"Ciiee, romantis nye... Aku saja yang sudah 3 tahun belum ada tuh yang dekatin,"
Â
"Siapa yang mau dekatinmu, lihat saja gayamu, pakai rok bukan musik rock Bill,"
"Iya, sudah sekarang bangun cepat mandi sana," ku tarik dia langsung ke kamar mandi agar tidak banyak bicara ini anak.
Kadang-kadang benar juga apa kata Vina tadi tidak seperti wanita lainnya yang mahir berdandan dan hanya bedak dan parfum non alkohol yang ada di mejaku. Lipstik? Shadow? Atau tata rias lain akan menjadi aneh jika aku yang menggunakannya dan lebih baik aku tidak pakai alat itu. Lihat saja pagi ini seperti biasa aku memakai pakaian dinas ku, bukan pakaian PNS atau satpam. Ya apa itu, kaos dan celana jeans sebagai paket seragam utamanya dan kadang-kandang juga di selingin sweater tipis atau kemeja lengan panjang, sementara itu peralatan terakhir saat keluar rumah adalah sepatu kets putih dan karet gelang untuk mengucir rambutku.
"Wah... udah pukul 6 ni, bisa terlambat," Seperti ada roket ditubuhku gerakanku menjadi lebih lihai kalau sudah seperti ini. Aku bingung mau naik apa biar tidak telat, sejenak ku ingat si Vina tidak pakai mobil klasiknya pagi ini. Tapi sama saja menurutku terjebak macet juga, kalau menggunakan metromini sudah pasti telat.
Kerut dagu, menggaruk kepala, dan kerut dahi hanya itu yang kulakukan agar bisa keluar ide. Secepat kilat menyambar ide hasil kerutan dahi memutuskan perkara sidang pagi ini untuk sampai ke kampus sebelum Jam 7 tepat adalah dengan menaiki ojek. Pas, entah kenapa si ojek itu singkron dengan pikiran tanpa pikir panjang ku naiki tu ojek.
"Mau kemane neng? Kayaknye buru-buru ni!" ujar si tukang ojek
Â
"Iya ni pak, ke kampus ISIIP bisa sampai sebelum pukul 7 gak?"
"Oke deh, neng"