Bacaan Sabtu 3 April 2021
Yesus dikuburkan ( Yoh 19:328 -42: Mat 27:57-61; Mrk15:42-47;Luk 23:50-56))
Yoh 19 ;38 Sesudah itu Yusuf dari Arimatea --ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi--meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu. 39 Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur  dengan minyak gaharu, kira-kira  lima puluh kati  beratnya. 40 Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. 41 Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang. 42 Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan mayat Yesus ke situ.
Renungan
Menurut Buku Pwdoman Berliturgi  Lingkaran Paskah, Komisi Liturgi Regio Jawa Plus, 1999, hal. 27  "Pada Sabtu Paskah Gereja berhenti di makam Tuhan, merenungkan penderitaan, wafat dan masuknya ke dunia kematian dan menantikan kebangkitan-Nya dengan puasa dan doa"  Kata "makam" bernuansa beda dengan kata "kuburan". Apalagi dilengkapi dengan  kata  "taman" dan "pahlawan",menjadi "taman makam pahlawan". Lazimnya kuburan beraroma angker, keramat, berhantu pocong, kuntilanak, seram menakutkan, ada pepohonan besar rimbun, dengan rumpun bambu dan rerumputan liar tak beraturan, hanya terlihat dipelihara, bersih, rapi dan indah saat "nyadran", sebulan sebelum datangnya bulan Ramadhan. Kuburan lebih terasa rasa kematian. Beda nuansanya dengan taman makam pahlawan. Bersih, rapi, teratur, indah ,jauh dari suasana seram, angker, keramat, menakutkan. Taman makam pahlawan berasa kehidupan, keberanian.
Sebagai bahan renungan, saya mengutipkan kisah Yesus dikuburkan dari Injil Yohanes. Narasi Yohanes terasa aroma kehidupan dan keberanian  yang diwartakan  "Dekat tempat di mana Yesus disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang". Penggunaan kata "taman" menunjukan adanya kehidupan, keberanian dari mereka yang hadir di situ. Yusuf Arimatea dan Nikodemus mewakili mereka yang hijrah dari group oposan pindah ke group sebelah yang tokoh sentralnya Yesus. Yohanes menarasikan Yusuf dari Arimatea --ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi--meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Matius melengkapi identitas Yusuf dari Arimatea sebagai orang kaya.Â
Markus menambah info tentangnya sebagai  Anggota Majelis Besar  yang terkemuka yang menanti-nantikan Kerajaan Allah. Lukas mengomplitinya dengan info sebagai  orang baik lagi benar. Tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis Besar berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi. Jadi keyahudian Yusuf  100% Yahudi, tidak usah diragukan. Sementara Nikodemus,  adalah orang Farisi,pemimpin agama Yahudi yang datang malam hari menemui Yesus "Rabi kami tahu, bahwa Engkau  datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan  tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya" katanya (Yoh 3:2) Dilematis sekali posisinya.Â
Di tengah oposan yang antipati pada Yesus, ia dapat disingkirkan jika diketahui  bersimpati pada-Nya. Maka ia datang pada malam hari, sembunyi-sembunyi, bagai berada dalam kegelapan yang melihat sebersit terang ilahi terpancar dari Yesus. Simpati Nikodemus lebih kentara lagi  saat dalam suatu persidangan, ia membela Yesus. "Apakah hukumTaurat kita mengjhukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya",tanyanya (Yoh 7:51). Di akhir hidup Yesus, Nikodemus tampil terang-terangan. Nikodemus datang ke Golgota, tempat Yesus disalibkan. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus.Â
Ia membawa campuran minyak mur  dengan minyak gaharu, kira-kira  lima puluh kati  beratnya. Bersama Yusuf Arimatea,  ia mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat. Di kuburan tempat kematian dan ketakutan bagi para murid, kecuali Yohanes, yang tidak diketahui pada lari ke mana , menjadi taman, tempat kehidupan dan ,keberanianYusuf Arimatea dan Nikodemus.Â
Tak lagi peduli pada dampak pengucilan, penyingkiran, penganiayaan, persekusi yang bakal dialaminya. Semua itu adalah resiko pilihannya bergabung dengan-Nya. Konsistensi dan konsekuensi dari pengalaman perjumpaan dengan Allah dalam Yesus, bertumbuh, bertunas, mekar, berbunga dan berbuah pada saatnya. Pengalaman eksistensial, yang tidak dapat tidak mesti diwartakan dan  ditawarkan sebagai pengalaman keselamatan. Golgota, taman di mana peluit "start" awal kesaksian para oposan ditiupkan menuju seribu satu, dua, tiga ...  Surga "finish"-nya. .Yusuf Arimatea dan Nikodemus sudah mengawalinya!
Bagaimana pertumbuhan kesaksian hidup kekritenan di wilayah sekitar? Apakah gejala Yusuf Arimatea dan Nikodemus terlihat?  "Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku. Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah" (Yoh 16:1-2)  Yusuf Arimatea dan Nikodemus, mereka  yang semula sembunyi-sembunyi, diam-diam, takut, berubah menjadi pemberani dihadapan umum memproklamasikan, mendeklarasikan diri sebagai pengikut Yesus Mereka hadir ketika para murid pilihan-Nya pada menyingkir dengan merawat jenazah Sang Rabinya secara layak.