Orang banyak ikut tercemar, tertular kebusukan dan kebejatan moral mereka. Orang banyak mereka gunakan sebagai bumper, sumber daya manusia yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk kepentingan pribadinya.  Virus kemunafikan mereka perlahan tapi pasti, bergerilya diam-diam meresap dan diserap tanpa terasa. Orang banyak yang tertular tidak pernah sadar bahwa keadaan mereka  jauh lebih buruk,  najis dan menajiskan. Â
Ahli Taurat, yang pekerjaannya menguraikan hukum Taurat menurut tradisi nenek moyang, terkena sentilan-Nya. "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga" Â Orang jahat yang tidak memiliki sikap tahu diri dan rendah hati, gampang tersinggung, Â menganggap teguran sebagai hinaan. Mestinya teguran digunakan untuk mengurungkan niat jahatnya. Kasihan! Bodohlah orang yang ingin terus melekat dengan kejahatan, yang tidak mau berpisah dengan kemaksiatan. Gampang "muntab", menjadi marah tersinggung terhina oleh teguran kasih-Nya, seolah-olah itu dimaksudkan sebagai celaan.
Ahli-ahli Taurat memuji diri, merasa bergengsi tingi di kalangan orang banyak,. Mereka dianggap mulia sebab mempelajari pustaka suci, tahu seluk-beluknya untuk mengajarkannya. Yesus juga mengoreksinya, "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun".
Ahli-ahli Taurat ditegur karena membuat tambahan kegiatan-kegiatan ibadah  yang lebih membebani bagi liyan, yang dalam kenyataan, mereka sendiri enggan  menyentuhnya.Tambahan kegiatan peribadahan dimaksudkan untuk memperlihatkan wewenangnya dan mendapatkan penghormatan. Tambahan kegiatan yang tidak seperti dimaksudkan Allah, yang tidak pernah diperintahkan-Nya.
Model orang Farisi dan ahli Taurat seperti itu adalah model orang yang perlu dikasihani. Mereka sebenarnya pandai namun koq memiliki pemikiran bahwa kejahatan dapat ditutupi dengan hal-hal lahiriah; bahwa duduk di tempat terdepan merupakan tanda orang terhormat; bahwa tanda  kekuasaan adalah mampu membuat aturan tambahan peribadatan untuk liyan, tanpa  mau ikut melaksanakannya; bahwa dengan mengatakan "TIDAK!" pada korupsi, berarti tidak korupsi. Kasihanlah mereka yang pintar namun berpikiran tumpul, sempit, dangkal dan dungu! Kasihan deh orang pintar yang  memiliki pemikiran seperti itu! Kasihan deh kamu! Celakalah kamu!
Apakah diri ini jadi orang Farisi dan ahli Taurat masa kini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H