Mohon tunggu...
wirdan bazilie
wirdan bazilie Mohon Tunggu... -

Menulis untuk mengisi waktu luang bisa dihubungi di @beanbazilie Insyaallah akan ada tulisan baru setiap hari Sabtu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hari Hujan di Bulan November

4 November 2017   22:15 Diperbarui: 4 November 2017   22:20 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            "Apakah kamu juga sedang menunggu seseorang?" tanyanya lagi sambil menarik bangku kosong di sampingmu.

            "Tidak," jawabmu pendek.

            Ia terseyum lagi, berusaha menggodamu. Kamu tak peduli, dan membiarkannya duduk di mejamu.

           

            "Aku butuh menyusun hidupku dari awal, aku tak bisa melakukannya berdua denganmu, bisakah kamu pergi?" Kau mengusirnya dengan cara yang halus. Ia menggenggammu lalu mencium punggung lenganmu. Ada rasa hangat mengalir dalam tubuhmu.

            "Kamu juga kesepian kan?" tanyanya.

            Ada jeda yang cukup lama. Kau ingin membela diri, tapi kalimat-kalimat yang terbiasa kau gunakan tertahan di bibirmu. Ada semacam keheningan antara dirimu dan dirinya. Tapi kamu telah terbia dengan itu, hingga akhirnya dirimu tak risih dengan perbuatanya yang sebenarnya tak sopan.

            "Caf ini dingin, maukah kamu pergi ke tempat yang lebih hangat?" Ia mengajakmu pergi.

            "Maaf," kamu meninggalkan perempuan itu, pergi bersama semua hal milikmu. Meninggalkan percumbuan yang tak sakral dan secangkir kopi yang belum kau sesap sedikit pun.

           

            Di depan pintu caf, kau membakar sebatang rokok untuk menghalau dingin bulan November. Kau bertanya-tanya apa yang akan terjadi di bulan Desember dan apa yang akan dilakukan pada permulaan Januari. Tapi dengan pasti, dalam udara yang dingin dan jalan yang sunyi kau berteriak "Ibuu! Maaf! Tahun ini aku tak pulang lagi." Kau menembus hujan, berusaha menyembunyikan air mata yang sudah tak tertahankan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun