Mohon tunggu...
Bayuda Zaky Nopandirga
Bayuda Zaky Nopandirga Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya nge game

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa Saja Sih Isu-Isu Demokrasi Terkini

20 Desember 2022   21:22 Diperbarui: 20 Desember 2022   21:29 1511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak hanya kasus Ferdi Sambo, kejadian tragedi Kanjuruhan hingga kini juga belum menemui titik terang. Kericuhan suporter sepak bola bukan satu-satunya kejadian di Kanjuruhan. 

Di Indonesia, kerusuhan penggemar adalah peristiwa yang lebih nyata daripada prestasi olahraga mereka. Namun, di dunia juga kerusuhan suporter juga tidak jarang. Namun, tampaknya belum ada pelajaran yang didapat dalam penanganan kerusuhan sepak bola di dunia terkait penggunaan gas air mata. 

Ada sederet kejadian di dunia yang menjadi contoh buruk tragedi akibat penggunaan bahan kimia tersebut. Salah satu contoh tragedi terbaru adalah pertandingan final Liga Champions di Paris, Prancis, antara Liverpool dan Real Madrid, pada 28 Mei 2022. Awalnya, suporter klub Liverpool yang memprovokasi kerusuhan dituding sebagai biang keladi tragedi tersebut. Belakangan, penyelidikan Senat Prancis menyatakan bahwa kesalahan ada pada penyelenggara dan otoritas keamanan sehingga tragedi yang "hanya" menewaskan dua orang itu terjadi. 

Hampir persis seperti tragedi di Stadion Kanjuruhan, kerusuhan suporter yang berakhir dengan tembakan gas air mata oleh aparat keamanan di dalam stadion juga terjadi di tengah pertandingan kualifikasi Piala Dunia, antara tim nasional Zimbabwe dan Afrika Selatan, di Stadion Kanjuruhan. Stadion Harare, Zimbabwe, pada tahun 2000. Saat itu, 12 orang tewas.

 Stadion Harare langsung dinyatakan terlarang untuk pertandingan internasional, meski kini larangan tersebut telah dicabut. Zimbabwe yang bahkan tak pernah lolos ke laga utama Piala Dunia pun langsung dihujani berbagai sanksi internasional. Banyak yang berspekulasi bahwa setiap masalah jika ada keterlibatannya dengan aparat kekuasaan maka akan lama terkuak. Entah benar atau tidaknya itu hanyalah spekulasi dari beberapa orang saja.

  • Ruang Siber Teknologi

Isu yang terakhir adalah ruang siber teknologi. Dalam hal  ini pemerintah hendaknya harus menjaga data seluruh rakyat indonesia. Akan tetapi, akhir-akhir ini muncul kasus kebocoran data yang mengakibatkan bocornya data e-ktp milik masyarakat Indonesia.

Netizen ramai membicarakan dugaan kebocoran data dari 279 juta orang Indonesia yang dijual di forum hacker Raid Forum pada 12 Mei 2021. Informasi ini berdasarkan cuitan dari akun Twitter @ndagels dan @nuicemedia yang diunggah Kamis (20/10). 5/2021). Pada screenshot terlihat data kedua penjual menggunakan nama akun Kotz. 

Disebutkan, data yang diberikan terdiri dari Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), nomor ponsel, nama, email, dan alamat. Dinyatakan dalam data bahwa tidak ada kata sandi. Kemendagri punya rencana mengubah KTP yang sudah ada, elektronik ke digital, harus disiapkan dengan matang, terutama terkait masalah keamanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun