Pengulangan latihan DNS kemudian diresepkan untuk membantu stabilitas tulang belakang menjadi kebiasaan dan otomatis. DNS melibatkan seluruh sistem muskuloskeletal dan sistem saraf pusat yang dapat terganggu oleh rasa sakit, trauma, cedera, atau penggunaan berlebihan yang berulang.
DNS dapat digunakan dalam rehabilitasi pasien ortopedi dan neurologi mulai dari bayi hingga lansia.
Teknik ini mengaktifkan otot-otot tulang belakang intersegmental, fleksor leher bagian dalam, diafragma, dinding perut, dan dasar panggul, serta otot-otot stabilisasi terpadu pada tulang belakang dan ekstremitas yang dikenal sebagai Sistem Stabilisasi Tulang Belakang Terpadu yang dapat mengurangi rasa sakit, kejang, dan spastisitas, memperbaiki postur tubuh, dan memfasilitasi gerakan manusia yang efisien.
Fungsi motorik manusia terbentuk di Sistem Saraf Pusat (SSP). Seiring dengan kematangan SSP, bayi pertamatama mengendalikan postur terlentang dan tengkurap; kemudian mencapai postur tegak melawan gravitasi dan akhirnya mengembangkan aktivitas otot yang tepat dan bertujuan serta gerakan segmental yang terisolasi.
Seorang bayi tidak diajarkan bagaimana dan kapan mengangkat kepalanya, berguling, atau merangkak.Â
Gerakan-gerakan ini terwujud secara berurutan selama pematangan SSP, pada usia perkembangan tertentu menjadi lebih kompleks saat bayi pertama kali mengembangkan stabilitas proksimal untuk menggerakkan ekstremitas distal misalnya menggerakkan humerus di rongga glenoid.
Hubungan antara bagian proksimal yang tetap dan bagian distal yang bergerak di segmen tersebut memungkinkan stereotip motor rantai kinetik terbuka.Â
Secara bersamaan, seorang bayi mengembangkan pola motor rantai tertutup yang selama itu menstabilkan segmen distal, misalnya menahan beban di lutut (femur), untuk menggerakkan acetabulum di sekitar kepala femur.Â
Pencapaian stabilitas postural dan gerakan bergantung pada integritas dan koordinasi sistem motorik eferen dan aferen.
Terdapat sinkronisasi yang kuat antara pematangan sistem saraf pusat dan perkembangan struktural (atau anatomis) tulang, otot, dan jaringan lunak lainnya. Pematangan otak memengaruhi perkembangan pola motorik, tetapi cedera otak juga memengaruhi perkembangan struktural.Â
Jika terdapat lesi sistem saraf pusat, sinkronisasi perkembangan dan koordinasi otot akan terpengaruh secara negatif.Â