Mohon tunggu...
Ben Brilianto
Ben Brilianto Mohon Tunggu... Guru - Menjadi guru sejak tahun 2002

Guru TIK di SMP Negeri 5 Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Uang atau Barang?

11 Juli 2010   15:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:56 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah di suatu desa tinggalah seorang dokter baru. Dokter ini berbeda dengan dengan dokter sebelumnya. Kalo dokter yang dulu mau diberi ongkos periksa dengan hasil bumi, tetapi dokter yang ini (katakanlah dr. X) hanya mau diberi uang. Di desa itu memang belum ada puskesmas. Puskesmas yang terdekat dari desa tersebut berjarak sekitar 5 Km. Walaupun ada beberapa warga yang mengeluh, tetapi gak bisa bilang apa-apa.
Suatu hari datanglah seorang pasien yang ingin berobat. Pasien itu memang baru pertama kali berkunjung ke dokter X. Dia juga sama sekali belum pernah mendengar tentang kebiasaan dokter tersebut. Pasien itu mengeluh karena sakit perut. Setelah diperiksa dan diberi obat dokter itu berkata,” Pak kalo makan jangan lupa cuci tangan dulu. Bapak terkena diare ringan.” “Baik pak, nasehat dokter akan saya ingat-ingat,” kata bapak itu sambil menahan sakit perut. Kemudian pasien itu itu mengeluarkan dompet hasil buatannya. Memang pekerjaan pasien itu membuat tas dan dompet dari kulit. “Pak Dokter ini dompet hasil perkerjaan saya. Sudilah kiranya dokter mau menerima dompet ini,” kata pasien itu sambil menyodorkan dompet. “Wah, maaf pak. Sebagai ongkos periksa saya hanya mau menerima uang,” jawab pak dokter. “Pak dokter, dompet ini memang betul-betul hasil buatan saya. Saya ingin pak dokter memiliki dompet buatan saya,” ukar pasien itu sambil berharap. “Sekali lagi ya pak, saya hanya mau menerima uang sebagai ganti obat dan biaya periksa,” jawab dokter itu agak kesal. “ Ya sudah, kalo gitu ongkosnya berapa?,” “Lima puluh ribu”, jawab dokter itu. Kemudian pasien itu membuka dompet yang akan diberikan ke dokter tadi. Dia mengambil 1 lembar 50 puluh ribuan dari beberapa lembaran yang ada di dompet. Dokter itu menerima uang itu sambil tercengang. Ketika itu juga pasien itu pamit mohon diri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun