orang terinfeksi virus di dalam kantor, ataupun rumah ibadah, atau ruang publik. Infeksi virus korona sangat tergantung pada kondisi ruangan dimana seseorang berada. Pada ruangan tertutup, miskin ventilasi dan sirkulasi udara akan rentan terhadap penyebaran virus korona. Setiap orang yang berada di dalam ruangan tersebut akan  terancam terpapar virus korona.
Sebenarnya para peneliti dunia enam bulan setetalah pertama kali virus korona menyebar telah menyampaikan berbagai haril penelitian bahwa virus bisa menyebar melalui udara. Mereka melaporkan bahwa virus korona dapat berbentuk aerosol, atau larutan padat di udara. Namun entah kenapa lembaga kesehatan dunia, atau lembaga kesehatan di dalam pemerintaha sebuah negara tidak menerima atau tidak menganggap hal ini merupakan penyebab utama penyebaran virus korona. Mereka memposisikan jaga jarak, cuci tangan, pakai masker di dalam upaya pencegahan virus korona. Hal tersebut masih tetap berlangsung sampai sekarang, dan tidak mempunyai hasil sama sekali. Virus korona tetap menyebar dan tidak terkendali.
Pada umumnya pemerintah suatu negara  lebih memilih upaya vaksinasi penduduk, dan melakukan pembatasan kegiatan  aktifitas bisnis, sosial, dan pendidikan. Sebagai akibat masalah ini menimbulkan masalash sosial, dan kemunduran perekenomian suatu negara. Berbagai pembatasan terhadap aktifitas penduduk suatu engara diupayakan. Seperti kegiatan bisnis, sosial, dan pendidikan. Mereka dipaksa bekerja dari rumah, dan tidak melakukajn ontak dengan orang lain.  Berbagai pembatasan ini diberlakukan dan berulang kali. Namun pada kenyataannya tidak memberikan hasil sama sekali. Virus korona tetap menyebar dan tidak berhenti. Kebijakan pembatasan kegiatan bisnis, sosial, dan pendidikan ini tentu saja memperburuk kondisi ekonomi negara. Negara akan kehilangan potensi pajak, dan berbagai perusahaan mengalami kerugian, dan berkemungkinan kolap, srta bangkrut. Pemutusan hubungan kerja terjadi, dan memicu masalah sosial di dalam masyarakat. Kalau hal ini berlanjut tentu saja mengganggu kestabilan politik sebuah pemerintahan di negara tersebut.
Sebenarnya kondisi ini bisa diatasi dengan mengupayakan prekayasan atau praktik keinsinyuran (engineering practice) di dalam mengatasi masalah ini. Praktik keinsninyuran yang memungkinkan dilakukan tindakan pencegahan penyebaran virus korona. Mengupayakan setiap ruangan dan lingkungan terbebas dari virus korona pada konsentrasi yang lebih rendah, dan mungkin saja  mendekati nol. Sehingga setiap orang yang berada di dalam sebuah ruangan atau tempat tertentu tidak akan terinfeksi virus korona. Upaya pengurangan konsentrasi virus di dalam ruangan atau satu tempat merupakan salah salah satu pilihan.  Udara di dalam sebuah ruangan dibuang ke luar ruangan, dan mengupayakan pergerakan udara di dalam ruangan, atau di suatu tempat.