Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasihan, Berorasi Anti Korupsi Tersandung Korupsi!

13 Oktober 2021   12:52 Diperbarui: 13 Oktober 2021   13:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang banyak ikut tercemar, tertular kebusukan dan kebejatan moral mereka. Orang banyak mereka gunakan sebagai bumper, sumber daya manusia yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk kepentingan pribadinya.  Virus kemunafikan mereka perlahan tapi pasti, bergerilya diam-diam meresap dan diserap tanpa terasa. Orang banyak yang tertular tidak pernah sadar bahwa keadaan mereka  jauh lebih buruk,  najis dan menajiskan.  

Ahli Taurat, yang pekerjaannya menguraikan hukum Taurat menurut tradisi nenek moyang, terkena sentilan-Nya. "Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga"  Orang jahat yang tidak memiliki sikap tahu diri dan rendah hati, gampang tersinggung,  menganggap teguran sebagai hinaan. Mestinya teguran digunakan untuk mengurungkan niat jahatnya. Kasihan! Bodohlah orang yang ingin terus melekat dengan kejahatan, yang tidak mau berpisah dengan kemaksiatan. Gampang "muntab", menjadi marah tersinggung terhina oleh teguran kasih-Nya, seolah-olah itu dimaksudkan sebagai celaan.

Ahli-ahli Taurat memuji diri, merasa bergengsi tingi di kalangan orang banyak,. Mereka dianggap mulia sebab mempelajari pustaka suci, tahu seluk-beluknya untuk mengajarkannya. Yesus juga mengoreksinya, "Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun".

Ahli-ahli Taurat ditegur karena membuat tambahan kegiatan-kegiatan ibadah  yang lebih membebani bagi liyan, yang dalam kenyataan, mereka sendiri enggan  menyentuhnya.Tambahan kegiatan peribadahan dimaksudkan untuk memperlihatkan wewenangnya dan mendapatkan penghormatan. Tambahan kegiatan yang tidak seperti dimaksudkan Allah, yang tidak pernah diperintahkan-Nya.

Model orang Farisi dan ahli Taurat seperti itu adalah model orang yang perlu dikasihani. Mereka sebenarnya pandai namun koq memiliki pemikiran bahwa kejahatan dapat ditutupi dengan hal-hal lahiriah; bahwa duduk di tempat terdepan merupakan tanda orang terhormat; bahwa tanda  kekuasaan adalah mampu membuat aturan tambahan peribadatan untuk liyan, tanpa  mau ikut melaksanakannya; bahwa dengan mengatakan "TIDAK!" pada korupsi, berarti tidak korupsi. Kasihanlah mereka yang pintar namun berpikiran tumpul, sempit, dangkal dan dungu! Kasihan deh orang pintar yang  memiliki pemikiran seperti itu! Kasihan deh kamu! Celakalah kamu!

Apakah diri ini jadi orang Farisi dan ahli Taurat masa kini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun