Mohon tunggu...
Renaldi Bayu
Renaldi Bayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - I'm a Student of Accounting at Udayana University.

@malleumiustitiae @refknow (Enjoy Writing, Reading and Dialectics)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Positivisme Logis: Tinjauan Pandangan Kritis Kontemporer

29 Maret 2024   00:13 Diperbarui: 29 Maret 2024   00:14 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi DALL*E 3

Abad ke-19 disebut sebagai "Abad Positivisme" karena dipengaruhi secara signifikan oleh filsafat positivisme, terutama dalam perkembangan ilmu pengetahuan. August Comte, Bapak sosiologi barat, menjadi tokoh sentral dalam lahirnya positivisme dengan teori tiga tahapnya. 

Menurut Comte, sejarah umat manusia berkembang melalui tiga tahap: tahap teologi, tahap metafisik, dan tahap positif atau ilmiah. Fokus filsafat bergeser pada aspek praktis tingkah laku manusia, dan perhatian terhadap "dunia yang abstak" merosot. Dalam konteks ini, diskusi tentang positivisme, positivisme logis, dan siklus empiris menjadi relevan.

Positivisme logis, sebagai dua aliran utama dalam filsafat ilmu pengetahuan, yakni Analitika bahasa dan Empirisme, bertujuan untuk meniadakan pernyataan ilmiah yang bersumber dari teologi dan metafisika yang dianggap tidak mampu menjadi dasar bagi pengetahuan objektif dan universal. Akan tetapi dalam upaya mereka untuk menyempitkan bahasa ilmiah hanya pada ranah faktual dan pernyataan logis-matematis, terdapat inkonsistensi dalam kriteria yang mereka gunakan. 

Kadang-kadang, kriteria-kriteria ini tidak didasarkan pada verifikasi empiris, melainkan pada nilai-nilai yang dianut secara dogmatis oleh para penganut positivisme logis. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dianggap tidak ilmiah, yang pada akhirnya menghambat kemauan untuk mengeksplorasi atau terlibat dengan hal-hal di luar cakupan ilmiah yang ketat yang menjadi pandangan kaum ini The spirit of a scientific conception of the world.

Selain itu, positivisme logis menghadapi tantangan dalam konsistensi internalnya. Prinsip-prinsip seperti teori tentang makna yang dapat dibuktikan tidak dapat dibuktikan secara empiris. Masalah juga muncul dalam hal pembuktian teori, terutama ketika masalah dinyatakan dalam bentuk eksistensi negatif atau universal positif, di mana sulit atau bahkan tidak mungkin untuk dibuktikan.

Positivisme, dalam arti realisme ontologisnya, percaya bahwa kenyataan ada di luar sana dan digerakkan oleh hukum-hukum alam. Akan tetapi pada pandangan ini diasumsikan di atas kepercayaan epistemologi dualistik, di mana subjek dan objek dipisahkan secara ketat. Hal ini mengarah pada asumsi bahwa nilai-nilai dan bias subjektivitas dapat diabaikan dalam penelitian ilmiah, sementara hasil penelitian dianggap bersifat universal dan absolut.

Dalam filsafat kontemporer, positivisme sering dianggap sebagai bentuk fundasionalisme epistemologis, yang percaya bahwa kebenaran objektif dapat dicapai melalui metode dan logika yang ketat. Pandangan seperti yang diungkapkan oleh Richard Rorty dan Thomas Kuhn menunjukkan bahwa teori-teori ilmiah selalu terkait dengan pandangan dunia tertentu, dan perubahan radikal hanya terjadi ketika pandangan dunia tersebut tidak lagi memadai.

Kesimpulannya, positivisme dan positivisme logis memiliki kontribusi penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan, namun juga memiliki keterbatasan dan masalah dalam landasan filosofisnya. Kritik-kritik tersebut memunculkan pemahaman yang lebih kompleks tentang hubungan antara bahasa, pengalaman empiris, dan konstruksi pengetahuan ilmiah. Sebuah pemahaman yang lebih holistik dan terbuka terhadap kompleksitas dunia dan pengalaman manusia mungkin menjadi jalan menuju perkembangan ilmu pengetahuan yang lebih maju dan inklusif.

Referensi: Lubis, Yusuf. 2014. Filsafat Ilmu Klasik hingga Kontemporer. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun