Sahur adalah salah satu sunah dalam tahapan pelaksanaan kewajiban puasa. Kita disunahkan untuk makan sahur karena ada keberkahan di dalamnya. Dari segi fisik, kita mendapat asupan gizi yang cukup sebagai bekal untuk melakukan puasa. Sedangkan di segi spiritual, orang yang melakukan sahur akan mendapatkan salawat dari Allah dan para malaikat. Karena itulah sahur sangat dianjurkan, bahkan walau hanya dengan seteguk air.
Dalam hadis yang lain dijelaskan bahwa sebaik-baiknya sahur adalah dengan kurma kering. Tetapi karena saya tidak memiliki kurma kering, saya melakukan sahur dengan makanan lain, yaitu sayur-sayuran.
Dari berbagai pengalaman saya berpuasa, ternyata saya mudah lapar jika memakan nasi saat sahur. Apalagi bila nasinya menjadi makanan utama, maksudnya makanan dengan persentase paling banyak di piring, nggunung. Awalnya saya pikir dengan makan nasi sebanyak-banyaknya, maka saya akan lebih tahan lapar. Ternyata tidak.
Asumsi banyak nasi lebih tahan lapar tidak terbukti. Tengah hari perut sudah terasa perlu diisi. Jika dicermati, dengan volume nasi yang dominan, otomatis saya kurang makan sayur dan buah saat sahur. Perut sudah begah duluan terisi nasi. Apakah hal itu berkorelasi?
Akhirnya kini saya berani untuk makan sahur tanpa nasi sama sekali. Dan kabar baiknya, itu aman bagi saya. Maksudnya, rasa lapar tidak melanda. Sakit perut pun tidak diderita.
Nah, terkait kebutuhan kalori, saya kira tidak ada masalah dengan pola itu. Coba ingat, kita semua pasti berbuka puasa dengan makanan atau minuman yang manis, alias berkalori. Kolak manis, pakai gula. Es buah manis pakai sirup dan susu, gula juga. Gula jelas berkalori. Es kepal, manis, duh sudah jelas sekali kalorinya.
Jadi, prinsip "belum makan jika belum makan nasi" saya rasa tidak pas juga. Banyak kok makanan lain yang sebenarnya kita konsumsi punya nilai kalori sama atau lebih banyak daripada nasi. Konsumsi nasi yang bersamaan dengan makanan-makanan lain yang berkalori tinggi bisa jadi menyebabkan kita kelebihan kalori. Sering kan kita lihat orang-orang bertambah gemuk justru setelah selesai bulan puasa?
Setahu saya faktor serat sangat berpengaruh terkait masalah itu. Nah, memperbanyak konsumsi sayuran yang mengandung serat adalah solusi awam yang saya ambil. Hasilnya, intensitas B-A-B menjadi lebih rutin dinbandingkan keadaan semula. Anda boleh coba.
Mungkin hal-hal yang saya ceritakan itu masih bisa diperdebatkan secara medis, tetapi itulah yang saya rasa dan alami. Apabila ada Kompasianer yang ingin mengutarakan pendapat ilmiahnya, saya sangat berterima kasih. Apalagi bila ada Kompasianer yang ingin memberikan sahur gratis... tentu sangat dinanti. Hehehe.