Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tritunggal, Allah Benar, Kuasa Kasih-Nya Esa Sempurna!

30 Mei 2021   10:33 Diperbarui: 30 Mei 2021   10:34 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam kebijaksanaan-Nya, Allah yang mengasihi, yang menjadi asal usul dunia dan manusia, Allah yang dikenal sebagai Allah Abraham Ishak dan Yakub, berkenan memutuskan memasuki sejarah manusia.  Allah berkenan turun memerosotkan diri, bergaul dan bersahabat dengan  manusia. Dalam Yesus Nasaret, Allah menyejarah, Allah menjadi manusia. Dalam Yesus Nasaret kesatuan Allah dengan manusia, dan manusia dengan Allah terjadi secara total. Dalam Yesus, Allah yang mewahyukan diri mencapai puncak kepenuhannya. Dalam Yesus Nasaret nampaklah siapa dan bagaimana Allah yang benar, sekaligus siapa dan bagaimana  manusia benar.

Dengan wafat-Nya di salib, Yesus menampakkan Allah benar  yang kasih-Nya tanpa batas.  Sekaligus di salib yang sama, Yesus menampakkan kesetiaan total sebagai manusia benar pada kehendak Allah, yang habis-habisan sampai titik darah-Nya tuntas. Bagi para penyalib-Nya, salib adalah puncak kebencian dan kebiadaban manusia bebal. 

Dengan kebangkitan-Nya, Yesus menampakkan Allah benar, yang kuasa dan kasih-Nya tanpa batas ke luar sebagai pemenang. Sekaligus menampakkan Allah yang berpihak pada Yesus sebagai manusia benar yang setia pada resiko melakoni  jalan kebenaran dan kehidupan.  Kematian Yesus di salib bukanlah kematian konyol yang diperuntukkan bagi penjahat kelas berat, melainkan tanda solidaritas kepada manusia yang juga mengalami maut.

Sejak kebangkitan, kenaikan-Nya ke surga dan turunnya Roh Kudus saat Pentakosta,  para murid yang mengikuti-Nya dididik secara khusus untuk hidup baru, hidup bersama-Nya dalam bentuk lain. Hidup bersama Yesus tanpa identitas fisik jasmani. Allah pencipta, Allah Abraham Ishak dan Yakub, Allah yang menjadi manusia dalam Yesus Nasaret, dengan Roh kasih-Nya yang kuasa dan tanpa batas, menyertai kehidupan murid-murid-Nya, Gereja sepanjang masa. Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik.

Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus,  Allah Tritunggal adalah Allah yang dialami manusia benar sebagai Allah benar, yang kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Allah Bapa adalah Allah yang menjadi  asal-usul manusia, seperti ayah ibu, orang tua menjadi asal-usul bagi anak-anaknya. Dengan sebutan Bapa tidak mau menjelaskan perihal jenis kelamin-Nya. Allah bagaikan orang tua yang dekat relasinya sehingga boleh menyebut-Nya Bapa. Juga karena relasi dengan Yesus yang  mengajarkan berdoa "Bapa kami..." Tak pernah terpikirkan mengenai Bapa Allah yang bersinah dengan Maria.

Allah Putra adalah Allah benar yang kuasa dan kasih-Nya tanpa batas, menjadi manusia dalam Yesus Nasaret. Dalam Yesus, Allah benar dan manusia benar menyatu. Tidak pernah terpikirkan mengenai kelahiran Allah, kematian Allah

Allah Roh Kudus  adalah Allah benar yang kuasa dan kasih-Nya tanpa batas menyertai, mendorong, menggerakkan hati untuk menyebut Allah sebagai Bapa dan menyembah serta mengaku Yesus itu Tuhan.

Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus, Allah Tritunggal adalah  Allah benar, yang kuasa dan kasih-Nya tanpa batas, Allah yang esa, sempurna.  Dalam relasi dengan Allah Tritunggal tak pernah dipikirkan mengenai jumlah Allah.  Allah Tritunggal adalah kesimpulan pengalaman iman akan komunitas kasih dan kuasa Allah tanpa batas, sempurna. Sebagai model komunitas kasih pengikut-Nya, Gereja sepanjang masa.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana posisi diri berhadapan dengan Allah benar yang kuasa dan kasih-Nya tanpa batas? Mau menjalin relasi pribadi? Atau mau mencari informasi  logis matematis? Sudahkah Bapa, Putra dan Roh Kudus menjadi prinsip dasar menata dan membangun kehidupan diri? Sungguhkah bangga dan bersyukur diperkenankan mengenal misteri Allah Tritunggal, Allah benar yang kuasa dan kasih-Nya tanpa batas,  esa sempurna?  

Yang mengalami Allah Tritunggal, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang kasih-Nya tanpa batas, esa sempurna. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Tritunggal Mahasuci.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun