Sebagian orang membutuhkan validasi atas capaian prestasi yang masuk dalam kebutuhan tak terlihat.
Menariknya kebutuhan validasi ini menjadi sangat nyata bagi sebagian orang.
Secara umum setiap manusia pada titik tertentu pernah mempunyai keinginan ingin diapresiasi atas apa yang telah kita capai.
Hanya saja jika kebutuhan pengakuan ini menjadi terlalu dominan, pada akhirnya bisa menjadi ciri perilaku individu tertentu. Inilah yang dikenal sebagai fenomena haus validasi.
Apa itu Haus Validasi?
Haus validasi adalah kondisi di mana seseorang merasa perlu untuk terus mendapatkan pengakuan atau apresiasi dari orang lain atas apa yang mereka lakukan.
Orang yang haus validasi sering kali mengaitkan harga dirinya dengan seberapa banyak pujian yang diterima. Padahal, penghargaan atas diri sendiri sejatinya tidak selalu harus datang dari luar.
Ketika Validasi Menjadi Tujuan Utama
Mari kita ilustrasikan dengan sebuah contoh. Seorang teman yang sering diundang menjadi pembicara di berbagai instansi mungkin merasa bangga dengan pencapaiannya. Wajar, bukan?
Namun jika setelah setiap acara, dia selalu menceritakan kesuksesannya secara berlebihan kepada sekelompok teman-temannya dan memaksa mereka untuk mengomentari atau memuji, hal ini bisa menjadi tanda haus validasi.
Tindakan seperti ini sebenarnya tidak hanya menciptakan beban bagi lawan bicara, tetapi juga dapat merugikan diri sendiri.
Dengan terus mencari validasi eksternal, seseorang akan kesulitan merasa puas dengan dirinya sendiri tanpa adanya pujian atau apresiasi dari orang lain.
Mengapa Haus Validasi Terjadi?
Ketika seseorang merasa tidak cukup baik, mereka cenderung mencari pengakuan dari luar untuk menutupi perasaan tersebut.
Selain itu dalam tatanan sosial masyarakat kita, pencapaian sering kali menjadi ukuran kesuksesan, sehingga banyak orang merasa harus menunjukkan apa yang mereka miliki.