Banyak gelas diatas meja reot semalam, ada gelas kopi yang pahit, ada gelas kopi susu, gelas es teh, es jeruk dan masih banyak gelas yang tak bernama. Dan masih diatas meja reot itu pula, aku melihat banyak macam merk rokok, dari yang mahal hingga yang murah. Kesemuanya hampir hilang terbakar, keluar masuk badan dan hanya menyisahkan kotoran.
Kulihat dan kurasakan meja reot itu hanya diam, mungkin hanya mendengar percakapan para pemilik gelas dan berbagai merk rokok tadi, yang sedang sibuk diskusi tanpa keseriusan dan tanpa kemunafikan.
Malam pun telah berangsur menjadi dini hari dan berganti menjadi pagi. Semua telah pulang, gelas – gelas tadi pun telah di bersihkan untuk besok di isi lagi dengan pikiran, cara pandang, rasa kemanusiaan dan bahan diskusi tanpa keseriusan. Semua batang rokok yang terbungkus dengan berbagai merk tadi juga sudah masuk keranjang sampah, telah puas dinikmati badan, dan menikmati uang di dalam dompet yang semakin tak terlihat tebal.
Saat melangkah keluar dan berjalan pulang, dari jauh kulihat meja reot itu dengan keseriusan. Kurasakan betapa kesepiannya meja reot itu tanpa gelas sebagai teman, tanpa puluhan rokok sebagai teman dan tanpa perbincangan para pemiliknya. Tapi semakin aku serius melihat meja itu, kurasakan semakin jauh, semakin samar dan tiba – tiba meja reot itu pun hilang.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H