Mohon tunggu...
Bayu Mustaqim Wicaksono
Bayu Mustaqim Wicaksono Mohon Tunggu... Teknisi - Bayu

Mempelajari kapal, mengerjakan pesawat, menyukai kereta api, menggunakan sepeda, dan memilih mobil sebagai alternatif terakhir alat transportasi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Supernova, Bintang Penutup Tahun 2014

18 Desember 2014   21:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:01 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Dewi Lestari. (21 Cineplex)

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Film ini merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Dewi Lestari. (21 Cineplex)"][/caption] Reuben dan Dimas, dua mahasiswa asal Indonesia di Amerika Serikat berjanji untuk menuliskan sebuah kisah sains yang akan menjadi adikarya berdua, sepuluh tahun pasca-pertemuan pertama mereka. Ide tersebut tercetus saat keduanya tengah merasakan candu, yang menurut Reuben, sama sensasinya dengan saat sedang melakukan meditasi. Mereka menyebut kondisi ini sebagai badai serotonin. Begitulah adegan pembuka film Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang tayang mulai 11 Desember lalu. Film yang mengangkat cerita romansa dalam balutan argumentasi sains ini diadaptasi dari novel berjudul sama karya Dewi Lestari (Dee). Butuh waktu cukup lama sejak penerbitan pertama novel Supernova pada 2002 sampai dengan penayangan filmnya. Sunil Soraya selaku produser mengaku butuh dua tahun lebih untuk mempersiapkan film ini, di luar waktu yang digunakan untuk membujuk Dee supaya mengizinkan pemfilman karyanya. Pada penayangan di Bioskop 21 Plaza Surabaya (Delta), Selasa (16/12), penonton hampir memenuhi seluruh kursi yang tersedia. Para penonton yang hampir seluruhnya merupakan remaja itu tetap antusias hadir bahkan di jam pemutaran terakhir, 21.15 WIB. Supernova: Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh menceritakan kisah Rana, seorang wartawati sekaligus wakil pemimpin redaksi sebuah majalah yang jatuh cinta kepada Ferre, pengusaha muda yang antipati terhadap cinta. Sayangnya, Rana telah memiliki suami, Arwin. Meskipun mencintai Ferre, Rana tidak bisa untuk pergi dari Arwin karena dirinya beranggapan bahwa memutuskan pernikahan bukanlah masalah dua orang semata, melainkan juga dengan seluruh jaringan sosial tiap-tiap pasangan. Hubungan terlarang Rana dan Ferre bermula dari wawancara Rana dengan Ferre. Saat itulah Ferre membagikan kisah Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh yang ia dengar dari kakeknya. Rupanya kisah Ferre dan Rana identik dengan kisah ksatria dan putri. Bintang jatuh dalam dunia nyata adalah Diva, seorang model yang cantik, perfeksionis, dan cerdas. Dengan kecerdasannya, Diva tidak rela melacurkan pemikiran-pemikirannya, satu-satunya yang bisa dilacurkan hanyalah tubuh. Jadilah ia pelacur kelas atas dengan bayaran mahal. Keseluruhan cerita Rana, Ferre, dan Diva sama persis dengan cerita yang sedang ditulis oleh Reuben dan Dimas. Selain tokoh ksatria, putri, dan bintang jatuh, Reuben dan Dimas juga menciptakan karakter seorang avatar masa kini yang-dalam pemikiran mereka-dapat diakses oleh setiap orang. Maka, sang avatar digambarkan sebagai sosok dunia maya, seorang cyber avatar, sang Supernova. Disutradarai oleh Rizal Mantovani, film Supernova sukses memvisualisasikan imaji Dee dalam novelnya. Nuansa dalam setiap adegan berhasil dihadirkan lewat musik pendukung yang tepat. Berbagai animasi dan efek visual digunakan untuk menampilkan perasaan yang asalnya merupakan objek abstrak menjadi objek visual apik. Meskipun berkisah seputar cinta, film ini tidak hanya menampilkan gambar-gambar membosankan yang hanya fokus pada tokoh, tetapi malah menampakkan berbagai panorama yang membuat penonton hadir merasakan langsung latar kejadian di berbagai lokasi yang menakjubkan. Dengan kekuatan karakter tokoh dan dialog yang sebagian besar disadur dari dialog asli di novelnya, Supernova menanamkan gagasan mendalam pada penonton mengenai makna kehidupan dan keterkaitan takdir antarmanusia. Bahkan, bagi seseorang yang tidak pernah membaca karya novelnya, film ini tetap dapat dinikmati dengan nyaman tanpa kehilangan orientasi. Untuk menghadirkan kenyamanan itu, akhir film ini dibuat berbeda dibandingkan cerita aslinya. Muncul berulang kali dialog dan adegan yang diulang, serta ditampilkan detail-detail kecil yang hilang sepanjang cerita, yang justru memperkuat pesan dan tujuan yang akan disampaikan. Meskipun twist tersebut dapat mewujudkan keutuhan cerita, kerangka waktu yang terbangun dalam penampilan Ferre, Rana, dan Diva yang berulang dalam potongan-potongan pendek justru kabur dan membingungkan. Memang misteri Supernova tidak pernah mudah dimengerti baik dalam novel maupun film. Selamat menonton!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun