Menjelang pemilihan umum presiden tahun 2014 ini suhu perpolitikan di negara kita semakin menghangat bahkan cenderung panas. Berbagai media digunakan para kandidat untuk menggaet pendukung sebanyak-banyaknya mulai dari surat kabar, televisi, sampai dunia maya. Tim sukses masing-masing calon presiden begitu giat mensosialisasikan dan mempromosikan jagonya agar memenangkan pemilu presiden ini. Selain itu sangat mudah kita temui masyarakat umum yang mebicarakan pemilu presiden ini, mulai dari kalangan terpelajar yang menganalisis secara mendalam sampai kalangan yang hanya “asal bunyi”.
Pada dasarnya ini adalah hal yang baik. Partisipasi yang tinggi dari masyarakat tentunya diharapkan dapat mensukseskan pemilihan umum presiden 2014 ini dan menekan angka golput. Namun partisipasi masyarakat tersebut kadang cenderung mengakibatkan hal yang negatif. Diskusi-diskusi masyarakat mengenai siapa calon presiden yang lebih cocok untuk memimpin Indonesia lima tahun ke depan pun seringkali berujung dengan saling mencaci, memaki, memfitnah, debat kusir yang taka da ujungnya, dan banyak hal negatif lainnya yang justru sifatnya kontra produktif. Sebagai bukti cobalah kita tengok aktifitas para pengguna jejaring sosial. Aktifitas mereka bisa semakin berbahaya karena sebagian dari mereka hanya bisa menerima berita dan langsung mempercayainya tanpa ada saringan dan pemikiran lebih lanjut. Terlebih informasi yang membaik-baikkan jagoan mereka dan menjelek-jelekkan rivalnya.
Banyaknya media yang semestinya berfungsi sebagai saluran untuk mencetuskan pemikiran yang aktual pun seringkali justru menjadi alat propaganda yang justru memecah belah masyarakat. Media tak jarang menyuguhkan berita yang tidak obyektif dan hanya menguntungkan calon presiden yang mereka bela. Padahal menurut UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, disebutkan tentang independensi pers, dalam arti pers tidak boleh memihak, dipengaruhi oleh campur tangan birokrasi atau kepentingan-kepentingan lainnya. Jadi mestinya fungsi pers adalah sebagai corong kedaulatan rakyat dan digunakan sebagai perisai bagi rakyat dari kesewenang-wenangan kekuasaan atau uang. Namun faktanya ada saja tv-tv swasta yang lebih mementingkan kepentingan segelintir pihak daripada menjalankan fungsi aslinya sebagai pers yang independen. Yang lebih lucu lagi, ada salah satu stasiun tv swasta yang menuding tv swasta lainnya telah mempolitisasi program pesta olah raga sepak bola sedunia. Mestinya mereka berkaca dulu sebelum mengkritik satu sama lain.
Jadi intinya, pemilu presiden 2014 ini memang sangat membutuhkan partisipasi dari seluruh masyarakat Indonesia. Namun alangkah baiknya jika partisipasi itu diwujudkan dalam hal yang positif. Silahkan anda memilih sesuai pertimbangan dan hati nurani anda. Silahkan mempromosikan keunggulan calon yang anda usung jika itu memang fakta dan jauhi black campaign. Siapapun yang terpilih nanti, harus kita dukung bila kinerjanya bagus, dan harus kita sentil bila kinerjanya buruk. Karena itulah cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk mewarnai perjalanan negeri ini lima tahun ke depan. Persatuan dan keutuhan bangsa adalah poin utama yang harus selalu dijunjung tinggi oleh semua warga negara Indonesia. Sudah saatnya Indonesia bangkit dan kemudian menjadi hebat!
BAYU MITRA A. KUSUMA (Mahasiswa Ilmu Politik Burapha University Thailand)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H