Sa’dan merupakan daerah pusat tenun di Toraja. Dibutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit menggunakan kendaraan roda dua dari kota Rante Pao, ibukota Kabupaten Toraja Utara. Dalam perjalanan menuju Sakdan ini, saya di suguhkan pemandangan indah, landskap dari Toraja. Sawah yang menghijau,pegunungan yang menjulang di kiri kanan saya,liang liang kubur yang terdapat pada dinding dinding batu yang berada di sekitar kawasan Sa’dan ini Memberikan nuansa yang berbeda.
Setelah tiga puluh menit menggunakan kendaraan roda dua yang saya sewa dari Rante Pao, maka tiba lah saya di kawasan pusat tenun Sa’dan. Menurut sejarah nya sakdan ini dibentuk olehnenek moyang keluarga To’barana yang mendirikan perkampungan keluarga dan mendirikan sebuah tongkonan yang bernama To’Barana. Tongkonan ini di perbaharui oleh Puang Long Labba dan kembali lagi di perbaharui oleh Puang Pong Padata. Pada akhir nya tongkonan ini di wariskan secara turun temurun.
Sepi, itu lah sambutan yang saya dapat pada saat saya tiba di kawasan ini. Saya datang pada bulan di mana turis domestik maupun international tidak berkunjung di kawasan ini. Kawasan Sa’dan ini, rame pada bulan Juli sampai dengan Agustus. Banyak tamu tamu asing menuju kawasan ini.Mereka membeli tenunan khas Toraja, dan mengabadikan Tongkonan Tongkonan Tua yang terdapat di kawasan ini.
Setelah membayar uang retribusi sebesar Rp 10.000,-. Saya menuju ke tempat penenunan kain.Tempat penenunan ini, berada di sebelah kiri pintu masuk dari kawasan Sa’dan ini. Saya di sambut oleh seorang nenek. Nenek tersebut merupakan penghuni dari Tongkonan ini, beliau menceritakan pada saya, beberapa poses pembuatan kain Toraja, dari Sebuah benang hingga menjadi kain. Beliau mengatakan bahwa proses pewarnaan pada kain tenun ini menggunakan bahan bahan alami. Misal nya menggunakan warna merah dari kulit pelepah.warna hijau dari daun. Dan benang yg mereka pintal berupa serat, Serat ini terdiri dari 2 jenis.Yaitu, Ada yang berupa kapas, dan ada yang berupa serat nenas. Namun, serat dari nenas ini sudahlangka, hal ini di karenakan susah nya mencari serat nenas sekarang. Sehingga sekarang, dominan di pintal adalah serat dari kapas.
Nenek tersebut juga menceritakan kepada saya. Bahwa Tenun toraja ini, semakin besar ukuran kain nya akan semakin murah. Sedangkan jika semakin kecil kain nya. Maka harga nya akan semakin mahal, karena rumit nya proses yang di lakukan.Proses ini rumit, karena mereka menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin ( ATBM), semua proses ini dilakukan secara manual. Sehingga jika kita ingin memesan tenun di sini. Akan membutuhkan waktu sekita dua bulan pengerjaan untuk sebuah kain.
Di sini, kita bisa membeli secara langsung kain tenun. Dengan harga yang bervariasi. Dari Rp 50.000,- sampai dengan Rp 4.000.000,- . Semua itu tergantung jenis kain yang kita pilih.
Dulu nya, derajat atau tingkatan dari masyarakat Toraja, dapat dilihat dari kain yang mereka kenakan. Apakah mereka itu bangsawan,atau rakyat biasa. Namun, sekarang tradisi ini sudah tidak berlaku. Beberapa kain yang seharus nya hanya bisa di pakai oleh bangsawan bisa saja di pakai oleh kalangan rakyat biasa. Hal ini di karenakan, banyak kain kain ini yang berpindah tangan. Karena kebutuhan dasar yang mendesak. Mereka menjual kain kain ini ke pada siapa saja yang mampu membeli.Â
Selain pusat tenun, di Sa’dan ini juga terdapat beberapa tongkonan tua. Menurut cerita, tongkonan di siniberumur kurang lebih sekitar 300 an tahun. Sungguh merupakan tempat yang menarik.
Sa’dan ini adalah tempat yang menarik, akan lebih berkesan jika kita membeli cendera mata berupa kain di kawasan ini, dengan begitu kita ikut berperan serta mempertahankan tradisi tenun ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H