Karya yang satu ini provokatif. Bagian auto kritik terhadap kehidupan mahasiswa sekarang. Kritisi terhadap dunia pendidikan terlebih aktivitas didalam kehidupan kampus. Memberikan sindiran terhadap mahasiswa yang tengah berada zona amanya.
Bergeraklah Mahasiswa. Eko Prasetyo menulis judul itu didalam cover depan mencolok dengan warna merah tanda berani yang kita ketahui bersama. Sebuah pembebasan, kemerdekaan, perlawanan, serta pemberontakan diajarkan dalam buku ini.
Namun saya tidak mengatakan unsur-unsur diatas sebuah buku yang negatif. Justru buku ini adalah angin segar dan peringatan untuk kita yang sedang belajar katanya di bangku kuliah. Bahasa yang digunakan segar, progresif, serta ajakan provokatif. Memberikan semangat dan berkorban untuk kembali menjadi mahasiswa yang seutuhnya.
Eko Prasetyo ingin mahasiswa kembali. Kembali kepada jalan yang seharusnya. Ia menggambarkan perbedaan masa kuliah jaman dulu dengan zaman sekarang. Ketika ia menggambarkan bahwa ruang kuliah kampus seperti kamar pribadi. Kelas jadi tempat singgah untuk menguji gagasan. Tiap ujaran dosen selalu disela dengan berbagai pertanyaan. Itu masa kuliah jaman dulu.
Lantas bagaimana dengan sekarang?
Lebih mirip dengan gedung bioskop. Ketika mahasiswa daftar dan membawa tiket. Lalu duduk didalam kursi yang nyaman. Lalu duduk dengan diam mendengarkan ceramah oral yang membosankan oleh dosen. Ruangan sunyi dan tidak ada saut menyaut pertanyaan apalagi pemberontakan dalam kelas.
Ia menggambarkan bagaimana tumpulnya gerakan mahasiswa jaman sekarang. Tergerus oleh paradigma pragmatis era kapitalis. Gerakan organisasi eksternal yang sudah kehilangan angin segar dalam bergerak. Serta organisasi kemahasiswaan yang berorientasi pada popularitas acara yang dihasilkan.
Buku ini dibilang memberikan wacana untuk mahasiswa berani bersikap. Orientasi yang dihasilkan untuk tidak menjadi pragmatis. Buku ini mengkritisi terhadap IP bukan kunci kesuksesan, kekayaan, pangkat dan popularitas bukan sebuah makna sukses yang sesungguhnya. Namun ada tugas yang lebih berat dari meraih hal tersebut, yaitu tentang kemanusiaan.
Kemanusiaan bagi saya sendiri adalah sebuah harga tersendiri. Bukan soal agama, sosial, dan faktor lainya. Kemanusiaan adalah soal hati nurani. Ia mengajak bagaimana mahasiswa berani untuk kembali untuk mendengar jeritan orang-orang kecil dibawah.
Bergeraklah mahasiswa adalah tawaran mahasiswa ingin menjadi seperti apa. Mahasiswa hukum yang kelak menjadi pengacara membela keadilan orang kaya? Mahasiswa kedokteran yang menjamin kesehatan para juragan dan pejabat? Mahasiswa arsitektur yang membangunkan gedung, jalan, rumah dan menggusur rumah rakyat kecil? Ini adalah tawaran kita sebagai mahasiswa mau jadi mahasiswa seperti apa?
Eko Prasetyo masih percaya masih ada mahasiswa yang berani. Berani untuk menantang keadaan. Berani merubah keadaan.