Seorang yang mengaku wartawan senior itu sebenarnya tukang bikin hoax. Dulu dia pernah menyerang Bank Mandiri dan sudah dipolisikan pada 15 Agustus 2019. Hoax karyanya saat itu adalah tentang serangan siber yang membuat Bank Mandiri terancam bangkrut.
Itu tuduhan yang serius, karena bank membutuhkan kepercayaan nasabah. Sekali itu hancur, maka selesai sudah. Sudah tepat bila Bank Mandiri menempuh jalur hukum. Meskipun kasusnya tidak jelas kabarnya.
Oleh sebab itulah ia kini merasa kebal hukum dan berani menyebar hoax-hoax lainnya.
Hoax yang sama sekarang diarahkan pada Pertamina. Dalam narasinya, ia menyebut Pertamina telah melakukan pemerasan terhadap rakyat. Hal itu terkait dengan penjualan BBM yang menurutnya harganya terlalu mahal.
Padahal narasi semacam ini adalah kabar bohong. Ada perhitungan rumit sebelum Pertamina menentukan harga di pasaran. Ada biaya A,B, C dan D yang harus dirumuskan agar perusahaan negara itu tidak rugi.
Tuduhan semacam itu jelas aneh, sebab Pertamina ini juga diawasi oleh banyak mata. Apalagi yang menetapkan harga adalah Pemerintah. Keputusan Pemerintah itulah yang dijalankan oleh Pertamina.
Maka tidak mungkin Pertamina bikin harga sendiri. Semua itu telah dirumuskan dan diputuskan oleh kekuasaan di atasnya. Pertamina hanya bisa sendiko dhawuh. Manut. Nurut.
Tuduhan selanjutnya adalah tentang menimbun minyak di tengah laut. Padahal penggunaan kapal tanker itu untuk memberikan suplai pada kapal pesiar. Supaya bisa dilakukan pengisian ship to ship.
Selain itu, kapal tanker tersebut juga dimaksudkan sebagai tempat penyimpanan sementara. Itu hal yang wajar. Pertamina ini perusahaan raksasa. Sudah barang tentu stok minyak yang dimilikinya sangat banyak.
Selain kapal, bahkan Pertamina punya pulau khusus untuk menyimpan minyak, namanya Pulau Sambu. Pulau ini diwarisi sejak zaman kolonial. Belanda juga menggunakannya sebagai tempat penyimpanan minyaknya. Lokasinya ada di wilayah Batam, Kepulauan Riau.
Pertamina ini perusahaan yang telah diakui dunia. Satu-satunya perusahaan asal Indonesia yang masuk Fortune Global 500 tahun 2019. Pertamina menduduki ranking 175, melompat 78 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.