Mohon tunggu...
Bbicentral
Bbicentral Mohon Tunggu... -

enjoy

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kutu-nya-Bukan-Loncat-tapi-Pindah

19 Februari 2012   01:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:29 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah salahku memilih teman atau salah teman yang kutu-an. Akan tetapi setelah berengkrama dengan temanku ini, aku jadi ber-kutu. Baiklah, akan aku terangkan asal muasal bagaimana aku yang pembersih ini bisa kutu-an.

Kira-kira seminggu yang lalu, aku kedatangan tamu dari kelurahan sebelah. Seorang perempuan nyaris janda bernama Jijah. Ia membawa serta 2 gadis kecilnya. Jijah bercerita tentang kisruh rumah tangganya yang sedang di hujung tanduk. Menurutnya, suaminya punya wanita idaman lain hingga membuatnya juga mempunyai lelaki idaman lain. Tahun belum lagi berganti, tapi ia merasa harus segera mengganti suami lagi. “kalau sudah tak ada kecocokan, untuk apa dipertahankan”, begitu katanya saat aku bertanya mengapa begitu cepat ia ingin mengakhiri hubungan. Selagi ia asik bercerita, aku memangku dan memeluk anak pertamanya. Menjadi kebiasaanku saat melihat anak kecil, apalagi anak-anak lucu dan cantik.
Singkat cerita, tiba-tiba Jijah memungut sesuatu dari rambut anaknya yang kupangku. Rupanya sesuatu itu kutu. Kulihat Jijah melumat kutu tadi ke dalam mulutnya. Ia gigit dengan geram. Melihat adegan itu, aku berusaha mengendalikan rasa geli, khawatir campur seram. Kubayang-bayangkan kutu anaknya pindah ke rambutku.
Kekhawatiranku terbukti. Satu induk kutu kutemukan di kepalaku saat setelah keramas. Namun tahukah kau kawan, bahwa pada kenyataannya Kutu rambut tidak suka terbang dan tidak dapat melompat. Mereka pindah dari kepala satu ke kepala yang lain saat dua kepala tersebut berdekatan, misalnya saat berjalan bersama-sama dengan pembawa kutu rambut.
Mendapati penemuan ini, aku jadi teringat dengan berita kepindahan wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf ke partai demokrat, dimana sebelumnya ia bermukim di Partai Amanat Nasional. Karena kepindahannya itu, ia disebut-sebut bajing loncat.

Kepindahan Dede Yusuf ke partai demokrat adalah hal wajar dan sudah memenuhi etika politik. Ia pindah hunian karena mungkin merasa hunian lama tak lagi bisa menampung keinginannya, atau ia membutuhkan kondisi yang hangat untuk bertahan dalam kekuasaan, atau pula mungkin saja ingin memanfaatkan peluang mengingat partai demokrat sebagai partai besar. Lagipula sesama politisi, mereka biasa berinteraksi satu sama lain dan sudah saling mengenal tempat hunian masing-masing. Jadi kesimpulannya, Dede Yusuf bukan meloncat melainkan pindah. Dan kepindahannya itu bukan merupakan masalah besar asal tak melanggar AD/ART partai, dimana ada masa atau waktu exfired bagi keanggotaan seorang kader untuk melanjutkan masa keanggotaannya atau keluar mencari perahu baru. Apalagi menurut ketua DPP PAN Hatta Radjasa, kepindahan Dede Yusuf ke Partai Demokrat untuk mencalonkan diri menjadi bakal calon Gubernur.

Dalam politik, apapun bisa berlaku. Tak perlulah dipersoalkan mengapa ia pindah haluan. Apalagi jika laku tersebut terjadi di negara ini. Namanya Indonesia, jadi nikmati saja.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun