Mohon tunggu...
Humaniora

Manusia Bukan Kotak Sampah

11 Desember 2016   09:35 Diperbarui: 11 Desember 2016   09:46 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa sebenarnya yang dimaksut dengan kotak sampah? Tentu semua orang mengetahuinya, bahwa kotak sampah adalah tempat menampung sampah secara sementara. Tujuan dari adanya kotak sampah adalah, agar sampah tidak dibuang sembarangan tetapi dikumpulkan disatu tempat agar mudah mengolahnya untuk didaur ulang. Tentu saja tujuan yang paling penting dengan adanya kotak sampah adalah, untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan indah. Jadi, sebenarnya tempat pembuangan sampah yang bersifat sementara ini banyak kegunaan, dan mempunyai tujuan yang baik.

         Lalu siapakah yang disebut sebagai pemulung? Ya, mereka yang memungut barang-barang bekas ataupun sampah tertentu untuk proses daur ulang adalah seorang pemulung. Mereka yang bekerja sebagai pemulung sering kali dianggap memiliki konotasi yang negatif. Anggapan yang demikian muncul dari pandangan terhadap berbagai sisi yang dimiliki seorang pemulung. Contohnya dari sisi pakaian dan penampilan mereka yang apa adanya, kotor, dan terlihat jorok, ataupun dari sisi cara kerja mereka, yaitu memungut berbagai sampah yang sudah berbau, bahkan menjijikan.

        Sebenarnya semua yang ada pada diri mereka itu bukanlah suatu kesalahan ataupun kebodohan yang harus dihujat. Bukankah yang mereka lakukan juga sebuah usaha untuk mempertahankan hidup? Pekerjaan mereka adalah sebuah usaha yang selayaknya mendapat apresiasi dari orang lain. Mereka adalah sebagian manusia di bumi yang memiliki usaha untuk memperbaiki lingkungan. Bayangkan saja jika di bumi ini semua orang memiliki niat yang sama seperti mereka, pati tidak akan ada sampah yang merusak keindahan lingkungan.

               Dapat kita lihat diberbagai tempat hiburan yang bersifat outdoor, contohnya saja seperti Pasar Sekatenyang saat ini diadakan di Alun-Alun Utara Yogyakarta. Sebagai tempat hiburan rakyat dan menjadi salah satu wisata tahunan, Pasar Sekaten selalu ramai pengunjung. Tidak hanya masyarakat Jogja yang datang ke sana, tidak sedikit masyarakat luar Jogja yang ingin menikmati keindahan Pasar Sekaten.Dengan adanya berbagai permainan menarik, sirkus, penjualan berbagai keperluan, dan aneka ragam kuliner yang ada di Pasar Sekaten, menciptakan sebuah daya tarik yang sangat memikat orang-orang untuk berkunjung kesana.

        Pasti terbayang bukan, betapa indahnya Pasar Sekaten? Terbayang betapa ramainya pula bukan? Akan tetapi, keindahan Pasar Sekaten yang begitu memikat tidak serta merta sempurna tanpa kendala. Persoalan yang selalu muncul adalah tentang sampah, penyediaan kotak sampah oleh Pengelola Pasar Sekaten sangatlah kurang. Pasalnya, sejauh ini penyediaan kotak sampah masih bergantung pada para pemilik stan yang ada.

        Persoalan yang muncul tentang sampah bukan sepenunya dititik beratkan pada Pengelola Pasar Sekaten. Kesadaran para pengunjung akan pentingnya kebersihan yang masih kurang juga menjadi salah satu akar permasalahannya. Kedua akar permasalah tentang tidak disediakannya kotak sampah dan kurangnya kesadaran pengunjung akan kebersihan memang sangat berkesinambungan.

Apakah mereka mempunyai tujuan tertentu dengan tidak menyediakan kotak sampah dan membuang sampah sembarangan? Mungkin mereka ingin memberi rezeki kepada para pemulung dengan cara yang demikian. Secara tidak langsung hal itu memang benar-benar terjadi. Sampah yang berserakan diberbagai tempat menjadi mata pencaharian para pemulung. Mereka harus berkeliling memungut sampah hasil dari orang-orang yang mambuangnya sembarangan.

Benarkah bahwa itu adalah cara orang lain memberikan rezeki pada para pemulung? Sungguh dipandang serendah itukah mereka? Dengan menyediakan kotak sampah dan membuang sampah pada tempatnya, agar para pemulung dapat mengambil sampah secara mudah,  akan menjadi hal yang lebih baik. Karena para pemulung juga manusia dan bukanlah kotak sampah, mereka perlu kita hargai.

Ditulis Oleh : Vinsencius Bayu Prayogo

(Mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun