Pada debat ke-2 yang digelar di Jakarta pada Jumat, tanggal 22 Desember, tiga calon wakil presiden (cawapres) yang bersaing dalam Pilpres 2024 saling menyampaikan gagasan. Tema debat kali ini membahas tentang ekonomi kerakyatan dan digital, keuangan, investasi, pajak, perdagangan, pengelolaan APBN/APBD, infrastruktur, dan perkotaan.
Dalam momen debat cawapres yang penuh semangat, para calon wakil presiden, seperti Gibran, Imin, dan Mahfud, saling berhadapan untuk menyampaikan pandangan dan rencana mereka mengenai sejumlah isu nasional. Pembicaraan mengitari topik ekonomi digital, keuangan, perkotaan, infrastruktur, dan diplomasi ekonomi.
Gibran, dengan kepiawaiannya dalam memberikan jawaban yang unik, menggunakan analogi kebun binatang untuk menjelaskan rencananya dalam meningkatkan rasio pajak. Dalam konteks intensifikasi dan ekstensifikasi, dia menyoroti kebutuhan untuk memperluas sumber pendapatan pajak dengan cara yang lebih inklusif.
Cak Imin, dengan visi "slepetnomic"-nya, mengajak pemirsa untuk memahami bahwa perubahan ekonomi perlu dimulai dengan disrupsi yang positif. Ia menyoroti keadilan dalam distribusi kekayaan dan pentingnya kepastian hukum dalam mendorong investasi.
Mahfud MD, dengan penekanan pada penegakan hukum dan pertumbuhan ekonomi, menyajikan visi yang kuat terhadap penanganan korupsi, khususnya di sektor yang dapat mendorong ekonomi mencapai pertumbuhan 7 persen.Â
Melalui perdebatan ini, para cawapres mencoba menghadirkan visi dan solusi mereka untuk menjawab tantangan bangsa. Mari kita eksplorasi lebih lanjut untuk memahami bagaimana masing-masing peserta debat merinci rencana dan pemikiran mereka untuk membawa Indonesia ke arah yang lebih baik.
Gibran dan Sub Tema Debat:
Visi Misi
Pembukaan yang ciamik dan menjanjikan dari Gibran membahas keberpihakannya pada investasi crypto yang populer di kalangan milenial dan Gen-Z. Dalam pemerintahan saat ini, pentingnya ketahanan ekonomi seperti yang ditekankan oleh Gibran menjadi fokus utama.Â
Konektivitas yang berkelanjutan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga harus melibatkan generasi emas untuk mengambil peluang dalam tren digital seperti AI, blockchain, robotik, dan crypto.