Mohon tunggu...
Bayu Mustaqim Wicaksono
Bayu Mustaqim Wicaksono Mohon Tunggu... Teknisi - Bayu

Mempelajari kapal, mengerjakan pesawat, menyukai kereta api, menggunakan sepeda, dan memilih mobil sebagai alternatif terakhir alat transportasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perencanaan Setengah Hati Anggaran Negara

6 Desember 2011   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:45 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila kita lihat kebiasaan yang ada selama ini, rendahnya penyerapan anggaran terjadi karena perencanaan yang kurang matang, entah itu di bagian keuangan ataupun di bagian pelaksanaan. Penyusunan anggaran negara kurang memikirkan prioritas pekerjaan yang akan dikerjakan.

Seringkali kita melihat banyak pekerjaan mangkrak yang diakibatkan kekurangan anggaran. Jembatan Suramadu adalah salah satu contoh besar dari fenomena itu. Akan tetapi, ternyata tidak kalah banyak banyak proyek yang telah dinyatakan likuid (tersedia sumber pembiayaannya) tetapi belum memiliki kejelasan dalam pengerjaan dan operasionalnya. Kedua hal yang bertolak belakang itu telah menunjukkan bagaimana kebijakan anggran tidak dibuat dengan pemikiran jangka panjang dan berkelanjutan.

Adapula kendala saat pelaksanaan yang menyebabkan penyerapan anggaran lambat. Pejabat kita saat ini sedang terkena demam antikorupsi sehingga setiap pekerjaan dilakukan dengan "sangat" hati-hati. Bahkan proses tender pun sampai diulang berkali-kali. Tidak jarang pula proyek-proyek yang telah disetujui pelaksanaannya diubah di tengah jalan, entah itu tenggat waktu penyelesaiannya, jumlah biaya yang diperlukan, bahkan sampai detail engineering design-nya.

Antara Swasta dan Pemerintah

Menurut direktur keuangan PT Wijaya Karya, Ganda Kusuma saat acara Investor Summit and capital Market Expo di Surabaya, kontrak kerja yang diberikan oleh pemerintah lebih menjanjikan dilihat dari kepastian pembayaran dan likuiditas dananya karena sudah ada dalam APBN. Kepercayaan swasta yang besar ini seharusnya bisa dimanfaatkan pemerintah untuk mempercepat setiap proyek yang telah dianggarkan dalam APBN. Tidak akan ada masalah mengenai kesiapan swasta dalam mengelola setiap pekerjaan yang didanai oleh pemerintah, justru ketidaksiapan orang di pemerintahan sendirilah yang memperlambat kinerja pembangunan.

Komitmen para pejabat juga sangat berpengaruh terhadap efektivitas penyerapan anggaran. Proyek monorel Jakarta menunjukkan komitmen yang kurang kuat untuk melaksanakan kebijakan yang telah dibuat. Perbedaan pandangan antara gubernur lama, Sutiyoso dengan gubernur baru, Fauzi Bowo telah menyebabkan kesia-siaan pembangunan konstruksi awal monorel. Di bagian timur Jakarta juga bisa kita lihat tiang-tiang pancang rencana jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu yang sampai hari ini hanya dibiarkan begitu saja.

Jika melihat keadaan ini, anggaran negara kita hanya tidak akan memiliki daya dukung yang kuat terhadap pelaksanaan pembangunan. Pemerintah seharusnya mulai memikirkan cara agar setiap pekerjaan yang dibiayai oleh negara harus berjalan secara berkesinambungan.

Jadi, butuh komitmen besar untuk menggunakan sumber daya anggaran kita demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Komitmen untuk tetap menjaga integritas dan juga komitmen untuk membuat keputusan secara cepat dan tepat mutlak harus dimiliki semua elemen pembuat kebijakan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun