Minyak buni merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Hal ini berarti pengguna minyak bumi secara terus menerus dapat menghabiskan persediaan minyak bumi yang ada. Sementara Indrustralisasi semakin menggelora. Kebutuhan akan minyak bumi sebagai bahan bakar semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan produksi minyak bumi semakin tidak berbanding lurus dengan pertumbuhannya.
Beberapa hari sebelum berakhirnya bulan Agustus 2022 beredar rumor akan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, berikutnya muncul pro dan kontra di tengah masyarakat.
Berikut disarikan pihak-pihak yang kontra seperti yang disampaikan oleh Kamarussamad, Anggota Komisi XI DPR RI bahwa Pemerintah  tidak perlu menaikkan harga BBM karena harga BBM dunia sudah berangsur-angsur turun. Di sini lain pada Semester pertama 2022 ini, penerimaan negara surplus sehingga cukup untuk menompang anggaran.
Kebijakan menaikkan BBM perlu dilihat secara mendalam dari aspek keuangan negara sebab menyangkut alokasi APBN untuk subsidi energi sebesar 502 triliun rupiah, yaitu subsidi BBM, listrik, dan elpiji tiga kilogram.
Dari 502 triliun rupiah yang terserap pada bulan Juni 2022 baru 74,5 triliun rupiah. Artinya masih ada 427,5 triliun rupiah alokasi di APBN masih cukup memadai dari sisi keuangan negara.
Sedangkan pandangan yang pro antara lain datang dari Direktur Eksekutif Next Policy Fithra Faisal Hastiadi; Ekonom LPEM Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia Teuku Riefky; ekonom dan Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto; Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal; dan ekonom Bank Mandiri (Persero).
Ryan Kiryanto juga mengatakan bahwa deflasi di bulan Agustus 2022 bisa dijadikan momentum bagi pemerintah untuk menyegerakan keputusan menaikkan harga BBM Â bersubsidi sehingga ada kepastian. Dengan adanya kepastian, tidak akan terjadi antrean pembelian BBM di SPBU, sehingga tidak muncul ekspektasi inflasi yan terlalu tinggi. Menurut dia sebenarnya puncak inflasi sudah berlalu. Yang penting, persentase kenaikan harga BBM ini masih bisa dipikul oleh masyarakat dan APBN tidak lagi terlalu terbebani. Terus kenaikannya juga cukup sekali saja.
Najwa Shihab atau yang kerap dipanggil dengan Mbak Nana (Najwa Shihab) Juga membahas  argumen pro dan kontra tentang kenaikan BBM yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan. "Dimana-mana tuh sekarang seluruh dunia memang harga BBM naik termasuk negara yang produsen minyak utama kayak Arab Saudi gitu, itu dia juga udah menaikkan harga BBM dan kita tuh memang selama ini rasanya memang perlu diingatkan bahwa kita tuh Indonesia tuh bukan lagi negara yang ekspor minyak loh sejak tahun 2008 kita itu udah jadi importir sekarang itu produksi minyak kita Cuma 600 ribu barel per hari sementara kita impornya 1,6 Juta barel per hari, Jadi... yang akum au bilang adalah sudah seahrusnya kita sadar BBM itu sumber energi yang nggak bisa diperbaharui jadinya mahal dan harganya naik turun sesuai harga pasar, ya memang seharusnya kita sadar seperti itu" Itu Misalnya salah satu argument kenapa BBM harus naik  kata Mbak Nana (Najwa Shihab).
Mbak Nana (Najwa Shihab) Melanjutkan pembahasan ke argument kontra kenaikan harga BBM "Ada argument lain nih, subsidi yang dikasih negara itu tu paling hanya cukup untuk 4 bulan sementara Inflasi yang akan terjadi rentetan kenaikan harga karena harga BBM naik, itu tuh akan panjang jadi nggak akan sepadan, yang miskin akan tambah miskin" Ucap mbak Nana.
Mbak Nana (Najwa Shihab) Melanjutkan dengan mencotohkan kisah seorang Nelayan "ada nelayan di Tegal dia itu untuk bisa melaut biasanya 120 ribu per hari, sekarang dengan karena subsidi solarnya naik ongkosnya 150 ribu per hari, dan kalau dia pergi melaut 150 ribu per hari itu artinya anak istrinya nggak makan. Karena ya apa yang didapat ketika melaut itu nggak nutup. Itu baru harga BBM naik loh, harga BBM naik itu artinya harga es yang dipakai untuk ngawetin ikan itu juga naik, itu artinya bekal untuk dia melaut itu juga naik, nggak balik modal"