Begitu pesatnya perkembangan citizen jurnalisme atau jurnalisme warga menyebabkan banyak perdebatan di kalangan masyarakat. Perdebatan panjang masih terjadi hingga saat ini. Apakah berita yang di sampaikan kredibel ? melihat banyaknya berita hoax yang muncul di media digital saat ini. Jika kita lihat faktanya sekarang, fenomena berita hoax tak hayalnya seperti menjamur dan tidak ada filter untuk menghentikannya. Banyak alasan munculnya sebuah berita hoax atau berita yang tidak kredibel.
Menururt Widodo pengikisan kredibilitas dalam jurnalisme warga disebabkan beberapa hal (Widodo,2010, hal 45) :
Pertama, adanya persaingan ketat antar media dan tunutuan kecepatan dalam penyajian berita terhadap khalayak. Usaha untuk dapat menyajikan berita secara cepat, akurat dan lengkap mendorong jurnalis untuk bersaing dan bergerak cepat. Hal ini yang menyebabkan jurnalis kehilangan etika jurnalistiknya demi dapat menyajikan berita yang baru dan cepat.
Kedua, belum adanya hukum yang jelas dalam jurnalisnme online khususnya jurnalisme warga dalam penyampaian berita. Widodo menjelaskan bahkan di dalam UU Pers pun belum tercantum peraturan bagi jurnalisme online maupun jurnalisme warga. Ketiga, ilmu jurnalistik yang tidak dikuasi secara mendalam. Bila meliat artikel dalam jurnalisme warga, informasi yang diperoleh seseorang pun bisa menjadi sebuah berita. Hal ini sangat berbeda dengan penyajian berita yang dilakukan oleh jurnalisme konvensional. Di mana harus dilakukan cek dan ricek terhadap informasi yang diperoleh. Maka berita yang disajikan memang berdasarkan fakta yang ada di lapangan dan benar-benar terjadi.
Keempat, tidak adanya kesadaran seseorang mengenai hak cipta. Kemudahan khalayak dalam mencari, mengakses dan menyebarkan informasi melalui internet mendorong khalayak untuk mendistribusikan informasi tanpa menyebutkan sumber. Kelima, semakin berkembangnya internet semakin pula menghadirkan audience yang “tidak sabar”. Maksudnya adalah kini khalayak semakin ingin secara terus menerus memperoleh informasi yang cepat dan teraktual. Hal tersebut mengakibarkan jurnalis juga terdorong untuk menyajikan berita yang cepat dan aktual dapat melihat kredibilitas serta kelengkapan berita tersebut.
Kemajuan teknologi memang banyak berpengaruh terhadap perkembangan media, Bukan hanya hal positif seperti mudahnya akses informasi, tapi dampak positif juga ikut muncul yang ditandai dengan banyaknya kemunculan berita hoax di media digital. Maka dari itu, setiap individu harus bisa memahami bagaimana sebenarnya citizen jurnalisme atau jurnalisme warga itu dijalankan. Agar tetap mematuhi aturan dan norma yang berlaku dalam proses penyampaian sebuah berita.
Akhir-akhir ini sedang mencuat kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok. Banyak berita yang muncul di media mengenai kasus ini. Namun berita yang muncul tidak semua sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau yang sering disebut dengan berita Hoax.
Istilah hoax atau berita bohong saat ini mungkin tidak asing lagi di telinga kita. Saat ini hampir setiap saat kita mendengar kata tersebut entah itu di televisi, radio, surat kabar, dan yang paling sering media sosial. Sebenarnya berita Hoax tidak hanya beredar di media online saja. Berita hoax juga sempat beredar di media cetak, yaitu pada pemberitaan Presiden Jokowi pada saat pemilu tahun 2014. Di edisi pertama tanggal 5-11 Mei 2014, tabloid tersebut membuat tulisan yang dari judulnya saja tampak menghina Jokowi.
Judul itu diantaranya Capres Boneka, Jokowi Anak Tionghoa, Putra Cina asal Solo, Ayah Jokowi adalah Oey Hong Liong, Status Perkawinan ibunda Jokowi dengan Pey Hong Liong?, Dalam Tradisi Cina Kaya, Wanita Pribumi Hanya Akan Dijadikan Gundik, atau Nyai, Sebagai anak gundik, Jokowi tak berhak menyandang nama marga (Tse) Oey, Cukong-Cukong di Belakang Jokowi, Dari Solo Sampai Jakarta De Islamisasi Ala Jokowi, Jokowi Guru Selamat yang Gagal, Sang Pendusta Mau Dibohongi Lagi, Capres Boneka Suka Ingkar Janji, Disandera Cukong dan Misionaris, serta Partai Salib Pendukung Jokowi. (www.news.okezone.com Diakses 31 Maret 2017, Pukul 11.56 wib).
Fenomena berita hoax di media cetak tidak sebanyak yang ada pada media online. Media online bisa dianggap “distributor”utama penyebaran berita bohong saat ini. Banyak akun-akun di media sosial yang tidak diketahui kredibilitasnya, hampir setiap saat memposting berita-berita yang sumber dan keabsahannya tidak jelas. Mungkin bagi kita yang ada di era kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini sering melihat akun-akun di instagram, facebook, twitter, bahkan line sangat gencar memposting berita yang kita tidak tahu kebenarannya.
Saya memiliki satu pengalaman saat saya mengakses situs facebook pada akhir November 2016 kemarin. Pada saat itu saat melihat-lihat beranda facebook saya melihat salah satu teman saya di facebook menshare sebuah foto yang berisi caption “konsolidasi keberangkatan puluhan ribu ummat Islam se-Jabar untuk Aksi Bela Islam jilid 3 dipimpin oleh KH gymnastiar (aagym) bergabung dengan para Mujahid pejalan Kaki Ciamis. Satu suara dan Satu Tuntutan #Tangkap_dan_Penjarakan_Ahok” foto itu berawal dari postingan dari akun @SelamatPagiIndonesiaNews.