Mohon tunggu...
Renaldi Bayu
Renaldi Bayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - I'm a Student of Accounting at Udayana University.

@malleumiustitiae @refknow (Enjoy Writing, Reading and Dialectics)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Breakdown, Review dan Analisa Debat Cawapres Pertama [I]

23 Desember 2023   02:33 Diperbarui: 23 Desember 2023   16:39 1626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Youtube KPU RI

Pada debat ke-2 yang digelar di Jakarta pada Jumat, tanggal 22 Desember, tiga calon wakil presiden (cawapres) yang bersaing dalam Pilpres 2024 saling menyampaikan gagasan. Tema debat kali ini membahas tentang ekonomi kerakyatan dan digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan.

Dalam momen debat cawapres yang penuh semangat, para calon wakil presiden, seperti Gibran, Imin, dan Mahfud, saling berhadapan untuk menyampaikan pandangan dan rencana mereka mengenai sejumlah isu nasional. Pembicaraan mengitari topik ekonomi digital, keuangan, perkotaan, infrastruktur, dan diplomasi ekonomi.

Gibran, dengan kepiawaiannya dalam memberikan jawaban yang unik, menggunakan analogi kebun binatang untuk menjelaskan rencananya dalam meningkatkan rasio pajak. Dalam konteks intensifikasi dan ekstensifikasi, dia menyoroti kebutuhan untuk memperluas sumber pendapatan pajak dengan cara yang lebih inklusif.

Cak Imin, dengan visi "slepetnomic"-nya, mengajak pemirsa untuk memahami bahwa perubahan ekonomi perlu dimulai dengan disrupsi yang positif. Ia menyoroti keadilan dalam distribusi kekayaan dan pentingnya kepastian hukum dalam mendorong investasi.

Mahfud MD, dengan penekanan pada penegakan hukum dan pertumbuhan ekonomi, menyajikan visi yang kuat terhadap penanganan korupsi, khususnya di sektor yang dapat mendorong ekonomi mencapai pertumbuhan 7 persen. 

Melalui perdebatan ini, para cawapres mencoba menghadirkan visi dan solusi mereka untuk menjawab tantangan bangsa. Mari kita eksplorasi lebih lanjut untuk memahami bagaimana masing-masing peserta debat merinci rencana dan pemikiran mereka untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.

Gibran dan Sub Tema Debat:

Visi Misi

Pembukaan yang ciamik dan menjanjikan dari Gibran membahas keberpihakannya pada investasi crypto yang populer di kalangan milenial dan Gen-Z. Dalam pemerintahan saat ini, pentingnya ketahanan ekonomi seperti yang ditekankan oleh Gibran menjadi fokus utama. 

Konektivitas yang berkelanjutan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga harus melibatkan generasi emas untuk mengambil peluang dalam tren digital seperti AI, blockchain, robotik, dan crypto.

Dengan meningkatnya pembangunan IKN, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi raksasa ekonomi global dengan infrastruktur dan konektivitas yang lebih baik. 

Selain menciptakan titik pertumbuhan ekonomi baru, IKN juga memberikan peluang lapangan kerja yang signifikan. IKN tidak hanya fokus pada pembangunan gedung pemerintahan, tetapi juga pada pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

SUB TEMA 1: Ekonomi Digital

Keamanan Data dan Pengembangan SDM Digital. Dalam mengatasi masalah pencurian data, penting untuk membentuk sekolah keamanan siber. Hindari praktik price dumping dan shadow banning yang dapat merugikan UKM digital. Untuk masa depan, perlu diperkuat Sumber Daya Manusia (SDM) dengan melibatkan generasi muda agar memiliki keahlian sebagai manusia digital.

SUB TEMA 2: Keuangan dan Pajak

Menurunkan Indeks ICOR dan Peningkatan Investasi. Pertanyaan Imin terkait Incremental Capital Output Ratio (ICOR) menyoroti perlunya menurunkan indeks ICOR ke 4%-5%. 

Hal ini diharapkan dapat meningkatkan investasi dan membangun kepercayaan investor. Dalam konteks ini, perlu ditekankan koneksi arus logistik, peningkatan inkubasi, pendampingan permodalan, dan offtaker.

SUB TEMA 3: Keuangan dan Pajak

Keuangan dan Pajak untuk Pembangunan Berkelanjutan. Tidak semua sektor harus mengandalkan APBN. Hanya 20% dari APBN yang digunakan, sementara investasi dari sektor swasta menjadi penting. Perlu ada perhatian pada aspek fisik dan SDM. Investasi di masa depan, talenta, dan keterampilan mendatang harus diprioritaskan. Diperlukan peningkatan pemasukan dan rasio pajak untuk mendukung kesehatan keuangan dan pembangunan berkelanjutan.

Gibran menjawab; Gus Imin, yang dahulu potong tumpeng di ikan dan kini memberikan dukungan, menekankan bahwa dukungan bukan hanya untuk istana, tetapi juga untuk membangun pemerintahan. Faktor stabilitas juga mempengaruhi dukungan.

SUB TEMA 4: Perkotaan

Perkotaan Selevel Jakarta dan Aman bagi Semua. Gus Imin menginginkan perkotaan setara dengan Jakarta dengan penekanan pada keamanan, kenyamanan, dan akSub Temabilitas bagi penyandang disabilitas. Kunci suksesnya adalah optimalisasi transformasi, terutama di kota-kota kecil.

SUB TEMA 5: Infrastruktur

Infrastruktur dan Penanggulangan Stunting. Kolaborasi dalam pembangunan sanitasi dan air bersih sangat diperlukan untuk mengatasi masalah stunting. Fokus pada proyek strategis nasional, program untuk mengatasi masalah sawah, dan intervensi di tempat yang sesuai. Pemecahan masalah sanitasi, drainase, dan permukiman kumuh harus dilakukan secara bersamaan.

Program makan siang gratis sebagai investasi menuju Indonesia yang lebih baik, menjadi stimulus bagi warteg, dan melibatkan ibu-ibu dalam kegiatan masak. Ini dianggap sebagai infrastruktur sosial yang mendorong pertemuan dan interaksi positif.

SUB TEMA 6: Perdagangan

Solusi konkret Hilirisasi untuk Peningkatan Pendapatan Dalam Negeri. Pembicaraan diplomatis diperlukan, dan langkah konkret dalam hilirisasi, seperti contoh pada sektor nikel, diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dalam negeri.

Mahfud MD dan Sub Tema Debat: 

Visi Misi

Mahfud MD menekankan fokus pada masalah korupsi di berbagai sektor, mengutarakannya dengan ungkapan tegas. Dia menyatakan kesiapannya untuk menjadi anggota korupsi di Indonesia. Hal ini dikarenakan korupsi dianggap masih marak terjadi di berbagai sektor, yang menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai target sebesar 7 persen. 

Dalam perdebatan Cawapres, Mahfud Md mengutarakan pendapatnya dengan menggunakan ungkapan "Hei koruptor, ku tabrak kau! hei Wir... kau mundur Wir! ." Namun hingga saat ini, korupsi masih terjadi dalam skala besar, baik di lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Akibatnya, masyarakat miskin semakin terperosok dalam kemiskinan. Dan mengatakan sudah ada di visi misi tinggal baca divisi kami 'Infrastruktur bukan hanya rumah'

SUB TEMA 1: Ekonomi Digital

Kebijakan Data Digital dan Disrupsi Ekonomi. Dalam diskusi tentang kebijakan data digital, Mahfud MD menyoroti pentingnya regulasi seperti Undang-Undang Data Digital (UU DBT) dan ITE. Dia memperingatkan tentang potensi disrupsi ekonomi, terutama dari sektor pinjaman online (pinjol) dalam ekonomi digital yang bisa menjadi problematik dan berujung pada masalah hukum, bahkan bisa mengarah pada kondisi ekstrem seperti bunuh diri. Digitalisasi harus didukung oleh keamanan siber yang kuat.

SUB TEMA 2: Investasi

Konflik Minat dan Investasi untuk UMKM. Mahfud MD mengangkat isu normatif dan konflik kepentingan dalam investasi yang sulit dihindari di lapangan. Dia menekankan perlunya sentralisasi investasi untuk mencegah ketidaksetaraan distribusi dan memberikan pertanyaan kepada Imin tentang langkah konkret untuk menyelesaikan konflik kepentingan, khususnya bagi UMKM.

SUB TEMA 3: Keuangan dan Pajak

Keuangan dan Pajak untuk Pembangunan. Menyikapi isu tanah yang dikuasai oleh pihak tertentu, Mahfud MD mencatat bahwa hanya 20% dari investor yang mendapatkan keuntungan. Ia mendukung langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini dan menekankan perlunya tindakan konkret.

SUB TEMA 4: Perkotaan

Perkotaan dan Janji Investasi. Dalam Sub Tema mengenai pembangunan perkotaan, Mahfud MD mengungkapkan kekagetannya terkait target pembangunan 40 kota setara dengan Jakarta dalam waktu 5 tahun. Ia menanyakan sumber pembiayaan, apakah melalui APBN, APBD, atau sumber lainnya, untuk menghindari spekulasi.

SUB TEMA 5: Infrastruktur

Regulasi Infrastruktur dan Tantangan. Pertanyaan ditujukan kepada Gibran yang belum dijawab oleh Mahfud MD, mengenai persiapan regulasi terkait infrastruktur. Mahfud MD menyoroti perlunya regulasi yang baik dan menanggapi bahwa masih ada tantangan yang perlu diatasi.

SUB TEMA 6: Perdagangan

Diplomasi Ekonomi. Mahfud MD menekankan pentingnya optimalkan perjanjian, diplomasi ekonomi, integrasi ke perdagangan global, dan penguatan ekonomi nasional. Dia menyoroti pentingnya standar nasional dan keberlanjutan ekonomi nasional di tingkat internasional.

Pendapat Mahfud MD terhadap sistem diplomatik juga disoroti, menyatakan bahwa sistem diplomatik harus efektif dan bebas dari intervensi parpol.

Cak Imin dan Sub Tema Debat

Visi Misi

Cak Imin memperkenalkan konsep "slepet" sebagai bagian dari kewenangan untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan. Ia menekankan bahwa slepet merupakan disrupsi awal dari perubahan dan mengutip ketidakadilan dalam distribusi kekayaan di Indonesia. Imin juga membahas kebutuhan untuk menebalkan dompet, kapitalisasi, dan hilirisasi.

SUB TEMA 1: Ekonomi Digital

Ekonomi Digital dan Literasi Digital. Dalam Sub Tema ini, Cak Imin membahas kesenjangan dalam ekonomi digital, khususnya dalam sektor pinjaman online (pinjol). Ia menyatakan perlunya penanganan yang komprehensif dari pemerintah, termasuk literasi digital, kapasitas teknologi, dan internet. Slepet menjadi kunci dalam menangani disrupsi ekonomi digital.

SUB TEMA 2: Investasi

Investasi dan Kepastian Hukum. Cak Imin menyoroti pentingnya investasi dengan kepastian hukum dan keberlanjutan. Dia menekankan bahwa investasi harus transparan, mendukung padat karya, dan meyakinkan investor domestik dan internasional. Ia juga menyebut perlunya regulasi yang ramah investasi. 'Slepet' diperlukan untuk meningkatkan kecepatan perizinan dan infrastruktur investasi.

SUB TEMA 3: Keuangan dan Pajak

Keuangan dan Pajak. Dalam Sub Tema ini, Imin menekankan bahwa pembangunan kota dan jalan dapat didukung oleh APBN. Ia menyatakan bahwa ada kebutuhan untuk menetapkan skala prioritas dan bahwa pembangunan harus melibatkan swasta. Slepet menjadi cara untuk mempercepat perubahan dalam skema pendanaan.

SUB TEMA 4: Perkotaan

Pembangunan Perkotaan. Cak Imin menggarisbawahi perlunya pemerataan dalam pembangunan perkotaan, menciptakan kota baru setara dengan Jakarta. Ia menekankan pentingnya fiskal yang adil, pendanaan yang melibatkan sektor swasta, dan investasi yang sesuai dengan potensi setiap daerah. Slepet digunakan untuk memotivasi perubahan dalam struktur pendanaan dan pembangunan.

SUB TEMA 5: Infrastruktur

Infrastruktur dan Pendidikan. Dalam Sub Tema ini, Cak Imin membahas pentingnya infrastruktur yang mendukung aspek sosial dan kesehatan. Ia menyebutkan perlunya pembebasan pajak dari pendidikan dan pencerdasan penduduk. 'Slepet' menjadi alat untuk membebaskan pajak dan memotivasi perkembangan pendidikan.

SUB TEMA 6: Perdagangan

Diplomasi Ekonomi dan Perdagangan Global. Cak Imin memberikan tanggapan terhadap pendapat Mahfud tentang diplomasi ekonomi yang dianggapnya terlalu normatif. Ia menekankan bahwa diplomasi harus lebih invasif dan beradaptasi dengan perubahan. 

Cak Imin juga Saat ini, kebanyakan diplomasi kita masih terjebak dominasi politis dan pendekatan yang normatif. 'Slepet' atau di menyebut "Slepetnomic" menjadi cara untuk mencapai perubahan dalam diplomasi ekonom, bahwa kita perlu menerapkan pendekatan inovatif, agresif, dan terstruktur dalam memasuki perdagangan global, serta mendukung sektor UMKM dan lainnya.

 

 Sumber gambar: Youtube KPU RI
 Sumber gambar: Youtube KPU RI

SESI TANYA JAWAB 

 GIBRAN:

"Bagaimana regulasi Carbon Capture, Pak Mahfud? Melihat serangan-serangan tiba-tiba Gibran ke Mahfud soal Carbon Capture. Terima kasih, Pak Gibran. Saya sebagai walikota, dan Pak Mahfud belum menjawab mengenai carbon capture and storage. Saya jelaskan sekarang, Indonesia sudah mulai pembangunan nasional yang harus melibatkan banyak daerah di luar Jawa. Apa yang kita bangun harus berdampak pada masyarakat, seperti apa efeknya terhadap UMKM, dll. Ini merupakan upaya perbaikan, dan kita melihat banyak yang belum menggunakan APBN. Ini seperti anak emas yang belum tergarap dengan baik."

"Gus, saya jawab lagi, belum dijawab dari pusat. Kita harus menyiapkan hal-hal non-teknis, harus negosiasi, dan kolaborasi. Kolaborasi ini melibatkan CSR dan kita memiliki readiness criteria. Ini cukup untuk Gus."

DJP dan Bea Cukai digabung menjadi satu entitas agar fokus pada penerimaan negara, sementara tidak lagi mengurusi pengeluaran. Saat ini telah ada sistem yang ada, namun perlu ditingkatkan untuk memudahkan pelayanan pajak. Nantinya, laporan SPT tahunan tidak perlu lagi diisi dan dihitung karena sistemnya sudah terisi otomatis, hanya perlu klik-klik, sehingga bisnis dan administrasi akan kami lakukan dengan mudah, tinggal klik.

"Pak, yang saya tahu itu tak rasional, dan kenaikan pajak. Kita ingin memperluas kebun binatang kita, gemukan dengan dunia usaha baru. Kita ekstensifikasi, jangan memberatkan UMKM tanpa agunan dalam kur."

"Gibran bertanya kepada saya, baik. Gus Imin, ini adalah Ketum PKB, pasti paham bagaimana cara meningkatkan SGIE. Kita harus mengerti High SGIE, kita harus naik ke sana. "Maaf agak sulit, ya, Gus."

 MAHFUD MD:

"Mas Gibran yang terhormat, regulasi kalau tidak harus spesifik, tidak hanya regulasinya, tapi juga bagaimana membuat naskah akademik. Misalnya, regulasi bagaimana, kapasitas lembaga bagaimana, dan ideologinya gimana?. Itu yang akan kita buat. Dan apapun harus ada sistem pengawasan keuangan pada tanggal 9 Desember kemarin. Sehingga ada pengawasan perencanaan sampai evaluasi."

"Jadi, begini Mas Gibran, anak pasti tidak tahu dengan hukum. Harus tahu apa itu naskah akademik. Naskah akademik itu akan mencakup materi-materi yang ditemukan. Gimana caranya, hal gampang dan buat naskah akademik."

"Mbah Imin, efisiensi akan meningkat kalau akan dalam meningkat. Ya, begini pak, target 7%, betapa dia menyelamatkan korupsi kalau dibagi. Nah, kita harus tangkas dari penyimpangan. Ini target segini secara matematis kurang gerak cepat. Apa ada beda bicara, tak rasio pajak 23 persen dari apa, rakyat itu sensitif kalau pajak dinaikkan, karena dianggap alat negosiasi. Kita harus jelas."

"Itu diskusi lama untuk distribusi lahan ini pada apparat dan penegakan hukum. Satu persen penduduk menguasai 70% lahan, berebut pemerataan harus terus. Regulasi lahan. Apalagi lahan ini diduduki orang, diberi pengampunan tahun. Memang harus redistribusi lahan, dan ada sejuta sertifikat. Itu harus yang sudah menempati lahan, dan itu yang harus dalam menyelesaikan political will dan penegakan hukum."

 CAK IMIN:

"Pertumbuhan yang berkualitas dan inklusif dalam pendapatan masyarakat dalam pemerataan, kalau tidak terlampau banyak utang luar negeri salah satunya, bagaimana agar APBN sehat. Sehingga target itu realistis bagi proses pembangunan dan salah satu syarat investasi yang baru tidak menjadi beban dalam bunga dan APBN."

"Pemberantasan korupsi pendapatan negara bukan pajak bisa jadi 7 versi. Tu harus omong dan realnya harus di lapangan, dan kalau dipaksakan bukan menjadi sembuh."

"Imin Bertanya, Pak Gibran ini telah menjadi walikota dan bisnis yang sukses di Solo dan ingin prestasi ini menyebar ke yang lain supaya bisa belajar dari Solo."

"Saya jawab, belum terjawab ini. Tips dan trik 32 proyek program patut kita banggakan, dan kita ingin triknya apa? Bukan di satu kota, dan harus bagi rata. Akm kekayaan hanya segelintir orang. Saya ingin keadilan kepemilikan tanah. Perlu adanya political will dan kita istilahkan dengan distribusi kepemilikan lawan, dan harus terdistribusikan."

"Gibran jawab, memang pertanyaan ini sangat penting. Pasar perbankan syariah menjadi pusat syariah dunia harus penting dalam SGIE (State of Global Islamic Economy), dan harus disiapkan regulasi industri halal bahkan gratis."

PENUTUPAN

Sumber gambar: Youtube KPU RI
Sumber gambar: Youtube KPU RI

CAK IMIN:

"SLEPET menjadi senjata, dan kita harus berani berbuat kebaikan untuk rakyat. Pengalaman batin dan rasa serta proyek pemertahanan perlu diperhatikan. Pemertahanan akan membawa pemerataan dengan menggunakan SLEPETNOMIC. Kita harus melakukannya dengan hati dan akal."

GIBRAN:

"Indonesia, negara besar, harus bersyukur karena mendapatkan bonus demografi. Ini adalah kesempatan kita dalam produktivitas nasional. Ingat, kesempatan ini hanya datang sekali dan tidak terulang kembali. Kita harus berani. Selamat Natal dan Tahun Baru. Saudara, kita harus saling mendukung."

MAHFUD MD:

"Saudara-saudara sebangsa, kita semua akan melaksanakan penegakan hukum. 1,7 juta lapangan kerja, Masyarakat punya rumah, 1 keluarga miskin, 1 sarjana."

CATATAN

Penting untuk tidak mengabaikan peran sumber daya manusia (SDM) dalam program pajak. Diperlukan program yang memperkuat peran para petani. Pengembangan dan pemanfaatan Gibran sebaiknya tidak diremehkan dan harus ditanggapi dengan serius dalam perdebatan cawapres.

Gibran memberikan tanggapan dengan membuat analogi kebun binatang untuk menjelaskan konsep intensifikasi dan ekstensifikasi dalam peningkatan rasio pajak:

  • Analogi Kebun Binatang

   Gibran menggunakan gambaran kebun binatang untuk mengilustrasikan konsepnya. Dia menyatakan bahwa tidak ingin "berburu" di kebun binatang, melainkan ingin memperluas dan menanami kebun binatang tersebut serta menggemukkan binatang-binatangnya. Ini dapat diartikan sebagai mengembangkan sektor usaha baru dan meningkatkan pendapatan.

  • Makna Intensifikasi dan Ekstensifikasi

   Gibran menjelaskan bahwa saat ini hanya 30 persen yang memiliki NPWP, menunjukkan bahwa intensifikasi (meningkatkan pengambilan pajak dari sektor-sektor yang sudah ada) dan ekstensifikasi (membuka sektor baru, seperti monyet dan ular) perlu dilakukan. Dengan kata lain, menambah pendapatan dari sektor pajak.

  • Penambahan Sektor Pajak

   Gibran menambahkan bahwa sebelumnya pajak hanya berasal dari sektor-sektor tertentu, seperti singa dan macan. Namun dengan menambahkan sektor-sektor baru seperti monyet dan ular, rasio pajak dapat ditingkatkan. Artinya, pendapatan pajak tidak hanya berasal dari sektor tertentu (singa atau macan), tetapi juga dari sektor-sektor baru (monyet dan ular). Dengan analogi yang sederhana dan jelas, Gibran berusaha membuat konsep ekonomi dan pajak lebih mudah dipahami oleh audiens.

Program Makan Siang Gratis dan Potensi Tumpang Tindih

Program makan siang gratis mungkin memiliki manfaat baik. Namun di lapangan, ada potensi tumpang tindih di mana jika jumlah dana yang diberikan ke daerah cukup besar, beberapa ibu-ibu pejabat dapat membentuk bisnis katering mereka sendiri, mengurangi peran UMKM.

Strategi Singkatan oleh Gibran

Taktik cerdas Gibran menggunakan singkatan yang hanya dia pahami, menciptakan kebingungan dan meraih tepuk tangan dari pendukungnya. Ini berhasil menciptakan momen tak terduga dan mengubah citranya menjadi "underdog," menguatkan pesan bahwa pemimpin muda memiliki kapabilitas dan keberanian.

Resensi Obrolan dan Plot Twist

Melalui obrolan ini, Gibran berhasil menciptakan plot twist yang membalikkan persepsi. Taktik "underdog mentality" bukan hanya taktis tetapi juga membangun narasi yang meningkatkan daya tariknya di kalangan pemilih muda. Representasi semangat anak muda yang ingin membuktikan diri dan memberikan kontribusi positif dalam dunia politik tercermin dalam momen ini.

Pertanyaan Etika dan Penggunaan Bahasa

Pertanyaan mengenai etika dalam konteks debat muncul. Pertanyaan yang diajukan oleh setiap pasangan calon, baik sulit maupun mudah, selama masih dalam tema dan tidak menyerang personal, seharusnya tidak menjadi masalah. Gibran menggunakan pertanyaan ke Mafud tentang carbon capture and storage dan SGIE ke Cak Imin, mungkin untuk menunjukkan kepiawaian intelektualnya. Namun perlu lebih berhati-hati dengan penggunaan singkatan yang mungkin kurang dimengerti oleh semua pihak.

Penutup

Dalam breakdown, review, dan analisis debat cawapres pertama, kita melihat kombinasi bahasa kreatif Gibran, visi ekonomi "slepetnomic" Cak Imin, dan penekanan tegas Mahfud MD terhadap penegakan hukum.  

Terima kasih dan sampai jumpa di konten berikutnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun