/Fragmen Tujuh/
Rasa laparku sekarang tak lagi bisa ditahan
Perut yang keroncongan meminta haknya segera ditunaikan
Kubilang kepada bapak yang sedang membaca koran
"Pak, aku lapar. Aku mau makan."
Tanpa pikir panjang bapak beranjak dari dipan
Bergegas menuju dapur 'tuk menyiapkan makan
"Pak, kenapa nasi kecap yang diberikan?"
Aku pun menjadi bingung dengan pikiran tak karuan
Ah, tak berselera rasanya menghabiskan makanan yang begituan
"Jangan sisakan makananmu, Nak," nasihat bapak dengan senyum ringan
"Memangnya kenapa, Pak?" tanyaku bingung belingsatan
"Insya Allah kamu akan tahu dengan sendirinya, Nak," ujar bapak bijak bertuan
/Fragmen Dua Puluh/
Seperlima abad sudah umurku dimakan zaman
Tambah hari menjadi semakin dewasa di kemudian
Bijak bertindak mengiringi semangat perjuangan
Kuatkan tekad 'tuk melangkah di jalan kebenaran
Namun, ada satu hal yang masih tak jua kutemukan jawaban
Nasihat bapak tentang nasi kecap yang biasa kumakan
Seribu satu jawaban t'lah lama kuendapkan dalam pikiran
Dan aku masih bingung mana yang sebenar-benar jawaban
/Fragmen Tiga Puluh Tiga/
Kembali ke peraduan menjadi rutinitas keseharian
Menyapa petang, mencoba berdamai dengan kemacetan
Tiba-tiba kulihat samar-samar dari kejauhan
Ada suatu pemandangan yang tak biasa di jalan
Seseorang terlihat mencari sisa makanan
Hm, inilah jawaban yang lama kunantikan
Selayaknya rasa syukur kepada-Nya kuhaturkan
Meskipun hanya nasi kecap yang bisa dimakan
Lebih dari cukup mengganjal perut yang keroncongan
"Pak, kenapa nasi kecap yang diberikan?"
Anakku pun bertanya bingung dengan pikiran tak karuan
Ia tak lagi berselera menghabiskan makanan yang begituan
"Jangan sisakan makananmu, Nak," nasihatku dengan senyum ringan
"Memangnya kenapa, Pak?" tanya anakku bingung belingsatan
"Insya Allah kamu akan tahu dengan sendirinya, Nak," ujarku seperti bapak bijak bertuan
Ahad Bertekad, 26112017