Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tepatkah Ratap Tangis, Tetesan Air Mata Tertumpahkan?

18 November 2021   08:52 Diperbarui: 18 November 2021   09:01 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yerusalem kota religius kini jadi aus, tidak lagi becus dan haus pada  yang kudus. Sikap penolakan-Nya telah abaikan  keselamatan eksistensialnya. Pengabaian yang tidak dapat tidak berdampak negatif pada kehidupan lingkungannya.  "Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan,  dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau." Kemegahan Yerusalem yang tidak lagi mencerminkan kemuliaan Allahnya,  runtuh dan hancur. Yesus menangisinya.

Pada saat-Nya, memang terjadi orang-orang Romawi datang mengepung, menguasai dan menghimpit Yerusalem dari segala arah. Keindahannya sirna. Tidak ada satu batu pun tinggal terletak di atas batu  lainnya. Yerusalem, Bait Allah luluh-lantak, berantakan. Yerusalem  yang  menolak Allah, kalah dan musnah. Yerusalem Bait Allah telah kehilangan Allah. Yerusalem kehilangan segala-galanya. Punah. Yesus menangisinya.

Meneteskah air mata ini saat kehilangan Allah? Meratapkah diri, saat mengkhianati kebaikan kebenaran dan keindahan? Menangiskah diri, saat  sesat dan jahat? Tepatkah ratap tangis tetesan air mata kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun