Yogyakarta - Hubungan masyarakat (humas) adalah sebuah dunia yang multikultural. Individu dari disiplin ilmu apa saja dapat masuk ke dalamnya. Lulusan komunikasi tidak boleh terlalu asyik dengan ilmu humasnya, dan mengabaikan tujuan institusi.
Seorang praktisi humas harus berani mem-branding dirinya sendiri, sebelum orang lain melakukannya terhadap diri kita. Tidak perlu berkecil hati menghadapi persaingan dengan mereka dengan latar belakang ilmu yang sesuai dengan ranah kerja institusi.
Sudah menjadi pembahasan klise, lebih mudah men-training lulusan disiplin ilmu tertentu yang sesuai dengan ranah kerja institusi, daripada "mengajarkan" lulusan komunikasi mengenai dunia kerja institusi tersebut. Untuk itu, mahasiswa berlatar belakang pendidikan humas harus memiliki branding diri yang baik serta etos kerja unggul.
Demikianlah beberapa hal yang disampaikan dalam talk show "Personal Branding Strategy in Muliticultural Public Relation" yang diadakan oleh Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas), pada Rabu, 16 Maret 2011. Acara yang dilangsungkan di Gedung Ar Fachrudin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menghadirkan pembicara Muslim Basya (Ketua Perhumas Pusat) dan Silih Agung Wasesa (Asia PR).
Menurut Ade Ivan (22), salah satu panitia salah satu panitia talk show, acar tersebut merupakan agenda rutin Perhumas. Ide awal berasal dari kesadaran akan "keunikan" praktisi humas dalam setiap institusi atau perusahaan.
Acara yang baru dimulai pukul 14.15, mundur dua jam lebih dari waktu pada undangan, ini diawali dengan pelantikan 23 orang pengurus perhumas muda oleh Muslim Basya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H