Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Budaya Asap Terus Berkembang

7 Desember 2016   18:46 Diperbarui: 9 Desember 2016   08:15 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Tentu tidak asing lagi jika mendengar tentang rokok elektrik atau yang sering disebut vapor. Rokok elektrik ini sudah banyak digunakan oleh kalangan masyarakat Indonesia, terlebih di daerah perkotaan. Rokok elektrik ini tidak hanya digunakan oleh orang dewasa, bahkan juga digunakan oleh para remaja. Dan justru yang menggemari rokok elekrtik lebih banyak, adalah para remaja.Walaupun harganya relatif mahal tapi para remaja yang notabene belum bisa menghasilkan uang tetap melakukan segala usaha agar dapat membeli vapor.

Vapor dikembangkan mulai dari tahun 2003, jadi sebenarnya keberadaan vapor ini belum begitu lama. Tujuan diciptakannya vapor ini adalah untuk mengurangi ketergantungan seseorang pada rokok tembakau atau rokok konvensional. Karena menurut penelitian para ahli kesehatan, seseorang yang mengalami kecanduan pada rokok tembakau lebih mudah terkena panyakit kanker. Hal itu terjadi karena kandungan pada rokok tembakau, seperti nekotin dan zat adiktif yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia.

Maka dengan munculnya vapor, seakan menjadi solusi yang ditunggu-tunggu para pencandu rokok tembakau untuk berpindah haluan dan beralih menggunakan rokok elektik atau vapor. Karena, pada awalnya vapor hadir dengan menawarkan hal yang sangat mengejutkan, yaitu merokok tanpa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Hal itu dapat dilihat dari cara kerja vapor yang hanya menhasilkan panas untuk membakar cairan yang beraneka rasa, dan tidak mengandung nekotin sama sekali.

Tetapi, seiring perkembangan vapor yang pesat dan pengguna vapor yang semakin banyak justru menimbulkan banyak kontra tentang adanya pernyataan bahwa vapor tidak berbahaya bagi kesehatan. Hal itu terjadi karena diciptakannya cairan yang dibakar pada vapor, atau yang biasa disebut liquit ternyata mengandung nekotin. Jelas saja akan banyak yang tidak setuju dengan pernyataan bahwa vapor tidak berbahaya. Jika pada vapor juga terkandung nekotin lalu apa bedanya dengan rokok konvensional. Pastilah dapat disimpulkan dengan sepontan bahwa vapor sama bahayanya dengan rokok tembakau, dan pastinya dapat membahayakan pemakainya. walaupun telah ada pernyataan demikian, tetapi para pecinta vapor sama sekali tidak memperdulikannya. Mereka tetap mengonsumsi vapor tanpa memperdulikan keselamatan diri mereka sendiri.

Anehnya lagi budaya yang tidak sehat ini justru terus dikembangkan oleh mereka yang menggemari vapor. Dapat dilihat sekarang ini sudah banyak sekali tempat penjualan vapor dan perlengkapanya. Dan, otomatis jika banyak penjual maka akan banyak pula pembelinya. Salah satu mahasiswa pecinta vapor yang bernama Daniel menjelaskan, bahwa dirinya adalah salah satu anggota dari komunitas arisan vapor. Pada komunitas arisan vapor ini mereka mempunyai tujuan untuk melancarkan peran mereka sebagai pecinta vapor, yaitu dengan membeli kluaran vapor terbaru dengan hasi arisan mereka.

Tidak hanya itu, bahkan saat ini vapor menjadi budaya yang terus dikembangkan dan dikenalkan kepada masyarakat luas. Sebagai salah satu contohnya yaitu, pameran vapor yang terus diadakan di berbagai daerah, terlebih di kota-kota besar. Seperti pameran vapor yang diadakan di Jogja Expo Center kota Yogyakarta. Dalam pameran itu diperlihatkan berbagai macam hal yang berhubungan dengan vapor. Tentu saja dengan adanya pameran tersebut popularitas vapor akan meningkat dengan cepat.

Lalu mau sampai kapan budaya tidak sehat itu akan terus berkembang dan digemari oleh banyak orang, dan apakah ada solusi lain untuk memperbaiki hal itu. Tentu itu semua kembali kediri kita masing-masing. Ingin mengikuti budaya yang tidak sehat tapi menyenagkan dan berujung bahaya, atau belajar budaya sehat dengan hasil akhir yang bahagia.

           

Ditulis Oleh : Vinsencius Bayu Prayogo

(Mahasiswa Universitas Sanata Dharma)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun