Di tengah Pandemi Covid-19 yang sedang mengalami puncak penyebaran, muncul juga Baliho-baliho dijalan untuk mengenalkan sosok-sosok yang dinilai akan menjadi seorang capres di tahun 2024 nantinya. kurang etisnya pemasangan baliho tersebut membuat rakyat berfikir keras, kenapa ditengah pandemi masih sempat-sempatnya memotivasi orang-orang dengan keanehan. kenapa aneh? karena di salah satu baliho menyebutkan ada tulisan "Ketua DPR RI" tetapi pemasangan logo abstrak yang kuat adalah Logo Partai dan background Warna melambangkan warna partai. hal ini sangat politis sekali di kalangan masyarakat.
Penulis berpendapat dari pada uang dihambur-hamburkan untuk membuat baliho, lebih baik dibagikan kepada masyarakat di tengah pandemi ini. secara demokratis, nilai-nilai politisasi yang dilakukan oleh beberapa tokoh tersebut sangat tidak etis karena melakukannya di tengah pandemi. apalagi pemerintah saat ini sedang berupaya maksimal untuk menghentikan pandemi di Indonesia semakin luas dan berusaha menghentikan penyebaran tersebut dengan menggalang vaksinisasi.Â
Apabila ingin berpolitisasi dalam perencanaan 2024 nantinya, lebih baik dengan mendekat kepada rakyat, jangan hanya ingin populeritas dengan cara beriklan baliho saja. itu sangat mencederai perasaan masyarakat yang membutuhkan bantuan ekonomi, bukan bantuan motivasi dengan baliho.Â
Dengan adanya baliho-baliho yang tersebar tersebut, akan tetap sulit untuk meraih elektabilitas tinggi meski balihonya banyak terpasang di berbagai daerah. tokoh tersebut akan dianggap sulit mendongkrak tingkat keterpilihan atau elektabilitas sebagai capres atau cawapres di Pilpres 2024.
untuk apa baliho jika tidak ada gebrakan yang nyata didalam masyarakat, rakyat saat ini membutuhkan bukti nyata untuk kehadiran sosok pemimpin di tahun 2024, apalagi banyak golongan-golongan tertentu yang menganggap pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini dinilai gagal, karena telah memberikan peluang masuknya covid-19 di Indonesia hari ini meningkat drastis. harus ada yang bisa menangani wabah ini dengan baik. bukan hanya pemasangan baliho di masa pandemi, tetapi bukti saluran untuk rakyat yang harusnya diberikan kepada masyarakat.
Jika diteruskan pemasangan seperti ini, secara psikologis masyarakat justru akan membenci tokoh tersebut, karena tidak adanya bantuan nyata yang mengatasnamakan dirinya tersebar di telinga rakyat. tidak ada prestasi khusus yang telah diuraikan oleh dirinya selama tokoh ini menjabat sebagai ketua DPR RI, yang ada hanya mematikan Mik saat prosesi omnibus law, penaikan baliho, dan nanti apa lagi?
Fraksi Partai dari tokoh tersebut sebenarnya sudah memberikan komentar terkait dinaikannya baliho yang tersebar dimana-mana bukan sebagai kontestasi pilpres, tapi untuk mengenalkan sosok tokoh tersebut yang selama ini bekerja dalam diam. tetapi dengan naiknya baliho lain dengan memamerkan tokoh lain dari fraksi lain membuat ramai di kalangan masyarakat bahwa mementingkan populeritas untuk mendapat elektabilitas tinggi dimata masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H