“Belanda Negeri Kincir, Keju Penghasilannya, Tulip Nama Bunganya, Dam Nama Bendungannya” sebait lagu dari trio kwek-kwek diatas sedikit mengenalkan saya dengan negeri tersebut saat kecil. Negeri dimana air dimanfaatkan secara sangat baik sehingga sangat berdampak signifikan dalam berbagai aspek, baik dalam bidang ekonomi dan pariwisata. Memang air menjadi masalah bagi negara berpenduduk sekitar 16,8 juta penduduk ini. Netherlands berasal dari kata Belanda ”neder” yang berarti rendah dan ”land” yang berarti tanah. Sehingga mereka terus berjuang melawan kekuatan alam tersebut, hal senada diucapkan oleh Roy Neijland Project Officer Netherlands Water Partnership (NWP), “Air merupakan bagian dari budaya kami. Dan, kami tidak boleh kalah darinya. Air yang bisa memicu banjir harus bisa dikendalikan dan juga dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih,”. Sejatinya Belanda bukan merupakan negara yang super power di Eropa saat perang dunia ke 2, peristiwa tahun 1944 yaitu Hunger Winter atau Hongerwinter yang mana kala itu membuat rakyat Belanda kekurangan asupan makanan akibat suplai makanan dan bahan bakar ke negara tersebut dihambat oleh pihak Jerman dan menjadikan kelaparan yang sangat hebat bagi 4,5 juta penduduknya dan diperkirakan 22.000 penduduk meninggal dalam peristiwa tersebut.
[caption id="attachment_360464" align="aligncenter" width="300" caption="Penampakan Bendungan dari Proyek Deltaworks (http://en.wikipedia.org/wiki/Delta_Works)"][/caption]
Salah satu prospek penanganan masalah banir tersebut adalah mega proyek yang diberi nama Deltaworks, yaitu proyek kontruksi dibagian barat daya Belanda yang bekerja dalam pembuatan bendungan, pintu air, tanggul, dan lain sebagainya disekitar tanah Rhine-Meuse-Scheldt. Sebenarnya proyek pembangunan Dam di Belanda sudah dimulai berabad-abad sebelum proyek Deltaworks ini tetapi proyek inilah yang bisa kita katakan sebagai inovasi dari teknisi-teknisi ataupun arsitek Belanda yang sangat menakjubkan dan membawa negara ini menjadi seperti sekarang. Hasilnya? Kita dapat melihat 13 bendungan raksasa dan berteknologi yang mana bendungan pertama selesai pada tahun 1958 yaitu Stormvloedkering Hollandse IJssel dan terakhir selesai pada tahun 1997 yaitu Maeslantkering, pengatur air dengan sistem buka-tutup komputerisasi otomatis sehingga dapat mengurangi benjir hingga 4000 tahun.
[caption id="attachment_360465" align="aligncenter" width="300" caption="Maeslantkering pengatur air dengan sistem buka-tutup komputerisasi otomatis (Holland.com)"]
Inovasi lain yang dilakukan oleh arsitek ataupun teknisi di Belanda saat ini bisa dilihat bukan hanya sekadar untuk penanganan bencana saja, mereka juga memberikan sebuah wisata pendidikan selain memang menjadi ajang wisata penyejuk mata. Wisata pendidikan ini menurut saya bahwa pemerintah Belanda sendiri mampu memberikan pelajaran yang baik bagi wisatawan mancanegara khususnya bagaimana cara penanganan banjir di negara mereka sehingga para wisatawan tersebut mendapatkan manfaat yang lebih berkesan bukan hanya soal keindahan alam saja tapi dari segi lain juga ada. Hal ini bisa dimanfaatkan juga sebagai referensi oleh pemerintah Indonesia bagaimana menangani banjir ataupun bencana yang disebabkan oleh air laut baik itu air laut ataupun tsunami.
[caption id="attachment_360466" align="aligncenter" width="300" caption="Canals of Amsterdam, Inovasi Belanda dalam memanfaatkan Kanal-kanal untuk tujuan wisata (Holland.com)"]
Bersih dan jernih, mungkin itu gambaran jika melihat kanal-kanal di kota Amsterdam. “Datang ke Amsterdam belum lengkap jika tidak menikmati kanal”, inovasi yang dilakukan Belanda bisa dibilang sangat hebat. Musuh bukan dijadikan musuh tetapi dijadikan sahabat sehingga banyak menguntungkan mereka. Canals of Amsterdam memiliki nilai kultur dan sejarah yang besar. Sehingga tahun 2010, The World Heritage Commitee memutuskan area kanal di Amsterdam masuk kedalam warisan dunia UNESCO.
Setelah berhasil menjinakkan air laut dengan Dam mereka yang begitu hebat, Belanda juga dapat mengolah salah satu sumber kekayaan alam mereka ini menjadi pundi-pundi uang yaitu dengan menjadikan salah satu kota mereka sebagai salah satu pelabuhan terbesar dunia. Yap! Rotterdam, kota yang pada masa lampau hancur ketika terjadi serangan militer dari Jerman dan juga yang nyaris tenggelam karena banjir ini memiliki pelabuhan terbesar di Eropa hingga sekarang dengan nama sama yaitu Pelabuhan Rotterdam. Secara ekonomi, Pelabuhan Rotterdam punya andil besar yang membawa Belanda negara dengan perekonomian terbesar ke-15 dan pengekspor terbesar ke-10 di dunia.Bagaimana tidak kota yang hanya seluas 325,79 km2 atau dapat kita kelilingi dalam tempo satu hari ini memiliki pelabuhan terbesar yang merangkai jalur distribusi perdagangan barang menuju Belgia, Perancis Timur, Swiss, hingga ratusan pelabuhan di wilayah Asia Selatan dan Tenggara. Sehingga pada tahun 2007, Belanda menjadi negara pengekspor terbesar ke-3 setelah Jerman dan Perancis.
[caption id="attachment_360467" align="aligncenter" width="300" caption="Para Wisatawan Lokal dan Mancanegara Menikmati Pemandangan Kota Rotterdam dengan Menaiki Kapal Spido (kompasiana.com)"]
Selain membawa perkenomian Belanda yang maju pesat, pastinya kota Rotterdam juga banyak berimbas secara ekonomi dan bisa dilihat bagaimana jutawan wisatawan yang berkunjung ke Pelabuhan Rotterdam dan sekitarnya menaiki kapal spido yang akan membawa wisatawan untuk berkeliling melihat kota pelabuhan dan kota ini serta mengunjungi Euromast (Menara Eropa), Jembatan Erasmus yang menjadi Landmark Kota Rotterdam dan Jembatan “De Willemsbrug“ secara dekat dan nyaman. Uniknya setiap bulan September, tiap tahunnya, diadakan semacam Festival “De Wereldhavendagen” (Hari Pelabuhan Dunia) untuk mengenalkan Pelabuhan Rotterdam kepada Publik Dunia dengan tujuan utama mendekatkan hubungan antara manusia dan pelabuhan. Dari semuanya memang benar jika ada kata,”God Created The World, But The Dutch Created Netherland.” Cukup menggelikan tapi jika dipikirkan benar adanya. It’s so funny!!
Untuk pemerintah Indonesia sebenarnya dapat mencontoh langkah-langkah yang dilakukan pemerintah Belanda dalam berupaya untuk penanganan banjir dan tata ruang kota yang baik. Tidak harus dilakukan di seluruh kota di Indonesia, coba saja membuat Jakarta bebas banjir dan tata ruang kota dengan kanal-kanal yang bersih dan bisa dijadikan lokasi wisata. Bukankah dahulu Jakarta yang dulu bernama Batavia pernah memiliki tata ruang kota yang mirip negeri Belanda? Semoga itu bisa terjadi, optimis untuk Indonesia.
Referensi:
www.holland.com
http://en.wikipedia.org/wiki/Dutch_famine_of_1944
http://en.wikipedia.org/wiki/Delta_Works
http://pepyanastasia.blogspot.com/2010/11/tanpa-bendungan-belanda-hancur.html
http://nasional.kompas.com/read/2008/11/29/10323720/belanda.pun.membendung.laut
http://transportasi-indonesia.com/rotterdam_jantung_pelabuhan_benua_eropa_berita310.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H