Mohon tunggu...
Bayu Yanuar Wijaya
Bayu Yanuar Wijaya Mohon Tunggu... -

"Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dolly Ditutup, Muncul Masalah Baru bagi Pemkot Surabaya

18 Juni 2014   13:20 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:17 1154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14030474691063228356

Suasana malam di gang Dolly sebelum ditutup oleh Pemkot Surabaya. Sumber : Tempo/Fully Syafi

Satu lagi kebijakan fenomenal yang dibuat oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang akan menutup lokalisasi Dolly dan Jarak. Rencana penutupan lokalisasi tersebut adalah pada hari Rabu, 18 Juni 2014. Tentu saja penutupan lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara ini berdampak positif dan negatif. Kawasan Dolly memang sudah tidak asing di telinga masyarakat sebagai kawasan yang dicap sebagai kawasan buruk yang jauh dari norma dan budaya orang timur. Terdapat beberapa sisi positif dari penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak yaitu mengurangi prostitusi dan sex bebas yang selama ini menjadi penyakit masyarakat. Penutupan Kawasan Dolly disambut baik oleh masyarakat yang pro kebijakan tersebut.

Sebagai Walikota, Tri Rismaharini tentu tidak ingin generasi arek-arek Surabaya terjerumus ke jalan yang salah yaitu sex bebas, serta angka kehamilan di luar nikah semakin meningkat. Kebijakan ini tidak serta merta tanpa efek samping. Risma juga harus memikirkan nasib ribuan PSK yang berada di lokalisasi Dolly dan Jarak. Sudah terlalu banyak orang yang menggantungkan kebutuhan ekonominya dari lokalisasi ini, mulai dari pekerjaan sebagai tukang parkir, bahkan sampai pekerjaan yang dianggap hina yaitu PSK dan mucikari. Tidak terbayangkan rotasi perputaran uang di kawasan Dolly yang setiap harinya bergulir, tiba-tiba berhenti secara mendadak.

Perputaran uang memang bisa diakali dengan cara membangun pusat-pusat keramaian baru. Namun PR yang paling berat bagi Walikota Surabaya adalah merelokasi para PSK dan mempekerjakan mereka sebagaimana wanita pada umumnya. Namun terdapat satu hal yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam yaitu tentang penyebaran penyakit seperti HIV/Aids. PSK yang mengidap penyakit HIV/Aids harusnya tetap dipantau dan dikontrol oleh Pemkot Surabaya, sehingga penyebaran penyakit ini bisa terkontrol dengan baik. Jika tidak, mantan pekerja di kawasan Dolly dan Jarak bisa berpindah ke lokalisasi lain diluar Surabaya yang akan menimbulkan permasalah baru bagi daerah lain diluar Surabaya. Memang mereka sepantasnya tidak dihina namun dibina, karena keadaanlah yang memaksa mereka untuk bekerja seperti itu. Isu HAM yang ramai terdengar, juga nenjadi pekerjaan baru bagi Pemkot Surabaya.

Penutupan kawasan Dolly dan Jarak dilakukan secara simbolis dengan kegiatan deklarasi alih fungsi wisma dan alih fungsi profesi wanita harapan di Islamic Center Dukuh Kupang. Tentu saja ini adalah solusi yang coba ditawarkan oleh Pemkot Surabaya dalam hal relokasi wanita-wanita dan pekerja di Kawasan Dolly dan Jarak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun