Kira-kira seminggu yang lalu, aku kedatangan tamu dari kelurahan sebelah. Seorang perempuan nyaris janda bernama Jijah. Ia membawa serta 2 gadis kecilnya. Jijah bercerita tentang kisruh rumah tangganya yang sedang di hujung tanduk. Menurutnya, suaminya punya wanita idaman lain hingga membuatnya juga mempunyai lelaki idaman lain. Tahun belum lagi berganti, tapi ia merasa harus segera mengganti suami lagi. “kalau sudah tak ada kecocokan, untuk apa dipertahankan”, begitu katanya saat aku bertanya mengapa begitu cepat ia ingin mengakhiri hubungan. Selagi ia asik bercerita, aku memangku dan memeluk anak pertamanya. Menjadi kebiasaanku saat melihat anak kecil, apalagi anak-anak lucu dan cantik.
Singkat cerita, tiba-tiba Jijah memungut sesuatu dari rambut anaknya yang kupangku. Rupanya sesuatu itu kutu. Kulihat Jijah melumat kutu tadi ke dalam mulutnya. Ia gigit dengan geram. Melihat adegan itu, aku berusaha mengendalikan rasa geli, khawatir campur seram. Kubayang-bayangkan kutu anaknya pindah ke rambutku.
Kekhawatiranku terbukti. Satu induk kutu kutemukan di kepalaku saat setelah keramas. Namun tahukah kau kawan, bahwa pada kenyataannya Kutu rambut tidak suka terbang dan tidak dapat melompat. Mereka pindah dari kepala satu ke kepala yang lain saat dua kepala tersebut berdekatan, misalnya saat berjalan bersama-sama dengan pembawa kutu rambut.
Mendapati penemuan ini, aku jadi teringat dengan berita kepindahan wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf ke partai demokrat, dimana sebelumnya ia bermukim di Partai Amanat Nasional. Karena kepindahannya itu, ia disebut-sebut bajing loncat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H