Mohon tunggu...
Renaldi Bayu
Renaldi Bayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - I'm a Student of Accounting at Udayana University.

@malleumiustitiae @refknow (Enjoy Writing, Reading and Dialectics)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Hegemoni Dollar: Perjalanan dari Era Industri Hingga Petrodollar

20 November 2023   05:50 Diperbarui: 20 November 2023   06:53 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://wallpaperaccess.com

Pada awal abad ke-18, dunia menyaksikan pergeseran besar dalam sejarah manusia dengan munculnya Revolusi Industri. Inggris memimpin perubahan ini dengan mengintroduksi mesin dan inovasi baru yang menciptakan landasan bagi era industrialisasi yang akan datang. Namun, keberhasilan Inggris diikuti oleh cobaan berat selama Perang Dunia I dan II, yang meruntuhkan ekonominya. Setelah perang, dunia mencari landasan baru untuk merestrukturisasi ekonomi global yang hancur. Inilah konteks di mana Konferensi Bretton Woods diadakan pada tahun 1944 di Amerika Serikat. Konferensi ini menghasilkan kesepakatan untuk menggunakan dolar Amerika sebagai mata uang cadangan utama, dengan 44 negara setuju untuk mengadopsinya.

https://www.gtreview.com
https://www.gtreview.com

Amerika Serikat, dengan dolarnya yang kuat, muncul sebagai pemimpin ekonomi dunia. Selain itu, Amerika mendirikan tiga institusi penting yang memainkan peran besar dalam perdagangan internasional: Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), dan Dana Moneter Internasional (IMF), serta Bank Dunia. Namun, pada tahun 1971, Amerika Serikat menghadapi dilema ekonomi yang signifikan. Presiden Richard Nixon dihadapkan pada situasi di mana Amerika terus mencetak dollar untuk membiayai perang Vietnam, sementara cadangan emas negara itu menurun. Untuk menjaga kekuatan dolar sebagai alat perdagangan global, Amerika mencari solusi baru.

Pada titik ini, terjadi pertemuan krusial antara Amerika Serikat dan Arab Saudi. Kesepakatan yang dihasilkan dari pertemuan ini dikenal sebagai perjanjian petrodollar. Esensinya adalah bahwa Arab Saudi dan negara-negara produsen minyak lainnya setuju untuk menjual minyak mereka hanya dalam mata uang dollar Amerika. Dalam pertukaran ini, Amerika memberikan dukungan keamanan dan teknologi militer kepada Arab Saudi.

Dengan adanya perjanjian petrodollar, dollar Amerika memperoleh posisi yang sangat kuat di pasar internasional. Seluruh perdagangan minyak dunia dilakukan dalam dollar, menciptakan permintaan yang besar terhadap mata uang tersebut. Ini memberikan AS keuntungan besar, memungkinkan mereka untuk mencetak lebih banyak uang tanpa khawatir tentang inflasi yang merusak nilai dollar. Keuntungan lain dari perjanjian petrodollar adalah bahwa Amerika Serikat mendapatkan kontrol atas likuiditas global. Negara-negara yang membutuhkan minyak harus membelinya dalam dollar, menciptakan permintaan yang stabil untuk mata uang tersebut. Ini memberikan Amerika kekuatan finansial yang signifikan dan memastikan bahwa dollar tetap dominan di pasar dunia.

Namun, sementara perjanjian petrodollar memberikan keuntungan besar bagi Amerika Serikat, dampaknya juga melibatkan ketergantungan yang besar. Amerika harus terus menjaga stabilitas ekonomi dan politik di wilayah Timur Tengah untuk memastikan kelangsungan perjanjian ini. Hal ini menyebabkan AS terlibat dalam berbagai konflik di wilayah tersebut, termasuk intervensi militer di Irak, Afganistan, dan negara-negara lain, untuk membiayai perang-perang ini dan mempertahankan dominasinya, Amerika Serikat mencetak lebih banyak uang dan berhutang kepada banyak negara. Akibatnya, utang nasional Amerika meningkat secara signifikan, menciptakan ketidakstabilan ekonomi dan kekhawatiran tentang berbagai masalah keuangan global.

Meskipun demikian, hegemoni dollar tetap tidak tergoyahkan. Dollar Amerika terus menjadi mata uang cadangan utama di dunia, dan kebijakan moneter global masih sangat dipengaruhi oleh keputusan yang diambil di Amerika Serikat. Institusi-institusi seperti IMF dan World Bank, yang didirikan pada era Bretton Woods, tetap menjadi pemain kunci dalam memengaruhi kebijakan ekonomi global, sementara beberapa negara telah mencoba untuk mengurangi ketergantungan mereka pada dollar dengan menciptakan aliansi dan kesepakatan perdagangan alternatif, hingga saat ini, dominasi dollar tetap tak tertandingi. Bagaimanapun juga, dampak dari perjanjian petrodollar pada ekonomi global dan hubungan geopolitik masih menjadi topik perdebatan dan analisis yang mendalam.

Dalam menghadapi tantangan masa depan, baik Amerika Serikat maupun negara-negara lain di seluruh dunia harus mempertimbangkan dampak dari dinamika hegemoni dollar ini. Apakah perjanjian petrodollar akan terus berlanjut, ataukah kita akan menyaksikan pergeseran besar dalam struktur keuangan global? Pertanyaan ini tetap menjadi sorotan dalam diskusi ekonomi dan geopolitik kontemporer.

Implikasi terhadap Indonesia

Dinamika hegemoni dollar, terutama melalui perjanjian petrodollar, memiliki implikasi signifikan terhadap negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Meskipun Indonesia tidak secara langsung terlibat dalam perjanjian tersebut, dampaknya dapat dirasakan melalui perubahan dalam ekonomi global dan geopolitik.

  • Pertama, sebagai negara berkembang dengan ekonomi yang tergantung pada perdagangan internasional, Indonesia terpengaruh oleh dominasi dollar dalam perdagangan minyak dunia. Fluktuasi nilai tukar dollar dapat mempengaruhi daya beli dan stabilitas ekonomi Indonesia, terutama dalam hal impor minyak. Oleh karena itu, kebijakan moneter dan fiskal Indonesia harus mempertimbangkan dampak dari pergerakan nilai dollar terhadap keseimbangan perdagangan dan inflasi domestik.
  • Kedua, ketergantungan global pada dollar dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi yang berpotensi merugikan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Perubahan suku bunga dan kebijakan moneter di Amerika Serikat dapat memicu arus modal yang volatile, mempengaruhi nilai tukar dan stabilitas keuangan di Indonesia. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah preventif dan kebijakan fleksibel untuk menghadapi potensi gangguan dari perubahan kondisi ekonomi global.
  • Ketiga, dinamika hegemoni dollar juga dapat memengaruhi hubungan geopolitik Indonesia dengan negara-negara lain. Keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik di Timur Tengah, yang sebagian besar didorong oleh kepentingan ekonomi dan keamanan terkait perjanjian petrodollar, dapat menciptakan ketegangan atau mempengaruhi dinamika diplomasi global Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu melakukan analisis yang cermat dan mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam merespon perkembangan geopolitik yang terkait dengan hegemoni dollar.
  • Keempat, Indonesia dapat mempertimbangkan diversifikasi mata uang cadangan dan strategi perdagangan untuk mengurangi ketergantungan pada dollar. Menciptakan kesepakatan perdagangan dengan berbagai mitra internasional dan memperkuat kerja sama ekonomi regional dapat menjadi langkah-langkah strategis untuk mengatasi dampak negatif dari dominasi dollar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun