Mohon tunggu...
Bazier Arif
Bazier Arif Mohon Tunggu... -

yups' alhamdulilah masih di berikan kesempatan untuk menuntut ilmu walau harus kesasar dan tak tahu arah karena sejatinya masih berada pada kamar fakultatif belum berada ranah dan lahan yang bernama universitas ,masih belum layak dikatakan kuliah karena masih berkutat pada hal2 yang juz'iah ,masih perlu belajar untuk terus memaknai dan terus memaknai dan menjalani agar benar benar tahu bahwa kuliah yang ada adalah kehidupan ini sesungguhnya untuk biographical singkat "biarkan jakarta menjadi saksi dan lompatan-lompatanku diatas benua dunia ini ,untuk tidak menjadi sia-sia hingga aku tidak dikatakan manusia yang sedang tersesat dan tolah-toleh di tengah peradaban tua dipinggir sungai di pinggiran sahara ditengah maidan gizza karena untuk sampai hari ini aku belum bertemu dengan musa ....... (karena jujur kata mahasiswa sungguh tinggi untuk kami yang belum bisa memahami banyak makna )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Semoga Bukan Melulu Jakarta"

17 Januari 2010   06:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:25 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kenapa budaya ngumpat dan ngembat itu kian biasa dan mashur ditelinga kita ,kenapa kita lebih suka ngumpat orang lain dari pada harus melihat kepada diri sendiri ,kenapa kian lama kian nyaring bunyi umpatan kita, yang kita tujuka untuk orang lain, untuk dia mereka, dan untuk semuanya ,bukan malah kian terdengar serak ,agar kita malu kalau sebenarnya umpatan2 yang kita layangkan itu tak jauh jeleknya dengan suara keledai yang sudah bosen melihat kelakuan pemiliknya, karena memang tidak ada bedanya mungkin, antar si keledai dan yang menunggang keledai, atau orang yang sedang mencabuki keledai , gaya kehidupan dan budaya apa yang sedang kita bentuk dalam kehidupan dan keseharian kita,

model dan seperti apa yang sedang kita rancang untuk kita kenalkan pada generasi yang akan datang setelah kita, bahkan tamu2 yang datang mengunjungi negeri kita ,janga2 semakin lama kamu disini, semakin pandai dan lihai untuk mengumpat orang lain ,tanpa harus melihat kedirimu sendiri ,jangan2 sudah beberapa benua kita lalui ,dan kita lompati ,toh malah membuat kita kembali kedusun dan kekampung kampung yang kita buat sendiri, kampung yang nan jauh disana, yang tidak terikat system de jure, dan de facto, tidak diakui tidak apa 2 ,tidak dianggap juga ndak masalah, tidak di gubris ya monggo, wong kita sedang membuat sekat untuk masuknya aliran2 yang datang yang bukan dari kampung2 kita, dinegeri yang bernama Indonesia raya, yang doakan saja semoga Jakarta bukan lagi menjadi symbol ekonomi dan perwajahan REPELITA kita , dan symbol kemegahan ,dan symbol sebuah metro politan ,bahkan mega politan, yang telah di rancang dalam beberapa, dan bermacam macam REPELITA dan REPELITA ,.............

yang jelas yok kita tinggalkan Jakarta sejenak ,kita ubah cara pandang kita untuk tidak melulu Jakarta, tidak melulu monas, dan tidak melulu itu 2 saja ,biar tidak kita sandarkan kehidupan ,dan bahkan massa depan kita, di kota yang bernama Jakarta itu, semoga ini benar2 terjadi dan semoga ini benar2 terwujud ,karena mimpi2 anak2 di ribuan pulau ditanah bernama Indonesia ini(dan semoga saja ibu kota kita berpindah dari pulau jawa ke pulau pulau yang lainya toh Indonesia masih kaya akan pulau yang kita saja kadang kebingungan untuk memberikan nama kepadanya ,bahkan menjaganya biar ndak di invasi lagi diotak atik lagi atau di embat lagi biar kita benar-benar menjadi sebuah NKRI yang utuh dari ujung sampe ujung ) ,kini harus berubah menjadi mimpi merubah dunia dari rumah mereka sendiri, bukan harus Jakarta kenapa ?karena sudah terlalu banyak asesoris dan modifikasi dan tetek mbengek yang membuat kota itu bukan malah indah secara makna, malah amburadul ,anda akan benar2 masuk rimbanya Indonesia, dan itu bukan di irian jaya, atau dipedalam Kalimantan ,tapi anda akan masuk rimbanya Indonesia tepat di kota yang bernama jakarata ,banyak raja hutan dan raja rimba yang muncul disini ,bukan hanya singa ,tapi tikus2 lah yang menjadi raja rimba di rimba bernama Jakarta ini ,jika anda tersesat dan kebingunan masuk hutan, katakanlah di irian jaya, paling pol anda akan kebingunan dan muter2 dari satu tempat ketempat lain, anda pun tak perlu khawatir akan kehausan atau akan kelaparan ,karena hutan di irian jaya lebih sopan ,dan mempunyai hati nurani dari pada rimbanya manusia Indonesia bernama Jakarta itu, anda harus punya paling tidak lima ratus atau seribu perak ,untuk membasahi tenggorokan anda, atau untuk membuang air hasil reproduksi makanan dalam perut anda yang lumrah kita kenal dengan air kencing (tapi paling ndak bersyukur orang Indonesia ndak kencing seenaknya ,ndak berprinsip bahwa kulla ardun hammmam,paling nggak ,kebudayaan kita sudah ndak kayak kebudayaan monyet, yang kencing seenaknya sendiri, atau keledai yang tinggal ngotor ndak tahu malu hehehe,dan saya bukan sedang menghina orang2 jakarta tapi semoga pengharapn kita dan keinginan kita menggantungkan cita2 di ibukota Indonesia itu dapat berganti arah karena sudah saatnya bangsa ini maju ,ada sebuah perubahan besar dan secara mendasar,ya kalau perlu ibukotanya pindah,kalau perlu kita canangkan untuk bukan melulu Jakarta sebagai kota massa depan dan kota harapan generasi Indonesia ini ,tapi kita mulai bangun dari desa dan rumah kita ,,,,,, ),,,,

Ya itu mengenai rimba dan hutan2 yang di buat manusia ,di seting dengan pohon-pohon yang mampu mengeluarkan cahaya ,di sulap dengan rimbunan rimbunan gedung yang mampu menawarkan segala tetek mbengek gemerlap dunia ,anda mau makan sambil nonton ,ada mau nonton sambil makan juga ada ,mau apa saja, sambil sambilan juga ada. yang tidak ada kayaknya, kalau anda mau apa saja sambil gratis, sambil ndak mbayar karena ndak ada disana ,dan benar2 ndak ada ,bahkan kalau perlu anda mau napas kayaknya harus bayar (bernafas dalam standard kesehatan yang memadai bernafas dengan mengambil udara yang bernama oksigen o2 ,lalu kita keluarkan dengan nama co2 ,ndak bisa,,,,, bisa2 anda sedot co2 anda keluarkan co2 yang bercampur dengan ramuan solar dan limbah udara )..

Apa ada yang gratis ? yang disediakan free of charge ? ya jelas ndak ada, yang ada sekilas seperti ini lady’s free ,terus freeman (preeman ),free from six till ten , dan masih banyak free free yang lainya yang jauh dari freee kamanusiaaan ,Jakarta itu kota duit, kota impian, kota harapan ,buat mereka yang sedang merajut impian ,tapi hati hati kalau2 rajutan anda malah akan jadi belenggu dan jarring yang membuat anda ndak bisa keluar dari system gila rimba belantara Indonesia ini ………………………………………….

Lho kenapa to kok harus ngembat, kenapa to harus maling ,ngutil ,nyolong , wong kata mbah samin “kenapa harus maling, kalo minta saja di kasih ,kenapa harus nyolong kalau ngomong aja di beri “,tapi ini lain mbah, Jakarta bukan di blora, yang katanya tempat orang2 suku samin yang lebih beradab dari pada di pusat peradaban yang mereka puja puja ini ,jangan2 di kota beranama Jakarta ini kita cetak para maling2, dan kita keluarkan alumni terbaik untuk pencuri kelas nasional ,jangan2 di Jakarta ini???? ……………………

Untuk yang terakhir, kalau dari semua yang diatas adalah masalah mbayar,mbayar nggak ada uang ditendang ,nggak ada duit dihimpit ,nggak ada harta dihina ,lho bukanya tuhanmu, pangeranmu ,yang maha pengasih ndak pernah meminta profit ,atau bagi hasil dari setiap jengkal tanah ,bahkan hasil tambang yang kau gali untuk dirimu dan bahkan keluarga mu sendiri ,sang maha kaya itu ndak pernah minta bagi hasil ,dan bahkan menerapkan tariff untuk udara yang kau hirup ,air yang kau bukan lagi minum ,tapi sedot ,nasi yang kau makan, dan semua factor pemenuhan hidup yang ada di sekitarmu ,bahkan sang maha hidup itu ndak pernah memberikan tariff untuk setiap waktu dan kesempatan yang kau buang2 di tengah jalan kesia-siaan, dengan tariff seperti yang diterapkan perusahan nomor prabayar atau jaringan telekomunikasi manapun ,lho kamu itu didatangkan, ditempatkan di tanah bernama Indonesia itu sudah gratisss, freee ndak bayar sama sekali, kok sesama kawan ,dan sesama hidup ,dan sesama hamba kok kamu mematok harga ,memasang tariff, lhoooooo siapa kita kalau bukan maling teriak maling ,garong teriak garong ,wong kita ndak pernah punya, kita kere, tapi kita pengen di klaim orang paling kaya ,wong kita ndak pernah memberi, kita pengen di gelari dermawan yang baik hati ,wong kita nggak pernah berbuat jasa ingin disebut guru bangsa ,wong kita ndak pernah nolong dan ndak pernah apa apa masih ingin dan bahkan minta untuk digelari dan dijuluki ……………………………………. Lalu kenapa ndak pernah kita mengaku dan menuntut gelar kehambaan kita, ndak pernah kita menyadari gelar kelemahan kita, ndak pernah kita mengerti gelar ke bodohan kita ,karena sejatinya kita adalah manusia yang selalu lupaa……………………………………

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun