Pantai Sawarna dengan menara batunya yang menjulang dan dikenal sebagai Tanjung Layar merupakan destinasi yang sempurna untuk geowisata. Suatu perjalanan geowisata tematis pada jalur tertentu – selanjutnya disebut geotrek – selain sarat dengan keindahan dan keunikan bentang alam, gejala ombak dan genangan terumbu karang, atau rekreasi di pantai pasir putih maupun berbatu, juga sarat dengan informasi geologi. Jadilah geotrek Sawarna sebagai geotrek yang menurut bahasa gaul sekarang: geologi bingits
Pantai Sawarna berada di Desa Sawarna, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Lokasi ini dicapai dari Kota Sukabumi ke arah ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuanratu, terus menyusuri pantai utara Teluk Palabuanratu ke arah Cisolok, lalu menanjak menuju perbatasan Jabar – Banten di Jembatan Ci Bareno. Setelah 3 jam berlalu dari Kota Sukabumi, masih perlu waktu sekitar 1 jam lagi melalui Cilograng. Dari Cilograng berbelok ke kiri langsung ke Desa Sawarna melalui jalan sempit berkelok-kelok dan turun-naik.
Penamaan Sawarna sendiri ditafsirkan oleh T. Bachtiar sebagai perubahan dari ‘suwarna’ yang berarti emas. Apakah ada emas di sini? Secara geologi tidak. Lokasi tambang emas terdekat adalah di Cikotok, lebih dari 25 km ke arah barat yang sudah tutup. Namun saat matahari terbit sinarnya menerpa dinding batu Tanjunglayar dan memberi warna keemasan. Sekarang ini dengan ramainya pariwisata, emas itu didulang berupa kunjungan wisatawan yang berdatangan terutama di akhir pekan. Homestay menjadi padat dibandingkan saat saya pertama kali mengunjungi Sawarna di tahun 2009.
Dalam geologi, Sawarna berada pada sisi selatan pada satu fenomena geologi yang dikenal sebagai Kubah Bayah (Bayah Dome). Kubah adalah gunung yang melengkung puncaknya. Namun Kubah Bayah adalah pelengkungan sedimen-sedimen laut Tersier yang terlipat dan tersesarkan. Menurut Peta Geologi Lembar Leuwidamar (Sujatmiko dan Santosa, 1992), satuan batuan tertua adalah Formasi Bayah berumur Eosen (kira-kira 50 juta tahun) terdiri dari endapan-endapan laut batulempung dan batugamping. Kondisi laut ini dipertahankan selama Zaman Tersier walaupun diterobos oleh dua kali magmatisme yaitu pada Kala Oligosen (Granit Cihara) serta pada kala Miosen Tengah-Akhir (Diorit Kuarsa, Dasit dan Andesit), sebelum seluruhnya terangkat dan dipengaruhi gunung api Zaman Kuarter, dan kemudian mengalami erosi sampai sekarang.
[caption id="attachment_368193" align="aligncenter" width="576" caption="Peta Geologi dengan titik-titik perhatian geotrek"][/caption]
Ketika pada Sabtu 7 Februari 2015 sebanyak hampir 60 peserta geotrek tiba di Tanjung Layar menjelang sore, foto-foto selfie mereka selalu mengambil latar belakang lapisan batupasir yang menjulang tinggi yang bertahan dari abrasi gelombang Samudera Hindia. Atau pada dinding breksi yang seolah-oleh seperti dinding pagar antara teras pantai ke lautan lepas yang menahan gempuran gelombang air laut yang kemudian memuncrat dahsyat.
Bartupasir yang menyusun Tanjung Layar serta breksi yang menjadi pagar itu seluruhnya menyambung dalam rangkaian lapisan-lapisan batuan sedimen yang menerus berjurus hampir barat timur dan berkemiringan ke selatan sebesar 20 – 30o.   Selang-seling breksi – batupasir yang jurusnya dapat ditelusuri menerus di atas teras pantai hingga ke Karang Beureum ini merupakan bagian dari Formasi Cimapag yang berumur Miosen Awal. Pada kala itu, kira-kira 23 – 20 juta tahun yang lalu,  batuan ini diendapkan pada lereng cekungan dengan mekanisme turbidit (pengendapan relatif cepat pada kondisi keruh dipengaruhi gravitasi). Karena tidak stabil, beberapa bagian mengalami longsor membentuk struktur slump. Itulah yang terlihat pada satu lapisan breksi yang terlipat-lipat di antara lapisan batupasir yang berlapis rapih. Maka dari itu struktur slump dikenal pula sebagai lipatan antar-formasi (intra-formational folding) yang bisa terbentuk  dalam skala besar maupun kecil.
[caption id="attachment_368194" align="aligncenter" width="461" caption="Tanjunglayar dan lapisan sedimen Miosen Awal Formasi Cimapag yang diantaranya berstruktur slump"]



