Tentu tidak asing lagi jika mendengar kata vapor atau bisa juga disebut dengan rokok elektrik. Karena, saat ini vapor sangat populer dan banyak digunakan oleh banyak orang, baik digunakan oleh orang dewasa, maupun para remaja. Dan, yang sangat menggemari vapor ini justru cenderung pada remaja. Walaupun harganya relatif mahal, melebihi rokok tembakau, tapi para remaja tetap saja melakukan segala usaha untuk dapat memiliki dan menggunakan rokok elektrik.
 Pada awalnya vapor dikembangkan mulai dari tahun 2003, jadi sebenearnya keberadaan vapor ini belum begitu lama. Tapi tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan pemakaian vapor dikalangan masyarakat luas sangatlah cepat. Pada awalnya pembuatan vapor bertujuan untuk mengurangi ketergantungan para perokok aktif yang mengonsumi rokok tembakau, atau bisa disebut juga rokok konvensional. Hal itu terjadi karena banyaknya kontra dari berbagai pihak terlebih dari para pakar kesehatan, yang meneliti bahwa pemicu sel kanker pada manusia, salah satunya bersumber dari konsumsi rokok tembakau, yang jelas mengandung nikotin dan zat adiktif dan tentu saja menimbulkan ketergantungan.
 Bahaya dari rokok tembakau sangat menjadi perhatian publik, terlebih tertuju pada para generasi muda yang mengalami kecanduan pada rokok tembakau tanpa mempertimbangkan akibat yang akan mereka hadapi dimasa yang akan datang. Dan, sebenarnya para remaja juga memiliki ketakutan yang sama, tetapi karna sifat gengsi yang tinggi, mereka menutupi perasaan itu. Malah mengubahnya menjadi sikap yang sok hebat dan merasa dirinya mampu menghadapi semua akibat itu seorang diri.
 Kecemasan dan ketakutan itu seolah terjawab dengan hadirnya rokok elektrik atau yang biasa disebut vapor. Karena, vapor awalnya hadir dengan menawarkan hal yang menarik, yaitu merokok tanpa berisiko terkena berbagai penyait. Tetapi seiring berjalannya waktu muncul banyak argumen yang menolak tentang pernyataan bahwa rokok elektrtik tidak berbahaya bagi kesehatan. Berbagai argumen itu muncul berdasarkan cara kerja rokok elektreik, dengan membakar zat kimia yang disebut liquit dan mengandung nekotin seperti halnya yang terkandung di rokok tembakau. Dan, pastinya juga berdampak buruk bagi kesehatan dengan memicu berbagai penyakit  untuk tumbuh di dalam tubuh.
 Tetapi memang dapat dilihat bahwa remaja zaman sekarang sangat mudah mengikuti arus tanpa memperdulikan berbagai akibat yang akan muncul. Tak jauh dengan adanya tren vapor ini, tidak sedikit para remaja yang ikut menggunakan dan menggemarinya.
 Bahkan maksud dan tujuan para remaja menggunakan vapor sangatlah tidak mencerminkan seorang generasi bangsa. Pada dasarnya mereka menggunkan vapor hanya dengan tujuan agar bisa bergaya di depan orang banyak. Pola fikir remaja yang seperti itu harusnya dapat diubah, dan mulai menyadari tentang bagaimana cara mendewasakan diri dan berfikir lebih baik lagi. Tapi, ya memang seperti itulah yang terjadi pada remaja sekarang ini, minim kepribadian yang baik dan kurang ada rasa untuk menjaga diri sendiri.
 Ternyata memang bahaya dan efek samping dari penggunaan vapor ini sudah mereka ketahui bahkan sudah mereka raskan setiap mereka menggunakannya. Contohnya, seperti merasakan sakit di bagian dada, sesak saat bernafas, merasa pusing, dan mual-mual.
 Hal itu juga dirasakan oleh salah satu remaja bernama Andre, yang juga seorang penggemar dan pemakai vapor. Dengan jujur dia mengutarakan tentang keluhan yang dia rasakan saat sedang melakukan vaping (menghisap rokok elektrik). Seperti yang dirasakan oleh banyak pengguna vapor lainnya, dia juga berkata bahwa saat melakukan vaping tenggorokannya terasa sakit, merasakan pusing, dan dia juga bercerita bahwa pernah muntah-muntah karena menghisap rokok elektrik. Anehnya dia tetap menggunakan vapor walau sudah merasakan bahaya penggunaanya, dan ternyata alasannya juga sangat memprihatinkan yaitu karena ingin bergaya dan mengikuti tren. Begitu sempitnya cara berfikir remaja yang mengunggulkan gaya hidup dari pada nafas hidup, dengan salah satu contoh yaitu melalui penggunaan vapor.
- Ditulis Oleh : Vinsencius Bayu Prayogo (Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma).
- 23 November 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H