Dulu, mereka berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Sekarang, mereka berjuang untuk hidup. Di usia senja, mereka seharusnya menikmati hasil kemerdekaan yang telah mereka raih. Namun, kenyataannya, mereka masih harus berjuang demi kelangsungan hidup. Mengangkat senjata dulu adalah kewajiban untuk merebut kemerdekaan. Mereka membasahi tanah pertiwi dengan darah, menghadapi risiko gugur di medan tempur. Terhampar luas makam-makam di tanah pahlawan, menjadi bukti gigihnya perjuangan mereka di masa lalu. Mereka tidak meminta harta dan tahta, hanya satu harapan: Indonesia merdeka.
Terngiang lirik yang penuh jiwa nasionalis:
"Padamu negeri Kami berjanji
Padamu negeri Kami berbakti
Padamu negeri Kami mengabdi
Bagimu negeri Jiwaraga kami."
Para veteran ini adalah pejuang sejati. Masa muda mereka diabdikan untuk negara, bahkan nyawa mereka menjadi taruhan di medan perang. Setelah peperangan usai, mereka harus menghadapi perang lain, yaitu melawan kemiskinan yang terus mengintai kehidupan mereka.
Salah satu staf di pemerintahan berbicara tentang kemerdekaan, tetapi realitanya, banyak veteran perang yang hidup dalam kemiskinan. Ironisnya, dikatakan bahwa tidak ada yang mahal untuk kemerdekaan, sementara orang-orang yang memperjuangkan kemerdekaan hidup hina di masa tuanya. Seharusnya, daripada berfoya-foya, perhatian lebih diberikan kepada para pejuang ini.
"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya."
Semboyan ini mengingatkan kita bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pejuangnya. Namun, ada apa dengan bangsa ini jika banyak pejuang di hari tuanya hidup menderita di negara yang telah mereka perjuangkan? Sehat selalu, para pahlawan. Jasamu semoga selalu dilindungi oleh Tuhan, seperti engkau melindungi negaramu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!