Mohon tunggu...
bayu sih hanggoro
bayu sih hanggoro Mohon Tunggu... -

masih belajar..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menangisi Banjir

25 Februari 2014   20:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:28 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Langit berduka

dan muramnya sungguh berat

menangis tiada henti sejak semalam

entah menangisi apa

Bumi merana

dan wajahnya semakin larat

merintih lirih menahan air mata

entah menangisi apa

Rembulan berdiam

toleran pada lara yang terbentang

memerintah sunyi pada malam

memeluk gelap pada semua bintang

Mentari bersemu

merona suam hanya seujung kuku

sekedar mengangkat ubun-ubun pertanda hadir

tanpa daya kehangatan

Aku terlena

menghitung tetesan duka

mengira-ngira beban air mata

dimana gerangan akan tumpah

segala yang tertahan

dan berbual-bual menjadi bencana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun