Mohon tunggu...
Baqum sw
Baqum sw Mohon Tunggu... Lainnya - Ruang santuy untuk berbagi catatan kehidupan

Baqum atau lebih kerennya Baq. Lahir di Sumedang 9 Februari 2001. Tumbuh dan belajar di Maluku. Saat ini belajar di Universitas Pattimura. Keep Santuy.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Puasa dan Eksperimen Marshmallow

6 Mei 2020   17:34 Diperbarui: 6 Mei 2020   17:30 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: google/NDTV Food 

Pada tahun 1960an ada sebuah percobaan yang dilakukan oleh Walter Mischel dari Stanford University. Percobaan tersebut bernama Marshmallow Experiment yang dilakukan untuk mempelajari mengenai kepuasan tertunda atau delay gratification.

Mischel mengetes beberapa anak berumur empat dan lima tahun. Masing-masing dari anak tersebut kemudian dibawa ke dalam suatu ruangan dan sebuah marshmallow ditaruh di meja depan anak tersebut. Mereka diberitahu bahwa mereka boleh memakan marshmallow sekarang, tetapi apabila mereka menunggu selama 20 menit maka Mischel akan Kembali dan memberika mereka bonus 1 marshmallow.

Alhasil dari percobaan tersebut terdapat sepertiga anak yang langsung makan, sepertiga lainnya menunggu dan mendapatkan bonus marshmallow dan sisanya berusaha menunggu namun pada akhirnya anak-anak tersebut memakan marshmallow.  Tujuan awal dari percobaan ini adalah untuk mengetahui proses mental yang membuat seseorang menunda kepuasannya saat ini untuk mendapatkan kepuasan yang lebih pada masa mendatang.

Namun, hasil yang paling unik sekaligus mengejutkan didapatkan setelah beberapa tahun kedepan. Anak-anak yang ikut dalam percobaan beranjak dewasa dan telah memasuki sekolah menengah. Lewat komunikasi dengan tiga putrinya yang dulu juga berteman dengan anak-anak yang ikut percobaan, Mischel menyadari bahwa terdapat perbedaan antara anak-anak yang menunggu dan yang tidak dalam nilai akademis mereka.

Kemudian pada tahun 1981 Mischel mengirimkan kuesioner kepada orang tua, guru dan pembimbing akademis dari anak-anak yang dulu ikut berpartisipasi dalam percobaan ini. Ia bertanya mengenai sifat mereka, kemampuan mereka untuk mengatasi masalah dan hubungan mereka dengan teman-teman. Mischel lalu menemukan bahwa anak-anak yang dapat menunggu memiliki nilai rata-rata 201 poin lebih baik dari mereka yang tidak bisa menunggu.

Sekilas, ini hanyalah sebuah eksperimen bukan ramalan tentang masa depan seorang anak, toh memang keberhasilan seorang anak ditentukan oleh banyak faktor dan eksperimen ini hanyalah percobaan yang dilakukan oleh seorang Wilter Mischel bertujuan untuk mengetahui proses mental seseorang untuk menunda kepuasan sementara demi kepuasan yang lebih banyak pada masa pendatang. Dan inti dari eksperimen ini adalah siapa yang mampu menunggu maka dia akan mendapatkan bonus.

Dan sebenarnya eksperimen semacam ini telah dilakukan oleh Muslim di bulan Ramadhan. Dimana seorang Muslim berkewajiban menahan makan, minum dan segala hal yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Puasa merupakan sebuah momentum untuk meraih takwa oleh karenanya umat Muslim yang sadar akan banyak bonus pada bulan Ramadhan pastinya harus menunda kepuasan sementara guna meraih kepuasan yang banyak pada puncaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun