Hakekat pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, meratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sector sekunder mauun sector tersier. Sedangkan arah dari pembangunan ekonomi adalah menusahakan agar pendapatan masyarakat secara mantap dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari pembangunan ekonomi maka, pembangunan daerah harus didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumberdaya fisik yang ada.
Pada dasarnya Jawa Tengah bila ditinjau dari letak lokasi geografisnya, tetrletak di jalur yang strategis dimana terletak di jalur perdagangan Jakarta-Surabaya-Bali. Sebenarnya dari letak yang geografis ini Jawa Tengah mempunyai banyak sekali potensi untuk bias dikembangkan oleh pemerintah daerah melalui suatu pembangunan ekonomi daerah. Jawa Tengah sebenarnya telah memiliki beberapa sektor potensial yang dapat menyokong pertumbuhan ekonomi daerah. Leading sektor yang paling besar kontribusinya adalah sektor industri manufaktur dan sektor pertanian. Namun seiring dengan semakin tingginya konversi tata guna lahan budidaya pertanian untuk permukiman dan sektor industri manufaktur yang terlalu fluktuatif tingkat pertumbuhanya, maka dibutuhkan sektor pendukung andalan lainnya yang dapat menyangga eksistensi pertumbuhan ekonomi daerah Jawa Tengah.
SOSEBO adalah suatu konsep/proyek pengembangan wisata Solo-Selo-Borobudur, dengan fokus pengembangan dataran tinggi Ketep. Dan proyek pengembangan wisata SOSEBO ini dicanangkan pada tahun 2000 oleh Gubernur Mardiyanto (Gubernur pada waktu itu). SOSEBO merupakan jalur wisata yang diciptakan untuk menikmati keindahan gunung merapi, dari Solo ke Borobudur dan seterusnya. Mengapa daerah wisata yang ingin dikembangkan SOSEBO......?
- Solo, merupakan daerah yang memiliki warisan budaya yang adiluhur, dimana sentral kebudayaan jawa terdapat didaerah Jogja dan Solo sebagai dua pecahaan kerajaan mataram. Sehingga Solo mempunyai asset wisata dan budaya yang sangat bagus untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata. Apalagi Solo memiliki kelengkapan sarana dan prasarana pendukung seperti Bandar udara, terminal dan stasiun kereta api.
- Dengan melihat situasi kota Solo sekarang maka tercermin bahwa struktur perekonomian mengarah pada system ekonomi dengan mulai mengoptimalkan sector sekunder dan tersier. Dengan munculnya konsep "solo the spirit of java" maka akan mampu diprediksi bahwa sector perdagangan, hotel dan restaurant akan menjadi leading sector dalam beberapa tahun ke depan, hal ini dapat dilihat dari semakin kondusif nya iklim investasi property di kota solo.
- Selo ini diapit oleh dua kota yaitu Boyolali dan Magelang. Perjalanan dari Boyolali menuju Selo berjarak 20 km. dengan kekayaan keanekaragaman hayati berupa jajaran deretan pegunungan merapi, merbabu dan sumbing yang berada di wilayah kabupaten Boyolali, hal ini bias menciptakan panorama wisata yang tersendiri dan bisa bernilai jual yang tinggi untuk sector pariwisata. Ini bisa diibaratkan sebagai kintamani-nya Jawa Tengah bila dikembangkan.
- Borobudur, merupakan obyek wisata yang bertaraf internasional dan merupakan suatu keajaiban dunia. Candi barobudur ini terletak di kabupaten Magelang.
Bila ditilik dari konteks interaksi keruangan daerah maka, prosepek pengembangan SOSEBO ke depan memerlukan perhatian yang intensif dari Pemprov Jateng agar bisa berjalan sesuai sasaran dan tujuan yang diharapkan. Interaksi Boyolali dan Magelang menunjukan keterkaitan yang tinggi bila dibandingkan interaksi antara Solo-Boyolali dan Solo-Magelang. Kondisi interaksi antar Boyolali-Magelang menunjukan bahwa telah terjadi difusi keruangan yang tinggi, dimana pemekaran wilayah kedua daerah saling berkembang. Hal ini akibat tingginya mobilitas barang dan jasa, dan penduduk. Kebijakan pengembangan wilayah antara Bolyoli-Magelang bersifat saling melengkapi terutama dalam hal pengembangan sektor wisata alam. Sedangkan terkait dengan pengembangan SOSEBO di kota Solo berfungsi sebagai gate bagi wisatawan Luar Negeri maupun domestic dengan kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana pendukung. Dan hal ini juga ditunjang dengan majunya kawasan niaga perdagangan kota Solo yang menjadi daya tarik tersendiri.
Manfaat SOSEBO:
- Kota Solo
Benefit yang diterima oleh kota surakarta belum terlalu signifikan. Namun secara indirect benefit, terdapat hal lain yang bisa diterima oleh kota surakarta yaitu aspek pemasaran daerah. Dengan dibukanya SOSEBO secara otomatis wilayah golden triangle tourism tersebut akan terus dipacu promosi wisatanya. SOSEBO menjadi kawasan andalan yang dipromosikan, otomatis akan semakin memacu sector-sektor lainnya yang terkait dengan pariwisata sector yang dominant terpacu pertumbuhannya yaitu sector perdagangan, hotel dan restaurant.
- Kabupaten Boyolali
Dimana kabupaten Boyolali terletak ditengah-tengah dari kerjasama ketiga daerah tersebut maka, Kabupaten ini masih tetap mengoptimalkan bio diversity resource yang dimilikinya, dimana sektor pertanian masih menjadi prime movernya dalam transformasi struktural daerah. Manfaat yang diterima lansung dengan adanya pengembangan SOSEBO adalah pembenahan tata ruang kabupaten. Dan dirubahnya konsepsi bangunan tradisional yang sederhana kini mulai direnovasi dengan bangunan modern. Secara indirect benefit Kabupaten Boyolali juga mengalami efek multiplier dimana tingkat investasi yang meningkat dikarenakan kelimpahan bahan baku terutama bahan baku yang dari alam dan masih murahnya ongkos tenaga kerja disana sehingga bila dikaitkan dengan teori agropolitan.
- Kabupaten Magelang
Secara direct benefit yang diperoleh oleh kabupaten magelang mungkin dapat terlihat dari tingginya kunjungan wisatawan yang mengunjungi dua objek unggulan daerah yaitu ketep pass dan borobudur.
Permasalahan Pengembangan SOSEBO, Hal ini dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu makro (Propinsi) dan mikro (daerah).
Aspek Makro
- Tidak matchnya tata ruang antar Boyolali (selo)-Magelang (ketep)
- Pembangunan new selo dan ketep diharapkan bisa menjadi twin project tourism yang dapat lebih menghidupkan kawasan wisata taman nasional gunung merapi-merbabu. Namun dari pengembangan ke dua kawasan ternyata daerah kabupaten boyolali mengalami kelambatan untuk mengikuti kemajuan dari pengembangan ketep pass oleh pemkab magelang.perbedaan pengembangan kedua kawasan dikhawatirkan dapat menyulitkan pengembangan kawasan SOSEBO. Selama ini belum terlihat dampak positif bagi masing-masing daerah. Dimana tiap-tiap daerah masih mementingkan ego kedaerahannya sendiri-sendiri untuk menimbulkan/menciptakan/membangun identitas daerah masing-masing dan mengesampingkan kerjasama antar daerah.
- Rusaknya saran infrastruktur Selo-Ketep
Aspek Mikro
Stake Holder pariwisata Jateng bersifat idle (malas)
Pengembangan pariwisata di Jateng tertinggal dibandingkan daerah lain karena pelaku pariwisatanya idle (malas). Pelaku pariwisata di Jateng juga pasif, hanya out-bond, tidak in-bond (mendatangkan orang asing). Jaringan dengan dunia pariwisata luar kurang. Dalam pengembangan suatu daerah menjadi sebuah kawasan tourism destination harus dimulai dari keseluruhan pihak yang berfungsi sebagai guide bagi wisatawan yang datang tidak hanya pemerintah saja yang bertanggung jawab penuh tapi juga keseluruhan pihak ikut mendukung dan menciptakan suasana tourisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H