Mohon tunggu...
Bambang Purwanto
Bambang Purwanto Mohon Tunggu... -

Water supply engineer more than 30 years, men, indonesia

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

4 Hari Numpang Sakit di Jophanesburg Afrika Selatan

24 Februari 2010   02:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:46 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mendapat undangan dari  Sekretariat Internasional Water Dialogue London  untuk mengikuti workshop yang membahas permasalahan kerjasama pemerintah swasta (kps) air minum di Johanesburg (Joburg) Afsel, rasanya ya seperti pucuk dicinta ulam tiba mengingat seumur-umur belum pernah pergi ke Afrika, mulailah penulis ngurus visa ke Kedutaan Besar Republik Afrika Selatan di Wirma BRI jalan Sudirman Jakarta, ngisi formulir dengan menyertakan undangan jadilah dalam beberapa hari visa tersebut, rasanya kok gampang banget atau memang sedikit banget orang Indo yang mau pergi kesana?.

Tanggal 3 Desember 2005 dengan menumpang Singapore Airline (SQ)  penulis berangkat berdua sesama anggota NWG (National Water Dialogue Group) sedangkan ada seorang teman yang sudah berangkat duluan, perjalanan Singapore ke Joburg nonstop ditempuh dalam waktu 13 jam-an, jadi lumayan panas pantat duduk dipesawat, penulis mencoba tidur istirahat dipesawat, diselingi nonton film dan juga jalan-jalan nglemesin kaki.

Tak terasa pagi berikutnya pesawat sudah mendarat di Joburg, dari pesawat menuju terminal menggunakan bis yang bisa naik turun seperti fasilitas di bandara Chicago sana, sambil tengok sana-sini lewat jendela, ada hal yang menarik,  ternyata bandara Joburg dikelilingi pagar besi yang diatasnya diberi  aliran listrik, masuk ke terminal giliran ngantri di meja imigrasi, aduh mak leletnya petugas disana, jadi ya ngelus dada sabaar, hampir 1 jam ngantri akhirnya lolos ambil begasi dan terus keluar.

Dari pihak pengundang wanti-wanti banget, jangan keluar terminal tunggu nanti kami jemput ya mas, waduh memang sebelum berangkat kami sudah dapat pesan macam2, ada pengalaman dua orang temen yang ada acara di Durban yang seorang barangnya habis dirampok ditengah hari bolong, setelah dia coba jalan-jalan keluar hotel berdua, untung yang satu sempat nyebar uang dan lolos lari masuk supermaket (setelah si gerombolan copet/rampok asyik mungutin uang yang berserakan), naas bagi temen yang satu kurang cepat reaksinya, diprotolin habis uang dan sebagainya sampai jam warisan juga diembat gak ada ampun tinggal nyawa saja satu-satunya yang sisa duile ngerinya.

Tapi dasar penulis ya gak sabaran nyobain keluar sambil foto-foto sekitar bandara, lumayan sambil ngangin-angin, kalau ada mas-mas item bluwek yang nyapa nawarin taksi omprengan, ya cukup dijawab senyum sambil gelengan kepala saja, tak berapa lama datanglah mobil jemputan. Mobil langsung meluncur ke Kapanong Hotel, tapi yang menarik pemandangan dirumah-rumah ya pasti pagar besi diatasnya ada kawat telanjang yang dialiri listrik, tipikal rumah-rumah mirip rumah pinggiran kota kecil di Belanda atau negara Eropa lainnya, maklum penduduk Afsel banyak yang berasal dari sana, anda pasti masih inget jamannya politik apartheidnya presiden Botha yang Blanda itu.

Makan siang sambil ngobrol kenalan dengan peserta dari negara-negara lain dan proses administrasi standar lainnya, sorenya acara workshop dimulai sudah masuk sesi perkenalan yang lebih formil dalam ruangan, dibagi dalam beberpa grup, dan  grup penulis  menamakan diri "The Big Five" (itu lho 5 binatang  kebanggaan Afsel; Kerbau, Gajah, Harimau, Badak, dan Singa maaf ya kalau ada yang keliru) acara perkenalan model partisipatif setiap orang diminta menyebutkan makanan favoritnya dan bagaimana cara membuatnya, aduh acaranya seru dan lucu setelah masing-masing diminta menebak siapa nama teman dilingkaran, otomatis banyak salah jelasin maklum kan baru ketemu, lagian bahasa Inggrisnya ada yang ngirung, ada yang kenceng tapi cepat o alah, yang penting acara cukup ramai dan bikin akrab, malamnya makan malam bersama "menu afrika" yang notabene daging melulu, uwah bikin mblenger perut.

Malamnya badan kerasa kurang enak dan batuk-batuk tanpa berhenti, tenggorokan guatel banget dan dahak dikerongkongan kayaknya banyak, mati aku ndilalah sialnya baru kali ini saya bepergian gak bawa sepotong obat apapun konyol bin sial banget. Padahal Joburg udaranya cukup jarang karena terletak diketinggian jadi sangat tidak bersahabat buat yang lagi batuk, hampir semalaman gak bisa tidur, paginya waktu mau masuk ruangan pertemuan sudah gak fit kleyengan sedikit mumet, didalam ruangan rasanya terganggu oleh batuk ngikil terus

Siang hari kondisi  saya tambah parah, panitia bingung akhirnya diputuskan untuk pergi kerumah sakit "Burger Hospital" di Joburg, disana di cek macem-macem termasuk difoto rontgen segala dan keputusannya harus segera masuk untuk dirawat inap, aduh biyung  biar disambar geledek gak mau aku dirawat nginep dirumah sakit asing takut kalau nanti diedel-edel siapa nolongin (dalam hati sudah ketakutan), saya tetap ngotot gak mau dirawat inap, akhirnya setelah otot-ototan dengan  bude bule  sang dokter, tiba putusan boleh gak dirawat tapi dengan catatan kalau ninggalin rumah sakit harus tanda tangani surat macem-macem plus sialnya gak bisa diberi obat apapun, waduh ya sudah saya nekat minta dibawa pulang ke Kapanong Hotel.

Akhirnya panitia berusaha cari alternatif menghubungi dokter lain, untung ketemu dokter mas India yang buka praktek di klinik kecil, setelah diperiksa dia komentar gak apa-apa nih, cuma batuk biasa (rupanya dia sudah biasa menangani keluhan orang Asia yang sakit batuk), memang rasanya batuk gatel tenggorokan pasti kita semua pernah  merasakan deritanya.

Saya minta kalau bisa secepatnya pulang ke Indo, jawabnya; "ok nanti saya buat surat ke SQ untuk "take care" bawa penumpang yang sakit, angan kuatir", urek-urek dia nulis surat, tak lupa juga nulis resep obat untuk segera diminum, pulanglah kami kehotel dengan sedikit lega.

Acara pertemuan ya sudah gak bisa ikutan lagi, dari 2 orang temen satu orang ikut acara yang temen satu lagi ya sibuk ngurusin saya yang lagi sakit, besoknya setelah panitia juga mengurus perubahan jadwal penerbangan saya ke Jakarta, tanpa kesulitan saya bisa pulang dengan penerbangan pertama, yang lucunya walau badan rasanya sudah mendingan tetap didorong-dorong naik kursi roda, gak boleh sombong jalan sendiri, untung ada teman pakde sepuh dari India yang juga didorong dengan kursi roda, tibalah naik pesawat jadi penumpang VIP serba duluan dan serba dilayani.

Sampai di Singapore masih didorong-dorong dengan kursi roda oleh ibu-ibu pegawai SQ, karena waktu masih pagi saya dengan petugas SQ bilang minta ikut penerbangan yang sorean, saya mau beli oleh2 yang gak sempat saya beli sebelumnya, tapi melihat rekomendasi surat mas dokter India di Joburg saya disarankan cepet pulang dan istirahat, biar cepat sembuh.

1 jam 20 menit mendaratlah pesawat saya di Cengkareng, semua bagasi diurus petugas SQ sambil ditawari naik kursi roda yang saya tolak mentah-mentah, tiba giliran mereka bawain barang saya kok masih dibawain kursi roda yang katanya punya saya, saya tolak, itu kursi roda mungkin punya SQ Joburg atau Singapore mas bukan punya saya.

Langsung keluar bandara Cengkareng, saya minta dianter ke Soto Bangkong  rasanya sudah kangen sekali, aduh gobyos keringat keluar semua habis  makan soto campur plus teh manis panas, saya langsung mampir ke Dr. Syahrial Muchtar untuk cek sambil saya sodorkan hasil foto rontgen; komentar beliau; jantungnya bengkak 50% gara-gara batuk teruis menerus, kok ya nekat bepergian gak bawa obat. Saya cuma nyengir sambil berjanji dalam hati kalau bepergian yang penting harus dibawa adalah; obat anti diare, obat sakit kepala, obat antibiotik dan vitamin C.

Sebetulnya Afrika menarik untuk dieksplore tapi harus tahu caranya, dan yang saya ingat kalau bicara Afrika Selatan ya Sang Presiden Pertama Nelson Mandela, beliau sangat rasional dan sangat komit dengan "rujuk nasional" contohnya; waktu beliau masih jadi tahanan politik, pernah dikubur tinggal kepalanya saja dan dikencingi oleh si sipir penjara, tapi apa yang terjadi setelah beliau jadi presiden pada suatu acara jamuan makan malam diundang sang sipir (yang sudah terkencing-kencing di celana ketakutan), ternyata setelah ketemu langsung dengan beliau  hanya ditepuk pundaknya oleh Sang Nelson sambil bilang "saya tahun kamu hanya menjalankan tugasmu", waduh heubat tenan Mandela ini, bisa melupakan pengalaman pahit masa lalu, demi masa depan bangsanya, bravo Afsel.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun