Mohon tunggu...
Bayujati Prakoso
Bayujati Prakoso Mohon Tunggu... Jurnalis - Tangerang, Banten, pada 09 Juli 1997. Saat ini, tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, konsentrasi Public Relations Tahun Akademik 2015 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Memiliki hobi dan minat dalam membaca, menulis & editing.

Lahir di Tangerang, Banten, pada 09 Juli 1997. Saat ini, tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, konsentrasi Public Relations Tahun Akademik 2015 di Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA. Memiliki hobi dan minat dalam membaca, menulis & editing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kado Milad IMM 55 Tahun: Kehadiran Karya Manifesto Cendekiawan Berpribadi (2019)

22 Maret 2019   06:26 Diperbarui: 25 Maret 2019   23:12 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IDENTITAS BUKU


Judul: Manifesto Cendekiawan Berpribadi; Refleksi dan Autokritik, memaknai kembali tugas kecendekiawanan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


Editor: Ahmad Soleh


Penulis: Ahmad Rosyid Muhadi, Ahmad Ruslan, Ahmad Soleh, Andri 'You' Yulianto,  Ayu Musa HP, Bayujati Prakoso, Brilyan Waskita Prima, Desliana, Lisa Nur Hikmawati, Mega Saputra,  Muhammad Ihsan,  Nabila RA Harahap, Restu Anjarwati, Rifky Arianto, Salman Ahmad Ridwan, Siti Rokayah, dan Wikka Esa Putra
Penerbit: Progresif
Cetakan, tahun: I, 2019
Tebal: 135 hlm
Diterbitkan atas kerja sama: Langgar Timur, IMM FKIP UHAMKA, dan LPP AIKA UHAMKA
Info pemesanan: 0896 6881 3218 (Ade)


Sinopsis:


Perjalanan sebuah organisasi akan selalu menghadapi tantangan di setiap zamannya. Sebab itulah setiap insan di dalam organisasi tersebut mesti sadar dan mau senantiasa berintrospeksi untuk mewujudkan laju organisasi yang lebih baik. Tak terkecuali Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang saat ini sudah genap berusia 55 tahun. Refleksi dan autokritik secara radikal mesti dilakukan untuk berbenah dan memperbaiki diri.

Buku Manifesto Cendekiawan Berpribadi ini menjadi salah satu kado untuk milad IMM yang ke-55 tahun. Buku berisi kumpulan tulisan kader IMM ini setidaknya mampu menjadi jawaban bagi para kader untuk kembali mengenal organisasinya lebih dalam, bagaimana peran sebagai intelektual, dan mengapa kader IMM disebut cendekiawan berpribadi.


Seorang cendekiawan Muslim dan sejarawan terkemuka Kuntowijoyo mengatakan, menjadi cendekiawan Muslim itu berat, selain mengurus masalah internal umat, masih harus ikut memikirkan masalah eksternal, yaitu masalah nasional dan masalah global. Bertolak dari pernyataan itulah, maka menjadi kader IMM sejati tidak bisa dengan berleha-leha. Mesti banyak berpikir, merenung, dan membaca. Baru kemudian akan ditemui jati diri sebagai cendekiawan berpribadi.

Testimoni


Cendekiawan berpribadi merupakan istilah yang sangat tepat untuk menyebut kader muda Muhammadiyah. Sebab itulah spirit sebagai cendekiawan mesti dimiliki kader-kader IMM yang bergelut di dunia intelektual. Dengan begitu kader IMM tidak hanya larut dalam diskusi dan adu wacana saja, melainkan juga mampu berbuat dan berkarya untuk persyarikatan dan bangsa. Sebagaimana jargonnya, ilmu amaliah dan amal ilmiah. Buku ini menjadi salah satu bukti bahwa nalar kecendekiawanan kaum muda Muhammadiyah itu masih ada dan dirawat dengan baik. Kader muda Muhammadiyah wajib memiliki dan membacanya. --Cak Nanto. Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah

Buku Manifesto Cendekiawan Berpribadi merupakan salah satu dari referensi Ikatan yang mulai tumbuh. Karya ini merupakan bacaan wajib kader Ikatan, dikarenakan dalam buku tersebut membahas refleksi organisasi khususnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan perannya dalam melakukan transformasi sosial. Karya ini berisi tentang kumpulan dari berbagai kader Ikatan yang melakukan kajian terhadap organisasi serta cara melakukan pemberdayaan seperti penggagasan Sekolah Rakyat (pendidikan untuk semua) dan berkolaborasi/membangun mitra dengan lembaga yang lain. Walaupun kurang sistematis dalam pembahasan nilai-nilai Ikatan, buku ini cukup mendalam pengaplikasian ideologi Ikatan dalam memecahkan persoalan di realitas sosial. Buku Manifesto Cendekiawan Berpribadi menghadirkan spirit literasi dalam Ikatan, sehingga dapat memberikan cahaya untuk pencerahan peradaban. --Muhammad Abdul Halim Sani. Penulis Buku Manifesto Gerakan Intektual Profetik


Kata orang bijak, goresan tinta ulama tak kalah dengan percikan darah syuhada. Buku ini merupakan goresan pena hasil buah pikir para cendekiawan muda yang lahir dari rahim IMM. kita perlu mengapresiasi sembari memelihara budaya literasi di tengah-tengah Ikatan. Selamat membaca! --Robby Rodliyya Karman. Sekretaris Jenderal DPP IMM 2018-2020


Perjalanan IMM yang akan memasuki usia satu abad membutuhkan refleksi gerakan dari para kadernya. Adanya ruang refleksi bagi gerakan IMM akan menghadirkan gerakan inklusif, progresif, dan adaptif terhadap dinamika dan perkembangan zaman yang kian kompleks. Artinya, secara kolektif gerakan IMM harus terus melakukan evaluasi dan refleksi gerakan, khususnya pada saat milad yang hampir dirayakan setiap tahun. Hadirnya buku Manifesto Cendekiawan Berpribadi ini patut untuk dijadikan bahan refleksi gerakan IMM secara kolektif. --Makhrus Ahmadi. Penulis Buku Genealogi Kaum Merah, pendiri Penerbit Litera


Manifesto Cendekiawan Berpribadi merupakan bacaan wajib bagi kader IMM. Di dalam buku ini kita bisa menemukan serpihan-serpihan pemikiran, ide, dan inspirasi bagi gerakan IMM di akar rumput. Ada tiga spirit terdapat dalam buku ini. Di antaranya, spirit literasi, spirit membongkar dan menggali substansi perjalanan gerakan IMM, dan spirit untuk bermasyarakat. Tentu saja sub-subjudul dalam buku ini amat menarik untuk menyikapi kondisi IMM kekinian, tujuannya tak lain untuk menjadikan IMM lebih baik dan membumi. Sebab itulah kemudian, buku ini menjadi pilihan tepat untuk kita melengkapi referensi studi ke-IMM-an dan juga panduan untuk selalu berfastabiqul khairat. IMM hebat, IMM jaya! --Rully Onzo. Motivator dan Inspirator Pemuda Indonesia, Duta Mahasiswa Berkarakter 2012


Seorang filsuf pernah berujar bahwa kehidupan yang tak pernah direfleksikan adalah tak layak dijalani. Perjalanan IMM sebagai organisasi yang terus bergerak menunjukkan eksistensinya, tentu juga tak terlepas dari potensi-potensi penyimpangan dari maksud dan tujuan awal berdirinya. Tentu hal ini terkait dengan tafsiran-tafsiran (memaknai) gerakan IMM. Dengan demikian autokritik dan refleksi dalam suatu organisasi menjadi keniscayaan untuk mampu melompat jauh membangun peradaban. Autokritik yang dilayangkan Mega Saputra misalnya bahwa aksi transaksional-pragmatis yang pada akhirnya hanya melahirkan watak berpikir teknis, bukan etis. 

Buku Manifesto Cendekiawan Berpribadi ini mengajak kita untuk berpikir dan berbuat maju ke depan, supaya IMM dapat menjadi organisasi yang ikut berperan aktif membangun peradaban bangsa. Selanjutnya, agenda menegaskan peran IMM dan rumusan gerakan progresif ikatan dalam bagian kedua dan ketiga buku ini menjadi bagian tafsir dari kader-kader IMM Jaktim. Dengan demikian buku ini layak untuk dibaca dan didialogkan bahkan didiskusikan oleh siapa pun yang berharap IMM sebagai pelita di tengah kegelapan kehidupan dunia. --Ari Susanto. Kabid Ekowir DPP IMM, Penulis Buku Membumikan Gerakan Sosial Islam Progresif dan Tugas Intelektual Muslim

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun