Per bulan Juni 2017 mendatang, jabatan CEO Liverpool akan dipegang Peter Moore (61), yang saat ini masih menjabat, sebagai direktur bidang kompetisi perusahaan Game EA Sports. Nantinya, Moore akan mengisi jabatan CEO klub, yang saat ini sedang kosong. Kekosongan ini timbul, karena Ian Ayre (63), mundur bulan Februari 2017, dan menjadi CEO, di TSV 1860 Munich, klub divisi 2 Liga Jerman.
Pengumuman pergantian CEO ini, dirilis Liverpool Senin (27/2, waktu GMT), tak lama setelah Si Merah kalah 1-3, atas Leicester. Bagi Moore, ini adalah pengalaman langsung pertamanya, di dunia manajemen klub sepakbola. Sebelumnya, ia lebih banyak terlibat, dalam pembuatan game sepakbola keluaran EA Sports. Selain itu, Moore juga pernah bekerja di Reebok, SEGA, dan Microsoft.
Jadi, ia jelas punya kemampuan mumpuni, di bidang manajemen bisnis, dan olahraga. Nilai plus lainnya, Moore adalah orang Liverpool, dan seorang penggemar setia Liverpool.
Pergantian figur CEO, memang menjadi salah satu agenda utama klub, untuk berbenah. Karena, di era kepemimpinan Ayre (Mei 2014-Februari 2017), prestasi Liverpool cenderung stagnan. Pergerakan transfer klub, yang kurang efektif, menjadi salah satu sebab utamanya. Selain itu, pola transfer Ayre, dari musim ke musim, cenderung mirip, dengan rutin menggaet pemain Southampton tiap musim panas; mulai dari Dejan Lovren, Adam Lallana, dan Rickie Lambert (Juni-Juli 2014), Nathaniel Clyne (2015), sampai Sadio Mane (2016).
Di kalangan suporter Liverpool, Ayre juga menjadi sosok yang kurang populer, karena ia sempat menaikkan harga tiket pertandingan klub di Anfield, bulan Januari 2016 silam. Tujuannya, adalah untuk menambah pemasukan klub. Meskipun, sebenarnya ada cara lain yang lebih efektif; menggaet sponsor sebanyak mungkin. Untunglah, kebijakan itu dibatalkan, dan pihak klub menyatakan permohonan maaf secara resmi. Pembatalan ini dilakukan, menyusul adanya aksi protes suporter, yang salah satunya, berupa aksi walk out massal, sebelum laga usai.
Jika melihat pengalaman, dan kompetensi Moore, jelas ada secercah harapan untuk ia dapat sukses di Liverpool. Ditambah lagi, sebagai seorang penggemar Liverpool, ia tentu paham, apa yang perlu, dan tidak perlu dilakukan, untuk klub. Secara psikologis, pekerjaan sebagai CEO Liverpool, akan terasa menyenangkan baginya. Karena, ini adalah mimpi seorang penggemar Liverpool, yang menjadi nyata. Akankah Moore dan Liverpool meraih sukses?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H