Tak hanya kasus Ferdi Sambo, kejadian tragedi Kanjuruhan hingga kini juga belum menemui titik terang. Kericuhan suporter sepak bola bukan satu-satunya kejadian di Kanjuruhan.Â
Di Indonesia, kerusuhan penggemar adalah peristiwa yang lebih nyata daripada prestasi olahraga mereka. Namun, di dunia juga kerusuhan suporter juga tidak jarang. Namun, tampaknya belum ada pelajaran yang didapat dalam penanganan kerusuhan sepak bola di dunia terkait penggunaan gas air mata.Â
Ada sederet kejadian di dunia yang menjadi contoh buruk tragedi akibat penggunaan bahan kimia tersebut. Salah satu contoh tragedi terbaru adalah pertandingan final Liga Champions di Paris, Prancis, antara Liverpool dan Real Madrid, pada 28 Mei 2022. Awalnya, suporter klub Liverpool yang memprovokasi kerusuhan dituding sebagai biang keladi tragedi tersebut. Belakangan, penyelidikan Senat Prancis menyatakan bahwa kesalahan ada pada penyelenggara dan otoritas keamanan sehingga tragedi yang "hanya" menewaskan dua orang itu terjadi.Â
Hampir persis seperti tragedi di Stadion Kanjuruhan, kerusuhan suporter yang berakhir dengan tembakan gas air mata oleh aparat keamanan di dalam stadion juga terjadi di tengah pertandingan kualifikasi Piala Dunia, antara tim nasional Zimbabwe dan Afrika Selatan, di Stadion Kanjuruhan. Stadion Harare, Zimbabwe, pada tahun 2000. Saat itu, 12 orang tewas.
 Stadion Harare langsung dinyatakan terlarang untuk pertandingan internasional, meski kini larangan tersebut telah dicabut. Zimbabwe yang bahkan tak pernah lolos ke laga utama Piala Dunia pun langsung dihujani berbagai sanksi internasional. Banyak yang berspekulasi bahwa setiap masalah jika ada keterlibatannya dengan aparat kekuasaan maka akan lama terkuak. Entah benar atau tidaknya itu hanyalah spekulasi dari beberapa orang saja.
- Ruang Siber Teknologi
Isu yang terakhir adalah ruang siber teknologi. Dalam hal  ini pemerintah hendaknya harus menjaga data seluruh rakyat indonesia. Akan tetapi, akhir-akhir ini muncul kasus kebocoran data yang mengakibatkan bocornya data e-ktp milik masyarakat Indonesia.
Netizen ramai membicarakan dugaan kebocoran data dari 279 juta orang Indonesia yang dijual di forum hacker Raid Forum pada 12 Mei 2021. Informasi ini berdasarkan cuitan dari akun Twitter @ndagels dan @nuicemedia yang diunggah Kamis (20/10). 5/2021). Pada screenshot terlihat data kedua penjual menggunakan nama akun Kotz.Â
Disebutkan, data yang diberikan terdiri dari Nomor Induk Kependudukan (NIK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), nomor ponsel, nama, email, dan alamat. Dinyatakan dalam data bahwa tidak ada kata sandi. Kemendagri punya rencana mengubah KTP yang sudah ada, elektronik ke digital, harus disiapkan dengan matang, terutama terkait masalah keamanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H