Saat peserta berangkat dengan elf panjang 18 tempat duduk dari Museum Geologi melalui karst Citatah, sebenarnya jalur jalan ke Sawarna dari sebelah barat Kota Bandung ini menelusuri dasar laut Teluk Palabuanratu purba pada kala Oligosen hingga Miosen Awal 30 – 20 juta tahun yang lalu. Evolusi telah mengubah semuanya selama berjuta-juta tahun hingga saat sekarang untuk dinikmati pada Jelajah Geotrek Sawarna bersama Komunitas Matabumi.
Geotrek telusur pantai berbatu teras laut Sawarna – Karangbeureum betul-betul menikmati bukti-bukti geologi laut dalam yang sedikitnya berumur 20 juta tahun itu. Slump, lapisan yang terlipat miring, tersesarkan, terkekarkan (retak-retak) yang kemudian diisi kalsit, lensa batupasir halus, konkresi batupasir dalam batupasir, serta fenomena geologi modern seperti terbentuknya terumbu karang modern, serta proses abrasi deburan gelombang dahsyat, merupakan  daya tarik geotrek yang  dipahami atau tidak ilmunya, tetapi jelas terasakan merupakan sesuatu yang berbeda dan menimbulkan rasa ingin tahu.
[caption id="attachment_368196" align="aligncenter" width="461" caption="deburan ombak yang dahsyat di Tanjung Layar"]

Pengetahuan lain, walaupun dilihat dari jauh, adalah pengetahuan terjadinya menara stack Karangbokor serta Karanghawu di Palabuanratu. Keduanya merupakan produk abrasi yang menghantam ujung-ujung tanjung. Pada suatu pantai berteluk, kedua ujung tanjung yang mengapit teluk adalah morfologi yang lebih parah dihantam gelombang karena energi gelombang memusat ke arah tanjung dan dispersif melemah di pusat teluk. Begitulah bagaimana tanjung dihajar kanan kiri oleh abrasi sampai suatu saat membentuk karang bolong. Lama kelamaan, atap karang bolong ambruk dan menghasilkan pulau terjal yang terpisah di ujung tanjung sebagai menara stack.
[caption id="attachment_368197" align="aligncenter" width="300" caption="terbentuknya karang bolong dan menarak stack (www.reddit.com)"]

Dalam perjalanan pulang keesokan harinya, Ahad 8 Februari 2015, peserta sempat untuk memandang Teluk Palabuanratu dan Pantai Cibangban, Cisolok dari suatu ketinggian Gunung Tumpang (atau Gunung Gambrang). Gunung ini diduga sisa-sisa gunung api Kuarter yang jelas telah mati. Namun sekarang gunung ini lebih dikenal sebagai Puncak Habibie. Menurut penduduk setempat nama bukit ini menjadi terkenal gara-gara Menristek B.J. Habibie pernah berrencana membangun menara pemantauan pesawat buatan IPTN. Saat ini, tidak terlihat satu menara pun. Puncaknya rimbun oleh pepohonan. Jalan masuknya bergerbang besi yang terkunci.
Geotrek Sawarna kelihatannya memberi kesan yang mendalam bagi para peserta. Komentar beberapa peserta menyatakan bahwa berwisata dengan tambahan pengetahuan merupakan tuntutan wisata bagi masyarakat kota sekarang ini. Sekalipun bersenang-senang, berfoto selfie, kuliner yang enak, serta rekreasi tetap merupakan inti wisata, namun tambahan pengetahuan (apa saja) serta pertualangan dan persahabatan merupakan nilai positif geotrek. Itulah mengapa virus geotrek menyebar dengan cepat melalui media sosial semacam facebook, twitter, path, instagram, dan sekarang ini di grup whats-app.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI