Ketika merantau, momen berbuka puasa adalah yang paling menyedihkan. Sepi, sendiri, makannya itu-itu lagi. Padahal kalau di rumah segala makanan dan minuman ada. Sampai menyerah untuk mnghabiskannya.
Nah, salah satu solusinya adalah berbuka puasa bersama. Satu dan lain tempat berbeda porsi. Ada yang hanya menyediakan minuman, kudapan, ada pula yang sampai makanan inti.
Kalau di kampus saya dulu, hidangan bedugnya (orang-orang sering menyebutnya takjil) biasa saja. Hanya gelas-gelas berwarna yang tersusun rapi di atas meja. Sayangnya, tidak semua gelas berwarna ini diisi air berwarna (paham ya?).
Pada saat perebutan, ada saja tangan tak bertuan yang entah datang dari sisi yang mana. Seakan ada portal lubang cacing yang terbuka di atas meja. Wusss, gelas yang sudah dilirik-lirik dalam sekejap bisa menghilang.
Memang, saat itu sulit untuk memilih gelas door prize atau yang zonk. Jadi, prinsipnya ambil saja dulu gelasnya. Jangan lupa berdoa. Semoga yang berwarna bukan hanya gelas, melainkan juga airnya.
Jika pun ada yang bersitegang gara-gara gelas incaran hilang, semua orang langsung berekonsiliasi kok. Saf tetap rapat saat salat. Pundak bertemu pundak dan kaki bertemu kaki meskipun saat takbiratul ihram serasa familiar dengan tangan orang di sebelah. Mirip tangan yang muncul dari portal lubang cacing. Hehe.
Keseruan berikutnya terjadi pascasalat magrib. Ini adalah waktu para jamaah meninggalkan ruang utama dan berkumpul di serambi masjid. Buat apa? Jeng jeng jeng, pembagian makanan buka puasa. Nasi, sayur, dan lauk pauknya.
Tapi, ga ada serunya kalau cuma dibagi biasa. Ada aturan unik yang harus diikuti oleh setiap jamaah. Jamaah calon penerima makanan berbuka harus berkumpul lima orang per kelompok. Kelima orang tersebut harus duduk rapi tanpa teriak-teriak. Jangan seperti peserta aksi-yang katanya-nasionalistis belum dapat jatah logistik.
Duduknya pun harus berbentuk lingkaran. Dilarang membuat bentuk segi tiga, segi empat, atau segi banyak. Selain susah, formasi duduk selain lingkaran juga makan tempat. Sudah dihitunglah pokoknya sama panitia. Namanya juga mahasiswa, semua hal dipikirkan.